Bahkan meski semua "tukang jodoh" diturunkan, tak kan mampu mengubah kehendak Allah kalau memang belum waktunya.
Saya katakan hal itu padanya ketika ia meminta saya segera menggenap dengan meminta bantuan pada kakak saya yang dikenal "tukang jodoh" dan selalu mengisi kajian tentang jodoh menjodoh. Sering seperti itu bukan? Kita terkadang merasa bahwa penentu takdir yang satu itu adalah seseorang. Entah murobbi/ah, ustadz, anggota keluarga, bahkan orang yang sudah terang-terangan memilih kita mendampingi. Terlupa bahwa penentuNya adalah Allah, dalam hal apapun, termasuk urusan yang satu itu. Maka tugas kita? Percaya.
Maka biar saja, meski orang lain dengan tidak sabarnya menuntut kita untuk segera menggenap. Nyatanya Allah siapkan semuanya tanpa meleset dan namun penuh dengan kebahagiaan yang melesat, berlipat-lipat. Jika kita percaya.
Maka biar saja, meski adik kelas, teman main, sahabat karib satu persatu menggenap dalam takdir bahagia dengan perjanjian yang berat. Kita masih akan tetap menjadi hamba Allah, dalam genap ataupun ganjil. Apapun fase takdirnya.
Maka biar saja, meski orang dekat, orang jauh, yang sudah lama dikenal, bahkan yang baru dikenal menatap dengan tatapan ragu tentang segala usaha. Faktanya memang hanya sekadar bertanya, ingin tahu, tanpa memandang perlu membantu.
Maka biar saja, meski tiap kali jengah terhadap segala yang melulu dikaitkan dengan hal itu. Nyatanya, Allah tiada lelah, bosan bahkan jengah menjadi tempat tumpahnya keluhmu.
Maka biar saja, meski mereka mengulang-ulang tanya, mengulang-ulang sindiran, mengulang-ulang apapun tentang hal itu. Selama kau pun mengulang-ulang doa kepadaNya, mengulang-ulang meminta ampunNya, mengulang-ulang bait cintaNya, agar semakin dekat, semakin rapat dan semakin taat. Bukankah lebih baik keadaannya? Agar terbiasa dalam taat meski sudah menggenap.
Maka biar saja, Allah tahu bahkan Maha Tahu atas apa yang telah diupayakan dan apa yang telah dipersiapkan. Tunggu saja, terhadap segala ketetapanNya yang begitu memesona.
Bukankah ganjil dan genap sama-sama bagian dari takdirNya? Meski tiada pernah tahu, nyatanya tinggal menghitung waktu.
Jika kau percaya.
-Aldiles Delta Asmara-
Syawal yang ujung
0 komentar:
Posting Komentar