Merotasi PesonaNya

Aku tak ubahnya bagi warga bumi lainnya, yang mengiba dengan manja pada Pemilik Semesta.
Pemilik Semesta pun bagiku begitu mempesona.

Nampaknya harus ku revisi, karena bukan hanya mempesona, tapi Ia adalah Maha Mempesona.

Pada pagi yang teriring dengan terik, ku gantungkan sepucuk harapan dengan wajah yang merona mendelik...
Kadang aku malu, meminta dengan manja tanpa jeda pada Ia yang tak ada jeda dalam mencinta. Namun, jika bukan denganNya, aku harus meminta pada siapa? tak sanggup aku menyandingkan Ia dengan yang lainnya, memang tak pantas pula.

Duhai Allah Pemilik Semesta, dalam serak beralaskan lapis sajadah yang menua, ku hadapkan segudang harap dalam lampiaskan emosi yang berlapislapis tebalnya.
Mengapa ia, mengapa aku, ah mengapa ku tanyakan juga?
Sudah, pada bumimu yang berotasi, semoga mengiringi harap kami yang tanpa henti.
Ya Robbi..

-lelah yang berarti, langit cintaMu 27 syawal-
@diles_delta

Sajak RAHASIA

Karena pada semburat rasa, kau tetap sama. RAHASIA :)
Bahkan sampai kini, saat tak mampu lagi aku menghitung-hitung ujungnya, kau sama saja. Masih RAHASIA
Mengapa tak kau tanyakan saja pada Pemilik RAHASIA?
Sudah, telah ku tanyakan, namun jawabnya tetap sama. RAHASIA.
Pada akhirnya, RAHASIA pun bukan lagi rahasia. Bahkan kini, aku tak mengerti maknanya.
Ia hanya sederet kata menunggu tanggal mainnya, yap kini sama saja. RAHASIA
Aku bertanya padanya, ia menjawab dengan gelengan, nampaknya masih RAHASIA.
Bahkan dihari yang menunjukan batas usia, ketika meminta tersibaknya segala rahasia, namun nyatanya tetap sama. RAHASIA
Dia adalah R, dia adalah A, dia adalah H, dia adalah A, dia adalah S, dia adalah I, dia adalah A. RAHASIA
Mengapa penuh dengan tanda tanya? ya karena memang masih RAHASIA kan?
Kini, setelah semuanya masih RAHASIA, akan tetapkah kau bertanya?
Ya, aku akan tetap bertanya dalam doa, hingga RAHASIA tak lagi menjadi RAHASIA
Meski kini tetap sama, masih RAHASIA, atau malah dirahasiakan?entahlah :(
Sebenarnya, apa yang Kau rahasiakan? JawabNya: "RAHASIA"

Aku bahagia

Rindu adalah segenggam kata yang kita punya, ia hadir begitu saja tentang sajak yang tak lagi bisa dicerna.
Namun rindu bukan lagi kosa kata dalam bendahara kata, karena aku kini memiliki hari-hari kita.
Sembap mata tak lagi ada dalam diary rahasia, karena hadirmu kini adalah niscaya. Katamu, takdir kita mungkin memang tak bisa bersama, engkau kini menikmati hari-harimu dan dengan bujuk kau berkata "kau pun nanti begitu"
Entah "nanti" kapan yang kau maksud sampai kini pun aku tak tahu. Pemilik Cinta pada berlapis-berlapis harapku menyertainya, menyertai tiap lisan yang masih terjaga untuk tetap meminta dalam rahasia.
Kitapun menderma bahagia dalam memandanginya, memandangi cinta yang tumbuh dalam bahagia pada rafa. Kini, tak akan lagi membahas tentang rasa, kita sudah cukup bahagia dengan hadirnya cinta yang kita punya. Renyah tawa penuh juta rasa menghadiri sukma dalam suka, ia mengejawantah menjadi simpul-simpul pesona.
Engkau bahagia
Aku bahagia
Bahagia adalah kita, meski katamu tak mesti bersama, namun kataku kita harus tetap bersama, jika bukan dalam raga namun setidaknya dalam rasa.
Iya kan? :)


-diles delta dalam harap yang tetap menyertainya-

Merdeka Indonesia, merdeka kitaaaaa

Ada seorang saudari yang saya yakin dia tau bahwa pacaran itu gak boleh, etapi tetep pacaran, sampe akhirnya putus.. (pukpuk buat dia)
Ketika putus, dia menyebut mantannya dg sebutan "lelaki brengsek"
Denger ini, saya ngakak dalem hati, udeeh tau tiap pacaran akan berujung putus, masiiihh aja mau dibrengsekin(sy ga menemukan kata yg pas menggambarkan ini, hehe)

Ini salah satu kekurangan pacaran dr banyak kekurangan lainnya, kita jadi dengan mudahnya memanggil dengan sebutan yg buruk, padahal Allah meminta kita jangan manggil dengan sebutan yang buruk tuh di alhujurot:11..

