Bismillahirrahmanirrohim..
Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 04 Oktober 2015
Islamic Parenting
Oleh: ustadz Bendri Jaisyurrahman
Ada keistimewaan dalam mengasuh anak jika pengasuhan sesuai dengan Islam yaitu memiliki role model masing-masing, dalam mengasuh anak laki-laki ataupun perempuan. Harus ada beda dalam mengasuh laki-laki dan perempuan, jika model pengasuhannya disamakan bersiaplah menunggu dua kemungkinan; salah satu rusak, atau keduanya rusak. Maka Islam menghadirkan model pengasuhan yang tepat untuk anak laki-laki melalui hasil didikan Ibrahim dan hasil didikan keluarga Imron untuk anak perempuan.
Target mendidik anak haruslah tinggi, sebagaimana Ibrahim mendidik Ismail dan Ishak untuk menjadi nabi, sedangkan keluarga Imron terhadap Maryam yang menjadi role model wanita suci.
('Āli `Imrān):42 - Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
Maka tugas orang tua adalah:
1. Mendidik anak lelaki menjadi nabi, yang dalam konteks saat ini berarti ulama (ahli ilmu). "Ulama adalah pewaris nabi". HR Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam shahihnya.
Mendidik anak laki-laki haruslah menjadi ahli ilmu yang ahli dalam bidangnya, bukan menuntut anak untuk ahli di semua bidang. Kesalahan pengasuhan saat ini terjadi salah satu sebabnya karena memaksa anak untuk belajar semua bidang tapi tidak fokus untuk menjadikan mereka ahli di salah satu bidang.
Menilik cara Rosulullah mendidik sahabat untuk menjadi ahli dalam bidangnya masing-masing
1. Khalid bin walid yang dididik untuk menjadi ahli dalam strategi perang
2. Abdullah bin Mas'ud yang dididik untuk menjadi ahli al-qur'an
3. Umar bin Khatab yang dididik u tuk ahli dalam urusan ketatanegaraan.
Maka mendidik anak lelaki zaman sekarang haruslah mencetak mereka menjadi seorang ahli yang memiliki jiwa iqomatuddin(menegakkan agama) (Q.S As- Syuro: 13) agar mereka menjadi ahli yang berpihak kepada agama Allah. Sebab menjadi ahli tanpa memiliki jiwa tersebut adalah suatu kesia-siaan. Jadi nabi di zaman ini identik dengan dua hal: ahli ilmu dan mempunyai semangat menegakkan agama.
Kemudian didiklah anak laki-laki menjadi pemimpin, sebab fitrah mereka Allah ciptakan adalah sebagai Al-Qowam (Q.S Annisa: 34).
Maka didiklah anak lelaki kita dengan patut dan sesuai fitrah penciptaanya.
2. Mendidik anak wanita agar menjadi wanita suci yang akan menjadi pencetak nabi.
a. Menjadi wanita suci yang bukan hanya sekadar perawan. Sebab kini banyak wanita yang masih perawan tapi sudah tidak suci. Maka mendidik anak wanita haruslah mengingatkan mereka untuk betapa pentingnya menjaga kesucian mereka, berawal dari memperkenalkan mereka dengan rasa malu. Saat mereka sudah berusia 7 tahun atau beberapa ulama menyebutkan ketika anak sudah bisa membedakan kanan dan kiri maka seorang ayah tidak lagi memandikan anak perempuannya. Katakan pada anak kita "ayah malu melihat auratmu" sebagai teladan bagi mereka untuk malu melihat aurat orang lain dan malu memperlihatkan aurat pada orang lain.
Role model pengasuhan wanita untuk menjaga kesuciannya terdapat dalam diri Maryam.
Maryam:20 - Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"
Tidak pernah seorangpun yang menyentuh Maryam. Semoga kelak anak wanita kita menjaga kesuciannya sebagaimana Maryam menjaganya.
Terkait kesucian, bukan hanya berkaitan menjaga kesucian tubuh tapi juga kesucian dalam menjaga kehormatan dirinya.
Bagai Khadijah yang memiliki keinginan menikah dengan Rosulullah, ia sampaikan kepada orang yang berhak agar menyampaikan kepada Rosulullah bukan dengan mengutarakan langsung kepada Rosulullah sebagai bagian dari adab dan sekaligus melindungi kehormatannya. Sedangkan kini betapa banyak wanita yang urusan hatinya tumpah ruah menjadi milik bersama.
b. Mendidik anak wanita untuk memiliki misi yang utama, yaitu mendukung dan mencetak 'nabi', mencetak seorang ahli. Bangun kecintaan anak terhadap profesi mulia menjadi seorang ibu, menjadi penyokong utama dakwah yang mendukung ayah, suami, dan anak. Jika kini belum Allah takdirkan memiliki suami dan anak, maka misi mulia yang semestinya ditanamkan kepada anak wanita adalah menjadi guru, yang akan mencetak anak lelaki yang menjadi muridnya. Sebagaimana Asiyah yang mendidik Musa dan sebagaimana Aisyah setelah Rosulullah wafat.
Maka didiklah anak wanita agar menjadi wanita-wanita mulia yang menjaga kesucian diri selayaknya Maryam, menjaga kesucian hati dan kehormatan bagai Khadijah, dan menjadi pendukung dakwah bagi ayah, suami, dan anak atau bahkan anak lelaki orang lain seperti Asiyah dan Aisyah, serta menjadilah seperti wanita mulia lainnya.
Sebab anak lelaki dan perempuan itu beda. Semoga tak salah langkah.
(Bersambung di pertemuan selanjutnya, insyaa Allah)
Notulis: Aldiles Delta Asmara
0 komentar:
Posting Komentar