Saya berpikir, bahwa hidup adalah tentang
perputaran masa ke masa. Jika dulu saat kita kecil, saat menjadi anak, yang
kita butuhkan bukan hanya tentang terpenuhinya materi, gadget gonta-ganti,
fasilitas lengkap dan segala penilaian materi lain yang menjadi alasan orang
tua bekerja, tapi ada hal lebih penting yang kita butuhkan. Kita butuh cinta
dan perhatian dari orang tua kita untuk sekedar bertanya "nak, bagaimana
kisahmu hari ini" dan sejenisnya, yap kita butuh cinta. Suatu hari,
seorang anak yang kaya pernah bercerita sambil menangis bahwa dia tidak butuh
mobil, rumah tingkat, dan segala fasilitas yang dia miliki, yang diberikan oleh
orang tuanya, dia masih merasa tidak bahagia, karena dia merasa tidak dapat
cinta dari kedua orang tuanya. Sekali lagi CINTA.
Dear ayahBunda, cintamu membuat sang anak dapat
hidup dengan pribadi yang kuat, yang siap menjaga dan terjaganya kehormatan
mereka, karena cinta mu ayah bunda. Maka berikan mereka cinta agar hidup mereka
terarah, karena tak ada yang dapat melebihi kekuatan cinta sebagai pegangan
hidup mereka. Cinta yang kalian sandarkan berdasarkan Allah J.
Dan kini, saat kita menjadi dewasa,
saat masanya Allah berikan ke kita, masa untuk bekerja dan orang tua menikmati
hasil, tetap sama. Mereka butuh dari kita bukan hanya tentang "uang
bulanan" yang selalu kita sisihkan untuk mereka, tetapi juga tentang
perhatian dan cinta dari anak dan cucunya, menikmati hari di masa tua sambil
menatap tawa ceria dan bahagia dari anak dan cucu. Menikmati masa tua dengan
sekedar bersandar pada anaknya dan sesekali meminta tangan kita memijatnya. Itulah
cinta, sekali lagi CINTA.
Dear nanda, semakin
bertambahnya usia orang tuamu, jiwa mereka semakin kosong, mereka berharap
masih ada cinta yang tersisa untuk mereka, dan harapan mereka berlabuh pada
anak-anak yang ia besarkan juga dengan penuh cinta. Maka kembalilah dengan
penuh cinta J
Yap, hidup ini butuh
cinta, mungkin itulah alasan yang membuat kita bergairah dalam menjalani takdir
sebagai manusia. Seperti halnya Siti Hajar yang begitu bergairah berlari
melintasi padang terik demi Ismail tercinta. Seperti halnya Rosulullah,
disakiti, tersakiti tetapi tetap saja menyuapi sang nenek buta seorang yahudi. Kita
belajar dari orang-orang penuh cinta tentang sebuah makna, CINTA.
Sebelum kita
tertakdir menjadi orang tua, sebelum kita lupa rasanya menjadi seorang anak,
sebelum waktu kita hampir habis, mari berikan cinta, sebanyak-banyaknya,
seluas-luasnya, atas nama CINTA J
0 komentar:
Posting Komentar