Sudahlah, ga usah pacaran. Katanya Indonesia sudah merdeka, kok kamu masih dijajah sama nafsu dunia. Sudah, nikah saja sanah *eaaaa

Selamat merdeka Indonesia, semoga rakyatnya juga merdeka, dari terjajahnya perasaan dengan pasangan yg belum halal.
Selamat merdeka Indonesia, semoga kita semakin berlomba-lomba dalam kebaikan..
Selamat merdeka Indonesia, merdeka tanpa prasangka pada saudara..
Selamat merdeka Indonesia, semoga aku, kamu, dan kitaaaa semua benar-benar merdeka dari pikiran liberal, karena merdeka artinya bebas mencintai Allah..

Salam 

anak-anak "ajaib"

Pagi ini ngajar kelas 5SD, dan waw...
Takjub, masyaa Allah, segala puji bagi Allah telah menghadirkan mereka.

Tema pembahasan hari ini tentang idul fitri, sebelum membahas idul fitri seperti pada umumnya, saya mengajak mereka untuk mengevaluasi ramadhan mereka. Apakah berhasil atau tidak. Bagaimana menilainya? Saya mengajak mereka membuat standar keberhasilan sendiri, misal, ramadhan menghafal alqur'an, tarawih full, sholat 5 waktu, dan standar keberhasilan lainnya.
Saya jadi teringat beberapa hari yang lalu mengajar dengan materi sama untuk kelas 6 SD. Iseng bertanya, keberhasilan apa yang kamu raih saat ramadhan, dengan muka datar dan santai dia bilang "saya menghafal 12 juz selama ramadhan".
Haaaaa? Gimana caranya?

Dan hari ini saya kembali dibuat takjub dengan siswa kelas 5 SD, takjub dengan idul fitri mereka. Saya menyangkutkan dengan "penghasilan" ketika hari raya. Siswa saya ada yang mendapat satu juta dua ratus ribu. Banyak yaaaaa -_-
Saya tanya, untuk apa uang sebanyak itu, tadinya saya pikir untuk beli gadget, anak sekarang gitu kan yak(Hehe suudzon aja sih diiill) eeehh dia jawab "setengahnya untuk ditabung, setengahnya infakin ke masjid"
Huaaaaa masyaa Allah, bahagianya saya denger jawabannya. Ternyata banyak anak-anak "ajaib" yang saya ajar, ini yang membuat saya senang sekali mengajar. Bahagia bertemu mereka, bahagia mendengar semangat mereka, bahagia mendengar kehebatan mereka, bahagia dengan bahagianya mereka.

Alhamdulillah, maka nikmat Allah yang mana yang kau dustakan?

Menggenggam Memori Bersama

Nulis apa yah?

Hmmm, tiba-tiba teringat 10 tahun yang lalu, tahun-tahun sulit tentang pencarian identitas diri. Sepuluh tahun yang lalu, artinya saat saya masih berusia 14. Kamu tahu apa makna usia ini untukku? Kadang saya berharap untuk melupakan tahun itu, tapi daya ingatku justru menarikku kembali pada 10 tahun yang lalu, ketika hidayah menyapa penuh cinta untukku.

Alhamdulillahirobbil 'alamin, segala puji adalah milik Ia, Robb semesta alam. Yang menghadirkan mereka, orang-orang yang dikemudian hari tercatat sebagai penyelamatku, sebagai mata rantaiku dalam menuju hidayahMu, hidayah yang nyatanya tak semua orang memilikinya. Maka, nikmat Allah yang mana yang kau dustakan?

10 tahun yang lalu, tercatat sebagai siswi kelas 8 SMP. Siswi yang paling malas berhadapan dengan guru agama, siswi yang meski sudah mengenakan jilbab namun nyatanya akhlaq belum juga terjilbabi, maksudnya, masih suka berbicara kasar, malakin temen, ngumpul sama woco-woco, ah menyeramkan lah pokoknya. Tak perlu dibahas lagi. Ini yang membuat saya malu untuk mengingat 10 tahun yang lalu, saat usia beranjak 14 tahun.

Ya, tapi semua itu perlahan berubah, ketika ada salah satu teman saya yang menjadi "korban" palakan saya, mengajak saya untuk "ngaji" namun berbalut kata-kata yang lebih menarik saya untuk ikut aktivitasnya tersebut. Namanya Yondi fitriana, saudari yang tak lelah mengajak pada kebaikan meski saya tak juga kunjung baik *hiks (nangis sok imut). Suatu hari dia mengajak saya untuk ikut rohis, dengan redaksi yang masih saya ingat sampai sekarang.
"Diles, kasian deh rohis sekolah kita, sekarang udah sepi, ga ada kegiatan. Ikut aktifin kegiatan-kegiatan di rohis yuk, sedih kalau ngeliat kegiatan-kegiatan keIslaman kurang di SMP kita" katanya dengan tanpa paksaan.

