Malam 17 Juni 2014..
Ma, malam ini aku menanti kepulanganmu, dengan degup yang tak menentu pada waktu yang terus terpacu. Malam, yang tanpa hadirmu pada kepulanganku sore ini membuatku begitu termangu, ah segala resah pun aku bawa pergi sebab ku tau engkau bersama mahrommu..
Ma, namun ada pikir lain yang hadir di lingkar otakku, ketika malam ini resah yang terlalu sebab menunggumu, bagaimana resahmu tiap waktu yang kau habiskan untuk menunggu kehadiranku???
Keaktifanku dimulai ketika SMA, bergabung di OSIS dan ROHIS yang sama kita tahu, mengorbankan banyak waktu. Dulu, kau pun begitu, dengan wajah setia dengan doa terpanjatkan menanti kepulanganku, yang jauh melebihi batas waktu.
Hingga kuliah yang ku lalui pun juga meninggalkanmu.
Ah mama, aku tak ingin kau merasa ternomorduakan dari aktifitas harianku, maafkan jika dalam masa pencarian jati diriku, malah pergi dan jarang bersamamu. Wajah cemasmu, yang menyambut kehadiranku di rumah cukuplah sebagai teguran agar tak meninggalkanmu lagi. Ma, tapi maaf, anakmu ini sungguh tak tahu waktu, hingga lagi dan lagi membawa kecemasan untukmu, sampai akhirnya, raut cemas tak cukup untuk mengutarakan cemasmu, kau pun meminta waktuku..
Waktu untuk bersamamu...
Ma, malam ini, aku tersadar bahwa jauh darimu adalah kepahitan, pahit yang ku reguk dengan candu karena terlalu bernafsu dengan kesibukanku dulu..
Ma, malam ini aku tersadar, permintaanmu yang sederhana mengapa begitu sulit untuk ku kabulkan, padahal kata orang militansi ku tak diragukan, aku mampu mendaki gunung tanpa ketakutan, namun tetap di rumah tak kunjung ku lakukan..
Ma, malam ini aku tersadar, betapa cintamu sungguh agung, besar dan tiada tepi..
Ma, kini aku ragu, masihkah kau bahagia karena sudah memilikiku???
***
Istirahatlah, mama ga mau kamu sakit, mohon dengarkan..
***
Berlalu tanpa hirauan
0 komentar:
Posting Komentar