Manusia tempatnya lupa?? Setuju banget, banget banget setuju. Misal
dalam hal kebersyukuran akan nikmat, Allah sudah mengingatkan
berkali-kali "Nikmat Allah yang mana yang kau dustakan?" yang mana wahai
diri?? Allah mengingatkan dengan berkali-kali pengingatan, silakan cek
disurat Ar-rahman. Tapi kenapa masih sering mengeluh, memaki takdir dan
membandingkan dengan diri yang lain?? bolehkah bersandar pada alasan,
"yaaahhh, namanya juga manusia tempatnya lupa"??
Allah
Maha Tahu wahai diri, Dia Sang Maha tahu bahwa kita adalah tempatnya
lupa, itulah sebab kenapa berkali-kali Allah bilang dalam surat
Ar-Rahman. Artinya, bukan karena faktor lupa seseorang melupakan
nikmatnya sampai karena akhirnya mengeluh dengan keluh yang kadang
berlebihan, tetapi karena faktor mungkin karena kita tidak mau membaca,
membaca nasihat Allah yang dengan mudah semestinya kita dapati.
Maka,
ketika suatu hari, suatu saat, suatu masa kau ingin mengeluh bacalah.
Bacalah dengan nama Tuhanmu, bahwa "nikmat Allah yang manakah yang kau
dustakan??"
"wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridho-Nya" Q.S Al-FAJR: 27-28
Aku selalu menanti, dengan cinta.
Untukmu dan untuk ummimu.
Kalau bukan karena syariat Allah dan sunnah rasulNya, aku pikir tidak menikah lebih membahagiakan. Salahkah aku??
Coba
ah analisis, aku sering mengeluhkan kondisi aku blm nikah, aku sangat
yakin kalau menikah akan membuat bahagia, selain itu aku ga pernah
bermasalah, hidup normal dg kerja yg sangat santai serta rasa yg selalu
bahagia, lagi-lagi jika saat tidak memikirkan pernikahan, kalau sedang
memikirkan itu entah kenapa aku merasa orang paling tidak bahagia.
Tapi,
beberapa orang yg sangat dekat denganku menceritakan keluhan-keluhan kehidupan
barunya, entah apa maksud Allah membiarkan aku mengetahui hal-hal tdk
menyenangkan ini. Sampai-sampai aku berfikir "ah apa iya menikah itu
membuat bahagia??kalo bahagia hanya untuk satu hari ketika walimah, untuk
apa menikah?"
Lagi-lagi aku menjawab, karena syariat Allah dan rasulNya. Terlalu sombong kah aku mempertanyakan hal ini??
Allah mohon ampuni fikir dan rasa yg ngasal ini..
Oke
baiklah, aku harus membuang pikiran-pikiran negatifku, dan mengambil
makna dari setiap pertanda tentang apa dan bagaimana semestinya jika
sudah menikah?
1. Selalu libatkan Allah
2. Aku akan cari tahu 15 tahun awal hidup pasanganku, terutama tentang pengasuhan yang diterimanya agar aku bisa memahami dia sepenuhnya
3. Aku yakin, bahagia itu ada pada hati yg bersyukur, selalulah bersyukur
4. Allah memang menakdirkan kita berbeda, maka jadikan perbedaan itu sebagai jembatan bukan sebagai jurang
5. Jika benar-benar cinta, maka semestinya menguatkan, bukan melemahkan.
Ya Allah mohon bahagiakan aku disepanjang pernikahanku nanti hingga ke syurgaMu, bahagia yang tak hanya satu hari dan satu hati.
***
Saat
masih mencari jawaban tentang apa pentingnya menikah, eehh pas banget
Allah yg kasih jawaban, diingatkan kembali sama Allah ketika baca quran
pas bagian surat annur ayat 32.
"Dan nikahkanlah orang-orang yg masih
membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yg layak menikah dr
hamba2 sahayamu laki2 dan perempuan. Jika kamu miskin, Allah akan
memberi kemampuan kpd mereka dg karuniaNya..dan Allah Maha luas
Pemberiannya, Maha Mengetahui..
Allah yg Maha Baik dan Maha tau memerintahkan menikah krn tau alasan-alasannya, jd untuk apalagi cari-cari alasan lain.. cukuplah
Allah dan rosulNya sbg satu2nya alasan :)
Karena Allah, karena Allah, karena Allah..
