Jika ada satu cinta yang boleh aku
persembahkan, bolehkah ia aku persembahkan untukmu? Yang entah siapa.
Rabu,
16 april berakhirnya masa “mengawasi” mereka, sungguh tangan ini bergetar, jiwa
ini ketakutan, dan fikir ini selalu berputar-putar mencari kemana hilangnya
materi-materi pengasuhan dan komunikasi dengan siswa-siswa remaja awal. Ya Allah,
betapa amanah menjadi pengajar adalah amanah yang teramat berat, dengan
banyaknya siswa yang harus diperhatikan, banyaknya siswa yang harus dipahami,
banyaknya siswa yang harus dimengerti. Berteriak sepanjang hari, meluapkan
marah dengan membanting barang-barang, berbicara kotor dengan teman,
mengait-ngaitkan tiap obrolan dengan hal porno, oh my Allah, plis help me L
Kalau
boleh dikatakan cinta, ketakutan ini bolehkah kusebut sebagai pengekspresian
cintaku yang teramat dalam pada siswa-siswa ku? Meski mereka tak merasa, meski
mereka tak meraba, namun kekhawatiran dan ketakutan ini begitu kuat. Hei kau? Takut
terhadap apa?
Takut,
jika di usia mereka yang 12 tahun perpustakaan pornografi begitu melekatnya
dalam otak mereka.
Takut,
jika di usia mereka yang 12 tahun mereka sudah kehabisan kata-kata baik dalam
tiap sapa.
Takut,
jika di usia mereka yang 12 tahun mereka tak bisa membedakan mana marah? Mana bercanda
yang semuanya menggunakan kekerasan.
Takut,
ah terlalu banyak ketakutan-ketakutan memandangi mereka yang dalam usia
mudanya.
Ya Allah,
padaMu ku sandarkan segala ketakutan L
Masihkah
ada harapan jika suatu hari nanti mereka bisa menjadi manusia terbaik pada
zamannya jika saat ini, aku, kau dan kita tetap diam?
Masihkah
ada harapan jika suatu hari nanti mereka bisa mengerti apa yang mereka lakukan
saat ini adalah suatu kesalahan jika aku, kau dan kita tak pernah menegur atas
tiap kesalahan.
“kamu
bisa gak, kalau berbicara tanpa teriak?”tanyaku pada salah satu dari mereka.
“enggak
bisa kak”. Tetap dengan teriakan dalam jawaban.
Ya Allah,
rasanya ingin mengibarkan bendera menyerah saja. Tapi aku terlalu cinta mereka,
benarkah ini cinta? Ataukah ini benci yang dibalut sebuah ketidakpedulian?
Jika
aku boleh dikatakan depresi, maka aku depresi.
Jika
aku boleh dikatakan frustrasi, maka aku frustrasi.
Jika
aku boleh dikatakan lemah, maka aku lemah.
Jika
aku boleh masih bertahan, maka izinkan aku bertahan dengan segala perjuangan
dan cara untuk mengungkapkan cinta yang sebenarnya pada mereka. Suatu hari
nanti...
***
“kak,
maafin aku ya, dulu aku pernah marah sama kakak Cuma gara-gara korek, ih ak
malu kalau inget itu.”katanya yang sambil tersipu mengingat kejadian
berbulan-bulan yang lalu saat saya ingin mengajari tentang konsekwensi atas
kesalahan.
Bersyukur
diantara makian dan teriakan yang terdengar, ada kata tersebut yang terucap.
Ya Allah,
mohon tetap bersamai perjuangan ini.
0 komentar:
Posting Komentar