Aku
bertatap mesra pada sebuah tanggal yang bersandar manis di dinding rumah kita.
Aku menyaksikan dengan seksama, tanggal demi tanggal yang bersusun rapi
beraturan dalam kertas yang menjadi acuan kita dalam memendam rasa.
Sampai
detik ini, ketika aku menikmati tatapan manis penuh harap pada tanggalan
tersebut, aku masih belum tau pada angka berapakah tatap mesraku bermuara?
Menanti
hadirmu, menjalin benang-benang rindu yang selama ini terurai.
Kau tahu, meski sampai kini aku belum tahu kapankah pertemuan itu, aku masih setia menanti dengan tatapan mesra dan bisikan manja kepada Rabbku tentang pertemuan itu, ya aku masih setia.
Kau tahu, meski sampai kini aku belum tahu kapankah pertemuan itu, aku masih setia menanti dengan tatapan mesra dan bisikan manja kepada Rabbku tentang pertemuan itu, ya aku masih setia.
Menelusuri
jejak yang seakan tiada batas dalam tiap masa yang telah kita lewati bersama,
antara aku dan kau, selalu ada sebait do'a..
Meskinya
kita tahu, ini cara Allah menyampaikan cintaNya pada kita, iya pada kita, bukan
hanya padaku yang bertemani sepi tetapi juga padamu yang bertemani syurgawi.
Kita
sama-sama ditemani sepotong kata rindu yang kini menjadi berparagraf kata rindu
yang tersusun rapi. Aku selalu menceritakan dengan bangga kisah kita,
karena dengan begitu aku seperti memutar masa ketika engkau benar-benar di
sini.
Eh sudah dulu yah, air mata ini semakin tak terbendung karena rindu.
Salam cinta untuk bahagiamu selalu
Eh sudah dulu yah, air mata ini semakin tak terbendung karena rindu.
Salam cinta untuk bahagiamu selalu
0 komentar:
Posting Komentar