Aku tak ubahnya bagi warga bumi lainnya, yang mengiba dengan manja pada Pemilik Semesta.
Pemilik Semesta pun bagiku begitu mempesona.
Nampaknya harus ku revisi, karena bukan hanya mempesona, tapi Ia adalah Maha Mempesona.
Pada pagi yang teriring dengan terik, ku gantungkan sepucuk harapan dengan wajah yang merona mendelik...
Kadang aku malu, meminta dengan manja tanpa jeda pada Ia yang tak ada jeda dalam mencinta. Namun, jika bukan denganNya, aku harus meminta pada siapa? tak sanggup aku menyandingkan Ia dengan yang lainnya, memang tak pantas pula.
Duhai Allah Pemilik Semesta, dalam serak beralaskan lapis sajadah yang menua, ku hadapkan segudang harap dalam lampiaskan emosi yang berlapislapis tebalnya.
Mengapa ia, mengapa aku, ah mengapa ku tanyakan juga?
Sudah, pada bumimu yang berotasi, semoga mengiringi harap kami yang tanpa henti.
Ya Robbi..
-lelah yang berarti, langit cintaMu 27 syawal-
@diles_delta
Rindu adalah segenggam kata yang kita punya, ia hadir begitu saja tentang sajak yang tak lagi bisa dicerna.
Namun rindu bukan lagi kosa kata dalam bendahara kata, karena aku kini memiliki hari-hari kita.
Sembap mata tak lagi ada dalam diary rahasia, karena hadirmu kini adalah niscaya. Katamu, takdir kita mungkin memang tak bisa bersama, engkau kini menikmati hari-harimu dan dengan bujuk kau berkata "kau pun nanti begitu"
Entah "nanti" kapan yang kau maksud sampai kini pun aku tak tahu. Pemilik Cinta pada berlapis-berlapis harapku menyertainya, menyertai tiap lisan yang masih terjaga untuk tetap meminta dalam rahasia.
Kitapun menderma bahagia dalam memandanginya, memandangi cinta yang tumbuh dalam bahagia pada rafa. Kini, tak akan lagi membahas tentang rasa, kita sudah cukup bahagia dengan hadirnya cinta yang kita punya. Renyah tawa penuh juta rasa menghadiri sukma dalam suka, ia mengejawantah menjadi simpul-simpul pesona.
Engkau bahagia
Aku bahagia
Bahagia adalah kita, meski katamu tak mesti bersama, namun kataku kita harus tetap bersama, jika bukan dalam raga namun setidaknya dalam rasa.
Iya kan? :)
Ketika putus, dia menyebut mantannya dg sebutan "lelaki brengsek"
Denger ini, saya ngakak dalem hati, udeeh tau tiap pacaran akan berujung putus, masiiihh aja mau dibrengsekin(sy ga menemukan kata yg pas menggambarkan ini, hehe)
Ini salah satu kekurangan pacaran dr banyak kekurangan lainnya, kita jadi dengan mudahnya memanggil dengan sebutan yg buruk, padahal Allah meminta kita jangan manggil dengan sebutan yang buruk tuh di alhujurot:11..
Sudahlah, ga usah pacaran. Katanya Indonesia sudah merdeka, kok kamu masih dijajah sama nafsu dunia. Sudah, nikah saja sanah *eaaaa
Selamat merdeka Indonesia, semoga rakyatnya juga merdeka, dari terjajahnya perasaan dengan pasangan yg belum halal.
Salam
Pagi ini ngajar kelas 5SD, dan waw...
Takjub, masyaa Allah, segala puji bagi Allah telah menghadirkan mereka.
Tema pembahasan hari ini tentang idul fitri, sebelum membahas idul fitri seperti pada umumnya, saya mengajak mereka untuk mengevaluasi ramadhan mereka. Apakah berhasil atau tidak. Bagaimana menilainya? Saya mengajak mereka membuat standar keberhasilan sendiri, misal, ramadhan menghafal alqur'an, tarawih full, sholat 5 waktu, dan standar keberhasilan lainnya.
Saya jadi teringat beberapa hari yang lalu mengajar dengan materi sama untuk kelas 6 SD. Iseng bertanya, keberhasilan apa yang kamu raih saat ramadhan, dengan muka datar dan santai dia bilang "saya menghafal 12 juz selama ramadhan".
Haaaaa? Gimana caranya?
Dan hari ini saya kembali dibuat takjub dengan siswa kelas 5 SD, takjub dengan idul fitri mereka. Saya menyangkutkan dengan "penghasilan" ketika hari raya. Siswa saya ada yang mendapat satu juta dua ratus ribu. Banyak yaaaaa -_-
Saya tanya, untuk apa uang sebanyak itu, tadinya saya pikir untuk beli gadget, anak sekarang gitu kan yak(Hehe suudzon aja sih diiill) eeehh dia jawab "setengahnya untuk ditabung, setengahnya infakin ke masjid"
Huaaaaa masyaa Allah, bahagianya saya denger jawabannya. Ternyata banyak anak-anak "ajaib" yang saya ajar, ini yang membuat saya senang sekali mengajar. Bahagia bertemu mereka, bahagia mendengar semangat mereka, bahagia mendengar kehebatan mereka, bahagia dengan bahagianya mereka.
Alhamdulillah, maka nikmat Allah yang mana yang kau dustakan?
Entah harus memulai dari mana catatan ini, bermula dari A kah? Atau dr Z? Yang pasti, akan ku mulakan dengan..
Bismillahirrahmanirrahim..
Segala puji bagi Allah yang menitipkan rasa pada seluruh hambaNya, rasa yang dengannya ia bergelora berdetak memenuhi kalbu dalam sudut ruang harap.
Ia adalah cinta.
Yaaapp, tulisan kali ini akan membahas tentang
C I N T A, sekali lagi ce i en te a.
Duh, ini bukan karena saya sedang jatuh cinta yes, malu siihh kalo belom nikah udah jatuh cinta, nyiahahaha.
Oke fokus..
Merasakan cinta adalah salah satu fase perkembangan yang pasti dilewati oleh semua orang, jangan minta saya untuk mencantumkan sumber, karena ini bukan skripsi. Aku, kamu, dan kita semua pernah merasakan ini kan?
Kalau sudah terlanjur "jatuh" pada cinta yang membuat kita lemah, gimana ya menyikapinya?
Ini sering terjadi pada siswa maupun siswi saya, yang rerata adalah usia remaja. Mengeluh, sulit move on, kepikiran terus, gak semangat kalo gak ada dia, sakit rasanya kalo melihat dia dekat dengan yang lain, jadi tidak fokus belajar, dan segala hal melemahkan lainnya. Bahkan, yang membuat saya sedih bahwa ada remaja yang merelakan kesuciannya demi yang katanya "cinta dan yang mencintainya"? Ah, mengapa hal hina ini yang kau sebut sebagai cinta? Bukankah cinta adalah kesucian? Semestinya, cinta membuat kita menjaga kesucian :(
Bagaimana cara melupakan cinta yang sering melemahkan atau bahkan menghinakan kita?
Cinta tidak bisa dilupakan dengan benci, kita tidak bisa bahkan tidak boleh menggantikan rasa cinta menjadi rasa benci. Satu-satunya cara melupakan cinta yang sering membuat lemah adalah dengan mencintai yang bisa menguatkan. Saya tidak meminta kau untuk mencari orang baru untuk kau cintai, karena belajarlah dari pengalamanmu, bahwa manusia adalah membuat kita lemah, apalagi mencintai lawan jenis sebelum waktunya. Lalu apa? Cinta yang bagaimana yang menguatkan? Sandarkan cintamu pada Yang Maha Menguatkan, pada Yang menciptakan Cinta, pada yang segalanya bermuara padaNya?
Maksudnya?
Ya, ketika cinta terasa melemahkan, saat itu kau harus merevisi seseorang yang kau cinta, cukuplah kau ganti dengan mambangun cinta yang lebih besar untuk Sang Maha Cinta. Teoretis? Tidak, ini bukan hanya sekedar teori, tapi ini adalah hal yang bisa kita praktekan. Praktekan saja, caranya:
1. Berceritalah pada Allah tentang rasa yang membuatmu lemah, menangislah, tumpahkan segalanya pada Allah.
2. Selanjutnya, baca Al-qur'an dan terjemahannya, kau kan temukan banyak kata cinta dariNya.
3. Berkumpullah dengan orang-orang sholih, ikut mentoring atau kajian.
Praktekan tiga hal ini secara terus menerus, hingga kau menemukan semangat baru dalam membangun cinta, cinta pada Allah.
Maka ketika kau mengubah cintamu menjadi mencintaiNya, kau kan temukan kekuatan, kekuatan untuk hidup manfaat. Kau kan temukan ketenangan, ketenangan dalam taat. Kau kan temukan bahagia, bahagia untuk membahagiakan. Kau kan temukan baik sangka, baik sangka bahwa Ia mempersembahkan yang terbaik bagi kita.
Maka ketika kau mengubah cintamu menjadi mencintaiNya, tak kan kau temukan putus asa, karena bersamaNya akan selalu kau temukan jalan keluar, tak kan kau temukan keresahan, karena padaNya yang membuat hati kita tentram.
Kembalilah padaNya, agar cinta terasa semakin penuh cinta.
Percayalah :)
(Ar-Ra`d):28 - (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
('Āli `Imrān):31 - Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kau begitu sempurna, dimataku Kau begitu indah..
Kau membuat hidupku akan selalu memujaMu..
(Sempurna)