rindu rasa baru

Dilaaaa betapa ih aku rindu, tapi kan kata kamu jangan sering-sering melampiaskan rindu, biar rindu semakin dirindu. Tahu gak apa yang bikin rindu? Kebiasaan-kebiasaan baru yang selama ini aku lewatin saat ada kamu, rafa dan raisya. Eh iya sebelumnya makasih ya, mengizinkan aku sejenak merasakan rasanya jadi ummi. Ummi yang bekerja dan ummi yang di rumah. Karena pengalaman itu, aku tau betapa beratnya menjadi "working mom" yang saat berangkat kerja disambut tatapan sendu rafa seolah-olah bilang "umma jangan pergi" huaaa membuat langkah aku berat deh, dan ketika pulang disambut dengan tawa renyah rafa sambil lompat-lompat karena senangnya umma pulang, plus kata-kata kamu yang bilang "nih raisya belum mau bobo, nungguin umma nya pulang, minta digendong nih raisya", bahagia ih seakan lelah langsung mengembara, kabur dari tubuh. 

Merasakan jd fulltime mother juga saat liburan, menikmati waktu-waktu berkualitas untuk rafa dan raisya, jalan bareng, nyanyi bareng, eksplorasi bareng, yang membuat aku betaaahhh banget ada di rumah.
Makasih ya, huhuhuhu nangis deh aku..

Enggak denk, aku kan sekarang mencoba rindu rasa baru, hohoho, rindu yang gak pake nangis. Bukan karena sudah terbiasa atau sudah gak rindu lagi, ih aku mah rindunya gak ilang-ilang.

Seperti yang sering aku sampaikan, perpisahan denganmu, lagi dan lagi adalah ujian yang paling berat selama hidup aku, lebih berat dibanding gagal taaruf berkali-kali *eh ngapa dibahas* hehe. Sungguh deh. 


Makanya, aku menangkap suatu kesimpulan bahwa Allah memberi ujian dititik terlemahnya kita, dititik yang terberat bagi kita. Berkali-kali kan Allah uji aku dengan kepergian kamu, makanya aku gak mau untuk ke depannya Allah uji kita lg dengan kesedihan karena perpisahan, doain aku ya biar kuat menghadapi ujian ini. Dah sekarang mah prinsip aku, perpisahan itu akan berakhir dengan sebuah pertemuan, makanya itu yang bikin aku semangat menjalani hidup dengan rindu yang tak sendu.


Meski awalnya berat, bayangin aja ih, saat ngepel rumah yang diinget celoteh rafa "umma licin", saat makan mangga yang terdengar ceriwisnya rafa "mau mau mau mauuuuuu", celoteh ini yang bikin aku gak semangat lagi makan mangga, aku sadari manisnya mangga ternyata terletak dimanisnya senyum rafa saat makan mangga. Terus saat liat kuda yang lewat inget rafa juga "kuda bauu" ah sekarang serba rafa deh pokoknya. Terus ngeliat barang-barang bayi inget raisya, liat bayi gembul yang diinget raisya. Huah susyah deh pokoknya.

Kini setelah kepergian kamu, aku beradaptasi lagi deh dengan sunyi rumah ini. Salah satunya cara yang ngobatin rindu ya cuma nelpon, sampe paket nelpon 250 menit yang untuk setahun jadi habis dalam 2 minggu.
Kalau dulu, saat rindu sama kamu, aku langsung lampiaskan dengan tulisan, terus aku share deh ke kamu. Sekarang aku belajar, bahwa cara itu malah membuat aku semakin melemah, dan rindu jadi tak dirindu. Maka ketika rindu sudah terlalu menusuk, aku memilih berdoa, menangis saat solat sambil minta sama Allah agar membuat kita dekat lagi, dalam raga yang bukan hanya rasa, karena yang aku tahu, cuma Allah yang bisa mengabulkan pinta, meski kamu punya rencana tinggal selamanya di sana :( *aku sedih* semoga itu gak terjadi.


Sekali lagi makasih ya, sudah mengizinkan aku menjalani sebaik-baiknya peran menjadi seorang ummi, kini doakan aku untuk sukses juga menjalani sebaik-baiknya peran menjadi seorang anak, anak yang tidak menyulitkan mama, anak yang berupaya untuk membalas kebaikan mama meski tak mungkin terbalas, huhuhuhu. Anak yang berupaya untuk membahagiakan mama dimasa tuanya, doain yak.

Bye dila, selamat menjalani peran menjadi istri dan ummi di belahan bumi bagian sana. Aku merindukanmu, dan tak pernah hilang rindu itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger