Bahagiamu di keabadian..

Padamu cinta..
Ku titipkan malam yang gemericik syahdu dengan isak kecil tak terdengar..
Padamu cinta..
Malam menyaksikan bahwa cintamya luar biasa, sungguh..

Sesal ketika baru mengetahui bahwa betapa kau luar biasa memiliki cinta..
Menjelang kepergianmu, wasiat cinta kau sampaikan pada istrimu yang Allah jadikan ia sebagai ibu kami..
Kau bilang apa?? ah Robbi, mengapa baru ku dengar pesan cintanya??
Haru biru datang menyelinap sampai aku yakin ia tak mau pergi..
Kau berpesan padanya "jaga anak kita, wujudkan mimpi-mimpi mereka, selalulah di samping mereka"
Kalimat cintamu, yang kau titipkan pada semesta yang berhembus bersama angin kesedihan dari istrimu, ibu kami..

Dan malam ini..
Detik dalam waktu menjadi saksi akan kisah yang sungguh membuatku bangga memilikimu..
Menjalani takdir sebagai anakmu..
Dan aku yakin bahwa segala kata dalam tiap kalimat tak akan cukup untuk menggambarkan cintamu
Karena cintamu luar biasa, bukan lagi sederhana seperti yang aku duga..
Bahkan cinta menjelang kepergianmu menemui kehidupan abadi bersamaNya..

Berparagraf doa akan terus terucap untuk bahagiamu..
Duhai Allah, jaga ayahku dengan sebaik-baik penjagaanMu..
Cintai ia, cintai ia, cintai ia..

Jika kesholehan ini menjadi bahagiamu di dekatNya..
Maka janjiku atas nama cinta,
Menjadilah anak soleh yang akan membawamu menuju bahagia dikeabadian..
Menjadi muslimah yang menjaga dan terjaga
Dan kelak akan menjadi ibu bagi anak-anak yang soleh..
Insya Allah..

Terima kasih atas cintamu duhai cinta, ayah..

Penghujung Mei 2013
Ketika detik berkisah tentang 7 tahun kepergianmu

Keberadaanku


Aku ada di antara mereka, ini takdirku. Berdiri di sini, memperhatikan, mengamati, lalu kemudian menyadari bahwa aku tidak di sana, namun di sini. Memisahkan diri demi sebuah rasa nyaman. Aku memang berada pada kondisi yang berpenyakit, jika memang itu tepat untukku. Untuk sebuah status persaudaraan kita. Jika bukan kau yang sakit, maka biarkanlah aku sakit karena memang aku tak melihat ada secercah harap dari kalian agar aku sembuh. Sudahlah, aku hanya ingin menikmati hari tanpa sedikitpun beban, tanpa sedikitpun rasa bersalah, tanpa sedikitpun merasa diperbudak, yah diperbudak. Buruk memang konotasi itu, tapi itu cukup.
Salahkah aku?ah jangan tanyakan itu, karena aku pun tahu posisiku pasti bersalah, tak ada posisi baik bagiku. Aku hanyalah seorang manusia yang dengan sifat egoisnya ingin memiliki duniamu. DUNIAMU. Bukan lagi dunia kalian.
Izinkan aku menangis di titik terlemah ku, ketika aku tahu bahwa tak ada yang dapat aku pertahankan..
ALLAH..ALLAH..ampuni aku

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger