Bismillahirrohmanirrohim...
Resume pertemuan SAHAJA, 11 Oktober 2015
Islamic Parenting
Oleh: ust Bendri Jaisyurrahman
Bagaimana prinsip-prinsip pengasuhan yang ada di Al-qur'an?
('Āli `Imrān):33 - Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).
1. Harmonisasi pasutri
Belajar dari keluarga Ibrahim dan Imron bahwa harmonisasi muncul dari pasangan(istri) yang luar biasa. Sebab pasangan yang baik menentukan kualitas pengasuhan. Seperti Hajar, istri Ibrahim, yang tak pernah berkeluh kesah, tak curhat sembarangan berkaitan ujian yang dilewatinya karena ditinggal suami di padang gersang bersama bayinya.
"Kalau begitu, Dia tidak akan menyia-nyiakan kami."
Hingga Ibrahim pun pergi mengembara dengan tenang karena keteguhan dan keyakinan yang diucapkan oleh Hajar.
('Ibrāhīm):37 - Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Segala kerusakan-kerusakan pada anak yang terjadi saat ini bermula dari kerusakan persepsi antar orang tua. Ayah mengeluhkan sikap ibu kepada anak, ibu mengeluhkan sikap ayah kepada anak. Terbentuklah kecewa kepada orang tua yang dirasakan oleh anak. Atau bahkan anak sengaja menciptakan keributan karena ketidakkompakan orang tuanya dalam mendidik anak, jika tidak bisa mendapat sesuatu dari ayah, maka memintalah kepada ibu, dan sebaliknya. Hindarilah menceritakan keburukan pasangan, apalagi menceritakannya pada anak. Meski niat awal menceritakan hanya sekadar pelampiasan, nyatanya pelampiasan tersebut bukan hanya merusak nama baik pasangan di depan anak tetapi juga merusak anak itu sendiri sebab kekecewaan pada orang tuanya. Rumus ini juga berlaku bagi pasangan yang sudah berpisah, harap menahan diri dari menceritakan keburukan (mantan) pasangan agar anak tak rusak karenanya.
Selain itu, dalam menjalankan hubungan pasutri, haruslah dengan ma'ruf, seperti yang tertulis dalam Q.S Annisa: 19 menjelaskan tentang
"....Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) dengan baik..."
Terdapat kata al-ma'ruf yang dalam bahasa arab merupakan turunan dari kata 'urf yang berarti adat atau kebiasaan. Ma'ruf untuk pasutri menandakan relasi hubungan juga terikat dengan 'urf (adat) setempat selama tak bertentangan dengan syariat sebagaimana kaidah fiqhiyyah yang mngatakan
"Kebiasaan atau adat dapat menjadi hukum" atau
“Yang berlaku berdasarkan ‘urf, (seperti) berlaku berdasarkan dalil syara.”
Contoh: panggilan ummi&abi dalam konteks bahasa arab bisa menjadi haram karena kebiasaan dan adat di sana karena panggilan abi&umi hanya untuk orang tua sedangkan jika ditujukan ke pasangan sudah terhitung sebagai zihar. Tapi di negara kita panggilan abi&ummi itu tidak bisa dihukumi zihar karena konteksnya penduduk Indonesia memahami panggilan tersebut sebagai panggilan dalam rangka pembahasaan panggilan anak kepada orang tuanya.
Maka berperilakulah yang ma'ruf kepada istrimu agar anak dapat meneladani kebaikan ayah kepada ibunya. Dan cara terbaik membina anak adalah dengan saling memuji pasangan ketika pasangan kita sedang tidak berada di dekat anak. Dengan begitu akan tercipta rasa bangga dan hormat dari anak kepada orang tuanya. Itulah sebabnya tanggung jawab pengasuhan yang pertama kali dilakukan untuk anak dari masing-masing orang tua adalah dengan memilih pasangan yang baik. Ayah/ibu yang hebat bermula dari suami/istri yang hebat.
Mari memperbaiki diri untuk menjadi ayah/ibu yang hebat.
(Bersambung dipertemuan berikutnya)
Notulis: Aldiles Delta asmara
0 komentar:
Posting Komentar