21:58
Kak, maafin aku batalin rencana bukber kita, bapak sakit sudah akut, dan menanti keputusan apakah akan dioperasi atau enggak.
22.45
Kak, aku sakit, mual, pusing demam, maaf ga bisa selesaikan target harian ramadhan
23.20
Kak aku mengidap penyakit ini, sudah kronis kak, aku sedih
***
Bismillahirrahmanirrahim
Malam ini, Allah sukses membuat aku bermuhasabah, atas amanah kehidupan yang Allah kasih kepadaku. Benar-benar dibuat malu mendengar cerita mereka, Ya Allah ampuni atas kurangnya syukurku.
Beberapa hari menjelang usia 24, semakin membuat aku sedih, karena sampai saat ini, Allah masih merahasiakan tentang siapa yang akan menjadi qowwam keluarga baruku, ya berminggu ini merasa terpuruk dengan usia yang semakin bertambah tapi belum juga menggenapkan dien, padahal teman-teman bahkan kembaranku pun sudah hampir memiliki dua anak. Kerdil hati memang, sibuk mengurusi urusan hati, bahkan sulit menerima keadaan diri. Sibuk mengurusi taqdir orang lain, tapi lupa menyibuki diri dengan taqdir sendiri.
Tapi malam ini, Allah tegur aku dengan cerita mereka. Betapa selama ini aku terlupa untuk bersyukur di usia 24 aku masih dalam keadaan sehat, mampu beribadah, dan beraktivitas dalam taat. Kurangkah ini untuk aku syukuri? ya Allah mohon ampuni :'(
Berparagraf sudah aku tulis tentang sabar, sabar dan sabar, namun hari ini aku tersadar bahwa aku adalah hamba yang paling tidak sabar. Mengeluh, membandingkan, meratapi, ah Allah, aku malu padaMu.
Aku hanya disibukan oleh rasa sakit dihati oleh ejekan-ejakan atas belum menikahnya diri, padahal aku tahu, bahwa ini bagian dari rencanaMu, Engkau adalah sutradara, maka semestinya aku tak perlu khawatir atas peran yang Kau tulis untukku. Ya, sakit, hanya sakit itu saja. Berlebihan, dan baru aku sadari bahwa ini berlebihan mengganggap dan merasakan sakit ini, padahal di sana, mereka bukan hanya sakit tentang hati, tapi raga, ya raga yang kadang membuat mereka menyeleksi mana ibadah yang wajib dikerjakan, agar tak semakin membuat sakit raga mereka. Sedangkan aku? Ah ya Allah, tak mampu ku uraikan betapa malu diri ini dihadapanMu :'(
Tak mampu, aku berkata lagi, tentang bagaimana rasa berdosanya aku karena tak mengiringi syukur dalam hidupku selama ini. Bukankah, masih bisa bercengkerama denganMu tanpa rasa sakit adalah suatu kenikmatan? Bukankah, masih bisa menjemput rizkiMu dengan raga yang bersemangat adalah bentuk kenikmatan?lalu, mengapa selama ini bersedih pada hal yang semestinya tak membuatmu sedih, wahai diri...
Berapa kali kau baca firmanNya?
Nikmat Allah yang mana?? Yang mana duhai diri, yang mana yang masih kau dustakan?
Mohon ampunlah kepada Rabbmu, atas ketidaksyukuran ini. Percayalah, bahwa Allah telah melukiskan taqdir terbaik untuk kita miliki dan kita genggam bersama.
Ya Allah, beri peran terbaik untuk kami, dan sertai kami dengan ketaatan padaMu dalam menjalankan peran ini.
*3 Juli 2014, bersama tenggalamnya 5 ramadhan yang akan menuju 6*
0 komentar:
Posting Komentar