Selamat menikmati proses penggenapan dien duhai diri.
-aldiles delta asmara-
Mungkin suatu kali, ketika ada marah kepada ibumu, coba tengok perut ibumu yang mengendur.
Dulu, kau ada di sana, di perutnya dengan segala sakit yg tak pernah membuatnya marah..
Mungkin
suatu hari, ketika kau merasa lelah dan berat membiayai hidup ibumu, cb
tengok sebentar saja perutnya yang nampak mengendur..
Dulu ia kelelahan membawamu ke mana pun, namun ia tak pernah meninggalkanmu dengan keluh dan merasa berat ..
Mungkin suatu pagi, ada helaan panjang kau rasakan ibumu sebagai penghalang dalam gerak, coba tengok sekejap perut ibumu.
Dulu, 9 bulan kau menghalangi geraknya namun tak sebersitpun terlintas rasa itu di hatinya..
Mungkin
suatu senja, kau rasakan rumah tak lagi sebagai tempat ternyaman utk
kau pulang karena keberadaan ibumu, coba kau lihat perut ibumu sebentar
saja
Dulu, kau akui atau tidak, di sanalah tempat ternyaman itu, di dekatnya..
Mungkin suatu malam, kau terganggu dg keluh sakitnya, coba tengok perut ibumu yang kini mengendur..
Dulu kau adalah penyebab sakitnya, namun tak pernah ia merasa terganggu..
Suatu hari aku berkata "mama perutnya jeleeeekkkk, hehehe"
Katamu "mama bangga, karena dari perut mama lahir 4 kebanggaan mama"
Semoga tak akan pernah kita rasakan segala yang "mungkin" tersebut...
Ibumu, ibumu, ibumu
Kemudian ayahmu :)
Cinta pertama dan tak pernah berakhir
Boleh saja sih kalau kamu merasa bahwa diri kamu berkualitas dalam suatu
hal bahkan sampai2 merendahkan orang lain, boleh saja kok, toh yg akan
mempertanggungjawabkan atas segala ucap yaaa diri sendiri kok, gak ada
urusan sama yg direndahkan, eh jangan2 ada urusannya yaa.. karena muslim
yg baik adalah dia yang saudara2 sekitarnya terbebas dr tajamnya
lisan..
Boleh saja sih kalau kamu merasa berkualitas, boleh
banget kok bahkan kalau kamu masih ngotot juga boleh, tapi boleh juga
donk kalau orang lain menilai bahwa kamu tidak ada kualitasnya sama
sekali..
Boleh saja kalau kamu merasa berkualitas, karena "merasa" itu memang haknya semua yang memiliki rasa..
Itu juga kalau kamu hanya memiliki rasa tanpa nurani dan pikir serta iman
Kalau sudah punya keempatnya pasti tidak akan merasa berkualitas
*lagi-lagi catatan sederhana seorang diles
Jangan sampai Allah cemburu
Pada akun facebookmu
Karena setiap keluh kau keluarkan padanya bukan padaNya
Jangan sampai Allah cemburu
Pada akun twittermu
Karena setiap aktivitasmu meminta izin padanya bukan padaNya
Mau makan ngetwit, mau tidur ngetwit, hujan ngetwit, tapi doa tak terpanjat..
Jangan sampai Allah cemburu
Pada whatsappmu
Karena kau asik bercengkerama dengannya bukan denganNya melalui surat cintaNya
Jangan sampai Allah cemburu
Pada handphonemu
Karena kau pandangi setiap waktu, sedang Allah kau pandangi dengan segera dalam shalatmu
Jangan sampai Allah cemburu
Pada chargermu
Karena dengan cepat kau menggapainya saat baterai hp mu melemah, namun tak kau gapai segera Dia saat imanmu melemah
Jangan sampai Allah cemburu
Kita
boleh saja cemburu pada teman, saudari/a, sahabat, atau bahkan pasangan
karena mereka sibuk dengan handphonenya, namun sadarkah Allah juga
cemburu..
Salah satu bukti cinta adalah merasa takut, takut bahwa yg kita cintai marah atau cemburu
Maka jangan sampai Allah cemburu
*Sebuah catatan pribadi seorang diles