Haru..
Judulnya begitu saja ya, ini murni keharuan saya atas catatan hati para ibu yang tercurah hari ini pada obrolan personal dengan saya. Seorang ibu yang memilih menggenggam erat anak-anak mereka demi terjaganya jiwa dan raga dari bahaya moral yang saat ini sudah begitu menakutkan. Seorang istri yang juga sudah menjadi ibu, yang memilih mendukung apapun peran suaminya, apapun, tanpa ada dikte, sebaliknya memberi dukungan dan saran. Lihat saja.
Ibu 1: keinginanku untuk kerja di luar meninggalkan anak-anak dan menitipkannya sama orang, sudah aku hapus. Walaupun nanti aku kerja saat mereka mandiri (jadi gak perlu dititip), tetap aja mereka butuh pengawasan. Lupakanlah gelar dan ijazahku.
Haru pas dibagian "lupakanlah gelar dan ijazahku". Semoga Allah berkahi pilihanmu dan menjaga dengan sebaik-baik penjagaan.
Ibu 2: aku ikut suami untuk pindah rumah. Aku ga boleh ngatur-ngatur untuk masalah tempat tinggal. Berikan kebebasan pada suami untuk menentukan. Istri tinggal memberi saran dan mengikuti.
Haru pas dibagian "berikan kebebasan pada suami". Semoga surga Allah 'dekat' dengan rumah yang dipilihkan suamimu.
Ah ya, saya yakin semua ibu dan istri pasti berusaha untuk menjadi hebat, apapun peran yang diambil dan dipilih. Meski mereka sadar atau tidak bahwa mereka hebat, meski mereka peduli atau tidak bahwa mereka hebat. Surga tetap berada di bawah telapak kakinya. Semoga pilihan-pilihan yang para ibu ambil adalah cara agar surga benar-benar berkenan menetap pada kakimu. Ya ibu.
Mari Aldiles, belajarlah menjadi ibu hebat, yang dirindukan...
-Aldiles Delta Asmara atas secuil kisah yang telah didapat dari Aldila dan Elvriani-
0 komentar:
Posting Komentar