Waktu dia bercerita hal ini (lebih tepatnya ini adalah ajakan) sebenarnya saya mualeeess banget, hah meski saya terlahir dari keluarga yang selalu jadi aktivis rohis, tapi saya gak pernah ngebayangin untuk aktif juga di sana. Bingung, mau nolak ajakan dia, tapi dia baik banget, sering nraktir makan di kantin. Duh duh..

Akhirnya, dengan anggukan yang males, saya mengiyakan ajakannya. Dan hari ini saya katakan, tak pernah menyesal telah mengiyakan ajakannya untuk ikut rohis. Setelah Yondy, kemudian saya mengenal Nastia, Kiki, Fina, Tami, Regina, dan Riska. Bersama mereka, adalah pertama kali saya merasakan ukhuwah Islamiah. Bersama mereka, adalah dunia serasa penuh warna, berpelangi, merah, jingga, penuh rupa.

Meski awalnya memang berat, tetapi setelah ke dua, tiga dan seterusnya bahkan saya mulai mencandu dengan aktivitas ini. Aktivitas penuh manfaat, aktivitas penuh harapan, aktivitas penuh cinta. Hari-hari saya kemudian berubah, bukan lagi tentang saya, tetapi kini tentang sekeliling kami, iya kami, tentang dakwah sekolah yang kami perjuangkan dulu. Apa yang harus kami lakukan agar manfaat untuk teman-teman di sekolah. Ah indahnya...

Membayangkan wajah-wajah mereka membuat hari saya penuh cinta, saya merindukan mereka. Saudari-saudari yang "menyeret" saya untuk berada di jalan ini. Hingga kami pun berpisah, berpisah karena Allah takdirkan kami bersekolah di tempat yang berbeda. Namun, satu yang kami yakini dari takdir baik perpisahan ini, agar nantinya dakwah kami meluas di SMA kami masing-masing. Selalu berdoa, semoga Allah menjaga mereka dalam hidayahNya yang indah ini, dalam persaudaraan suci kita. Hingga kini...

Aku mencintai kalian karena Allah duhai para saudari yang mengajakku pada jalan yang penuh dengan cintaNya. Semoga Allah mencintai kalian...

_special lyric_
Di dalam gelap, langkahku terhenti..
Kau buat sinar dan menerangiku..
Kau tarik tanganku tunjukan jalan keluar..
Dan ku jalani, hari demi hari..
Beruntunglah aku..
Beruntunglah aku.....
(So7)

Wajah ketika SMP :)


Sempurna Cinta

Entah harus memulai dari mana catatan ini, bermula dari A kah? Atau dr Z? Yang pasti, akan ku mulakan dengan..

Bismillahirrahmanirrahim..

Segala puji bagi Allah yang menitipkan rasa pada seluruh hambaNya, rasa yang dengannya ia bergelora berdetak memenuhi kalbu dalam sudut ruang harap.
Ia adalah cinta.

Yaaapp, tulisan kali ini akan membahas tentang
C I N T A, sekali lagi ce i en te a.
Duh, ini bukan karena saya sedang jatuh cinta yes, malu siihh kalo belom nikah udah jatuh cinta, nyiahahaha.
Oke fokus..

Merasakan cinta adalah salah satu fase perkembangan yang pasti dilewati oleh semua orang, jangan minta saya untuk mencantumkan sumber, karena ini bukan skripsi. Aku, kamu, dan kita semua pernah merasakan ini kan?

Kalau sudah terlanjur "jatuh" pada cinta yang membuat kita lemah, gimana ya menyikapinya?
Ini sering terjadi pada siswa maupun siswi saya, yang rerata adalah usia remaja. Mengeluh, sulit move on, kepikiran terus, gak semangat kalo gak ada dia, sakit rasanya kalo melihat dia dekat dengan yang lain, jadi tidak fokus belajar, dan segala hal melemahkan lainnya. Bahkan, yang membuat saya sedih bahwa ada remaja yang merelakan kesuciannya demi yang katanya "cinta dan yang mencintainya"? Ah, mengapa hal hina ini yang kau sebut sebagai cinta? Bukankah cinta adalah kesucian? Semestinya, cinta membuat kita menjaga kesucian :(

Bagaimana cara melupakan cinta yang sering melemahkan atau bahkan menghinakan kita?
Cinta tidak bisa dilupakan dengan benci, kita tidak bisa bahkan tidak boleh menggantikan rasa cinta menjadi rasa benci. Satu-satunya cara melupakan cinta yang sering membuat lemah adalah dengan mencintai yang bisa menguatkan. Saya tidak meminta kau untuk mencari orang baru untuk kau cintai, karena belajarlah dari pengalamanmu, bahwa manusia adalah membuat kita lemah, apalagi mencintai lawan jenis sebelum waktunya. Lalu apa? Cinta yang bagaimana yang menguatkan? Sandarkan cintamu pada Yang Maha Menguatkan, pada Yang menciptakan Cinta, pada yang segalanya bermuara padaNya?

