berkisah tentang rasa yang meloncat dalam kengiluan nurani, mengamati hari-hari dalam bayang yang tak biasa, pada dunia kita, semesta.
disuguhkan, atau bahkan menyuguhkan kengerian dalam tiap fase kejahatan anak-anak manusia, yang seakan menjadi konsumsi wajib bagi kita.
benarkah ini suatu ilmu? benarkah ini suatu informasi?
ataukah ini hanya sekedar angin ketidakpedulian dan ketidakpercayaan pada suatu kabar yang menyakitkan?
atau bahkan, ini merupakan inspirasi bagi jiwa yang tak tahu sama sekali?
pelecehan seksual, pemerkosaan, pembunuhan, pornografi,pornoaksi, lalu apa lagi?
aaaaaakkk, duhai Robbi, jerit ini adakah sebagai bentuk peduli dari kami, ataukah jerit ini terhenti sampai sini?hingga mata perlahan menutup, hingga hari berganti, dan kejahatan-kejahatan yang tak akan berhenti, hanya berganti pelaku dan korban, Robbi, perihnya nurani kami.
"kak, aku gak bisa menahan hasratku sebagai laki-laki"
ceritanya dengan ketakutan namun meminta solusi agar terjaga dan menjaga.
cacian demi cacian, terlontar ketika kita mendengar tiap kejahatan ini, tanpa berpikir, bagaimana ini bermula? apa penyebabnya? bagaimana menghentikannya?
seakan kita berada dalam lubang yang sangaat gelap, bahkan ketika terungkapnya kejahatan demi kejahatan, kita malah mengungkapkan kejahatan lain yang pernah kita lakukan, duh Robbi, ampuni kami yang tak bisa menjaga aib kami :(
ketika dunia dalam genggaman anak-anak kita, ketika dunia bukan lagi tentang kata-kata mesra penghuni rumah surga, masihkah ada harapan akan terselamatkannya bangsa ini?
duhai Yang Sebaik-baik Penjagaan, ya Allah, hembuskan keimanan dalam nurani kami, hingga malu dan selalu merasa dalam pengawasanMu, agar tak ada kejahatan-kejahatan ini, agar tak ada lagi korban-korban tersakiti.
***
hffff, tiap disuguhkan tayangan, bacaan, atau berita tentang kejahatan seksual, ada rasa yang meledak dalam hati, pengen marah tapi gak tau sama siapa. Bahkan sekarang cenderung ketakutan dan prasangka-prasangka buruk pada tiap manusia yang ditemui. Sampai suatu ketika, pernah terpikir, jika suatu hari Allah amanahkan untuk memiliki anak, mampukah aku menjaganya dalam dunia yang kejam ini???????
rasanya pengen nutup mata aja dan bilang "kabar-kabar ini bohongkan?" tapi saya tahu, bahawa menutup mata pun bukan solusi, memaki dan kesal sesaat juga tak mengobati, lalu apa yang dapat kita lakukan untuk menyudahi ini? memutus mata rantai kejahatan ini??
Kembalilah padaNya, mohon..
Kembalilah padaNya, hanya Ia yang mampu menjaga kita dan anak kita dari kejahatan-kejahatan ini
0 komentar:
Posting Komentar