A'linuu an nikaah - sebarkanlah pernikahan... ini shahih, ibn hibban, ahmad, tirmidzi, dan lain-lain. Sedangkan menyembunyikan khitbah adalah perilaku para sahabat sejak dulu. -Ustadz Farid Nu'man-
Rabu, 10 Juni 2015. Kami dikejutkan dengan kabar gembira seorang saudari (yang tidak ikut serta dengan kami) bahwa ia akan melangsungkan pernikahan, pekan ini. Kejutan yang sengaja dibuat gembira lebih tepatnya, karena diawali dengan kejutan kekecewaan. Apa sebabnya? Kami iri? Oh bukan. Tak boleh iri dengan takdir orang lain. Ini terlebih disebabkan rasa kecewa seorang saudari yang ternyata tidak mendapat kabar apapun tentang hari bahagia. Meski keterkejutan kami langsung diiringi istighfar, karena tahu bahwa kecewa ini tak boleh ada. Sebab memang, menyembunyikan khitbah adalah perilaku yang dicontohkan para sahabat Rosulullah. Dan kami, ingin meneladaninya.
Tapi ternyata, kegembiraan kami terasa betul sengaja diciptakan, karena setelah pembahasan berganti, kami seakan tetap ingin mengembalikan pembahasan itu sambil mengevaluasi. Ternyata sisi manusiawi itu akan tetap ada ya. Sisi di mana kita ingin kabar baik tentang saudari terdengar langsung dari dirinya dan bukan di detik-detik hari terakhir. Sekeras apapun kami menampik rasa kecewa untuk segera diubah menjadi gembira dan bahagia, rasa itu tetap ada. Dan kemudian kami menyandarkan kecewa kami dengan kata "manusiawi ya". Duh Robbi, bantu kami meneladani pendahulu kami.
Kini saya mengerti rasanya ketika dulu ada seorang saudari yang terang-terangan protes karena tak diberi kabar pernikahan saudarinya jauh hari. Padahal dulu saya memandang remeh dengan menganggap "loh, kenapa dia marah? Kan yang Rosul anjurkan untuk disebarkan adalah pernikahannya, bukan prosesnya". Saya menyesal telah memandang dia dengan buruk. Tiba-tiba saya teringat nasehat seorang kakak, bahwa dalam menjalin persaudaraan, kita harus tahu betul apa hak saudari kita dan apa kewajiban diri kita (jangan dibalik). Salah satu hak saudari adalah mendapatkan kabar bahagia tentang kita lebih dulu dari orang-orang lain. Maka mengabarkan hari-hari bahagia kepada mereka adalah kewajiban kita. Untuk apa? Setidaknya untuk membuat mereka bahagia dan berharga karena menjadi orang pertama yang tahu tentang hari bahagia saudarinya. Bukankah membahagiakan orang lain juga suatu kebaikan? :)
Hal ini bukan berarti bahwa kita boleh menyebarkan proses khitbah kita pada banyak orang dengan dalih "dia saudari kita", apalagi sampai menyebarkan di akun personal media sosial kita dan ditambahi panggilan-panggilan mesra, duh naudzhubillah. Pilih saudari yang bukan sembarang saudari, tapi saudari yang sudah dekat dan melekat. Tanya dalam hati, kamu pasti tahu mana yang layak tahu dan mana yang tak patut diberi tahu. Karena bagaimanapun, khitbah tetap perlu dirahasiakan, khitbah bukan kepastian kehalalan.
Merahasiakannya dari yang tidak perlu tahu adalah jalan untuk menjaga hati sebelum hari yang dinanti. Dan sebagai saudari yang diberi tahu, sssssttt pegang erat rahasia ini sampai ia benar-benar mewujud nyata dalam sebingkai kartu bertuliskan dua nama yang disebar ke seluruh penghuni bumi dan langit beserta isinya. Tugas sebagai saudari untuk menjaga saudari yang berbahagia harus tetap terlaksana dengan tidak bocornya kabar sebelum waktunya.
Tapi, hindari juga untuk memaksa saudari bercerita tentang hari bahagianya jika memang dia masih ingin merahasiakannya darimu. Muhasabahi diri, mungkin memang kita tak layak untuk tahu lebih dulu, baik sangka pada ia. Jangan pernah meminta hak kita sebagai saudari, tapi dahulukan pula hak dia dalam memilih orang yang tepat untuk diberi tahu. Hanya butuh waktu, percayalah suatu hari ia pun akan memberi tahu.
Saya jadi haru, mengingat banyak saudari yang tanpa saya minta tiba-tiba memberi tahu bahwa dirinya sudah dikhitbah dan akan menikah tanggal sekian bulan sekian. Jazakumullah atas kepercayaan yang tidak diminta ini. Semoga Allah jadikan saya agar amanah.
Segala puji bagi Allah yang telah memberi hikmah dari kecewa. Karena sampai di detik tadi saya sudah berikrar untuk tidak memberitahukan saudari-saudari terdekat saya tentang segala prosesnya, dengan alasan mengurangi kecewa jika memang belum waktunya. Tapi tampaknya, ikrar itu harus direvisi :)
*** catatan ini bukan pertanda akan ada kabar bahagia dari penulis dalam waktu dekat :) :) :)
Yang masih selalu minta untuk didoakan dalam diam di gelapnya malam -Aldiles Delta Asmara-
0 komentar:
Posting Komentar