Uwais,
pemuda asal Qaran, Yaman, hari itu berpamitan kepada ibunya pergi ke pasar
ternak. Ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Di pasar, pemuda ini membeli lembu
atau kerbau yang masih kecil. Setelah deal harga, lelaki tersebut membawa
pulang dan memanggulnya.
Hari-hari
Uwais yang dikenal sebagai penggembala kambing itu, kini dilaluinya dengan
kebiasan baru yang aneh. Setiap pagi dan sore, Uwais menggendong lembunya dari
rumah menuju bukit yang ia buatkan kandang di atasnya. Aktivitas aneh ini
semakin mengundang cemoohan orang kepadanya, terutama sejak sepeninggal
ayahnya, Amir ibn Juz ibn Muraad al-Qairani.
Rupanya
ini jawabannya; ia membeli lembu kecil dan memanggulnya setiap hari adalah
dalam rangka melatih fisiknya supaya terbiasa dan kuat saat bulan haji nanti
tiba. Sejak ibunya yang buta dan lumpuh itu ingin berangkat haji, Uwais hanya
bisa terpaku dan merenung. Dirinya bukan orang berada; hasil gembalanya hanya
cukup untuk makan dia dan ibunya pada hari itu saja. Sementara dirinya teramat
ingin membahagiakan sang ibu. Sehingga tercetuslah ide membeli lembu.
Kini
bobot lembu sudah mencapai 100kg, dan aktivitas anehnya kini disudahinya. Pagi
itu Uwais mendekati sang bunda. “ibu, mari kita berangkat haji” “Dengan apa
nak?mana ada bekal untuk ke sana?” Sahut sang ibu, menanggapi anaknya.
“Mari
bu, aku akan menggendong ibu, perbekalan kita insya Allah cukup. Jatah makanku
selama ini selalu aku tabung.”
Sang
ibu hanya bisa ber-urai air mata. Pagi itu Uwais sang anak shaleh melintasi
sahara panas dengan menggendong sang ibu tercinta . Sampai akhirnya Ka’bah pun
sudah berada persis di depan matanya. Mereka berdua pun akhirnya berhaji,
menyempurnakan keIslaman mereka.
Allahu
Akbar!!
***
Di
sini, jarak membentang dan tahun semakin menjauh dari kisah Uwais yang mempersiapkan
diri untuk menggenapkan rukun Islam, berkisah tentangmu mama, tentang keinginan
terbesarmu untuk juga menggenapkan rukun Islammu di waktu yang semakin
menandakan bahwa kau sudah semakin senja. 55 tahun.
Beberapa
minggu ini, mama punya kebiasaan baik. Setiap pagi dan sore tiap harinya mama
bersemangat untuk ke taman dekat rumah melakukan olah raga ringan, lari-lari
kecil mengelilingi taman yang cukup luas. Aku kadang heran, kenapa mama begitu
bersemangat, setiap hari, dua kali sehari di pagi dan petang (persis seperti
waktu membaca al-matsurat) tak pernah terlewatkan kecuali ada hujan yang mampir
di rumah kami untuk berolahraga sejenak di taman luas terseebut. Dan pagi ini, aku
menemukan alasan dari kebiasaan baikmu, mama.
Ketika
kami sedang berlari-lari
kecil sambil mengobrol ringan, mama bilang “ayo dek, semangat olah raganya,
nanti kan kalo naik haji kita jadi sudah terbiasa dengan berlari-lari seperti
ini”
Aku
terdiam dengan tamparan manismu mama, langsung saja teringat kisah Uwais yang
mempersiapkan fisiknya untuk membawa ibunya pergi menggenapkan rukun Islamnya.
Namun, di sini, di senja yang menjejaki usiamu, mama berjuang sendiri melatih
fisiknya untuk mempersiapkan diri menggenapkan rukun Islam yang sesungguhnya
kami pun tak tahu kapan waktu itu tiba,
meski kami tak hentinya meminta pada Sang Maha Raja dan Sutradara hidup kami.
Aku
jadi teringat ketika beberapa minggu sebelum 10 Dzulhijjah yang baru saja
berlalu, mama seperti sedang mempersiapkan diri, pulang dari pengajiannya
dengan membeli celana panjang putih. Beberapa hari kemudian, mengajak aku untuk
membeli jilbab panjang putih. Katamu “ini buat persiapan naik haji de, mama
sudah pantas kan?” mama bertanya sambil berkaca lengkap dengan busana serba putihnya. Kataku “iya ma, sudah sangat
pantas, semoga Allah segera mengundang kita ya ma ke rumahNya.”
Berbeda dengan siang ini, aku melihat mama sibuk
membongkar isi lemari, terlihat sedang mencari sesuatu, aku pun bertanya
padanya “sedang cari apa ma?”
Mama menjawab dengan tanpa menoleh kepadaku, “lagi
cari buku nikah, katanya kalau naik haji harus bawa buku nikah”.
***
DzulhijjahMu
Allah
yang
sebentar lagi meninggalkan kami
Engkau
pun tahu bahwa kami menanti Dzulhijjah yang entah kapan itu
Untuk
berdiri penuh belas kasih di rumahMu, di rumahMu ya Allah
Menggenapkan
rukun Islam kami
Menelusuri
jejak-jejak perjuangan para Nabi dan RasulMu
Dalam
doa yang tak pernah henti di lima waktu kami
Bahkan
di waktu-waktu terijabahnya semua doa untuk memintaMu
Memberikan
undangan itu kepada kami
Sudah
pantaskah kami dihadapanMu, Rabbi??
***
Aku
pun berbisik “Ma, terus berdoa ya agar Allah mengundang kita dan mengharapkan
kehadiran kita di rumahNya”
0 komentar:
Posting Komentar