Maksudnya?
Ya, ketika cinta terasa melemahkan, saat itu kau harus merevisi seseorang yang kau cinta, cukuplah kau ganti dengan mambangun cinta yang lebih besar untuk Sang Maha Cinta. Teoretis? Tidak, ini bukan hanya sekedar teori, tapi ini adalah hal yang bisa kita praktekan. Praktekan saja, caranya:
1. Berceritalah pada Allah tentang rasa yang membuatmu lemah, menangislah, tumpahkan segalanya pada Allah.
2. Selanjutnya, baca Al-qur'an dan terjemahannya, kau kan temukan banyak kata cinta dariNya.
3. Berkumpullah dengan orang-orang sholih, ikut mentoring atau kajian.

Praktekan tiga hal ini secara terus menerus, hingga kau menemukan semangat baru dalam membangun cinta, cinta pada Allah.

Maka ketika kau mengubah cintamu menjadi mencintaiNya, kau kan temukan kekuatan, kekuatan untuk hidup manfaat. Kau kan temukan ketenangan, ketenangan dalam taat. Kau kan temukan bahagia, bahagia untuk membahagiakan. Kau kan temukan baik sangka, baik sangka bahwa Ia mempersembahkan yang terbaik bagi kita.
Maka ketika kau mengubah cintamu menjadi mencintaiNya, tak kan kau temukan putus asa, karena bersamaNya akan selalu kau temukan jalan keluar, tak kan kau temukan keresahan, karena padaNya yang membuat hati kita tentram.

Kembalilah padaNya, agar cinta terasa semakin penuh cinta.
Percayalah :)

(Ar-Ra`d):28 - (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

('Āli `Imrān):31 - Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kau begitu sempurna, dimataku Kau begitu indah..
Kau membuat hidupku akan selalu memujaMu..
(Sempurna)





Mencoba menjadi biasa

Jum'at 5 syawal 1435 H.
5 syawal yang berarti 1 Agustus 2014.

Bismillahirrahmanirrahim...

Syawal yang bergulir hingga kini hari kelima, kebiasaan-kebiasaan ramadhan apa yang sampai kini masih istiqomah dilakukan?

Suatu hari ketika dibulan ramadhan, lisan pernah "tergelitik" ingin membicarakan seseorang, sesaat mama pun menegur dengan berucap "sayang dek, puasanya". Kemudian tanpa berpikir panjang, saya pun beristighfar. Ya, satu bulan kita melatih diri untuk tidak membicarakan orang lain karena kekhawatiran meruginya kita akan amal berpuasa.

Ternyata benar, cara terbaik mengajak seseorang pada kebaikan adalah dengan mengiming-imingi "hadiah" dari pada menakut-nakuti dengan ancaman. Seperti yang kita tahu, ramadhan atau bukan ramadhan, membicarakan orang tetap tidak baik. Rasulullah menganalogikan sebagai "memakan bangkai saudaranya" tersebab begitu berbahaya dan menjijikannya perbuatan ini. Tapi pada nyatanya, aktivitas ghibah tetap berlangsung. Berbeda ketika kita memasuki ramadhan.

Namun, apakah ketika kini ramadhan telah pergi, kitapun kembali melakukan keburukan? padahal "hadiah" yang diberi ketika ramadhan berasal dari Allah, maka sepatutnya ibadah di luar ramadhan pun kita persembahkan untuk Allah. Serahkan pada Allah, tentang "hadiah" apa yang akan kita peroleh meski ramadhanNya telah pergi.

29 hari dibiasakan tidak membicarakan orang, semestinya cukup melatih kita untuk menjaga lisan selama 11 bulan. Pun dengan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya yang telah kita lakukan.

5 syawal ini, mari kita buat list kebaikan yang telah kita lakukan ketika ramadhan kemaren. Bukan untuk mengenang atau mengungkit kebaikan yang telah kita lakukan, tetapi terlebih untuk motivasi kebaikan 11 bulan berikutnya. Agar kebaikan yang kita lakukan bukan hanya sebagai aktivitas ramadhan, tetapi juga menjadi aktivitas kehidupan selama satu tahun.

Selamat mencoba, agar lebih mudah ajak juga orang-orang terdekat kita untuk mempertahankan kebiasaan yang sudah dilakukan ketika ramadhan.

Salam :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger