Seakan semua adalah pertanda. Aku sih tak yakin dengan semua itu, benarkah memang pertanda, ataukah hanya hati yang terlalu cepat memaknainya?
Kemudian imajinasiku dikejutkan oleh sebuah janji, bahwa jangan berharap banyak pada manusia, ups, salah, jangankan berharap yang banyak, bahkan berharap sedikit saja juga jangan. Kamu tahu kan akibatnya? Ya, manusia itu aku dan kau, sedikitpun tak boleh ada harapan dari masing-masing kita. Cukuplah purnama doa mengantarkan harap kita pada suatu nama, terbaik bahkan Maha Baik, Ia, tempat kita menggantungkan berjuta-juta harap.
Tak pernah berujung pada kecewa, tak pernah berujung pada hati yang patah, tak pernah berujung pada kelalaian jiwa. Sedikitpun tak pernah.
Maka untuk kali ini, biar harap kita terbang tinggi memesona langit senja yang kemerahan menuju arsyNya, mengetuk-ngetuk dengan kesabaran terbaik yang tersajikan dalam lantunan doa. Fashbir shobron jamiila, sudahkah kita melakukannya?
*malam, diskusi yang kesekian dengan berujung doa*
@diles_delta
0 komentar:
Posting Komentar