Hujan ini, ketika aku menengoknya diam-diam dari jendela kamar, aku seakan melihat sebuah kenangan. Ya seperti yang sering dikatakan orang, hujan itu 90% nya adalah kenangan sedang sisanya air, mungkin air mata untuk sebagian orang :)
Tapi tidak untuk pagi ini, hujan memang membentuk kenangan, kenangan-kenangan tentang nikmat Allah yang begituuuu banyak, kenangan yang bagai tetes demi tetes hujan yang tertangkap pandang oleh mata, kenangan yang jika kau hitung, ah bisakah kau menghitungnya? Kenangan nikmat yang sampai kini masih Allah limpahi bagai hujan, betapa banyak, betapa berlimpah, betapa semoga penuh berkah.
Aku jadi malu untuk kemudian menangisi sedikit dari ujiNya, mengapa? Padahal bukankah itu bagian dari nikmatNya? Bukankah itu bergantung bagaimana kita menjalaninya? Bukankah itu bergantung bagaimana kita memaknainya? Selayaknya hujan, dari sekian banyaknya manfaat, hanya ada satu yang bagai musibah, dan itu bukankah karena kita salah dalam memaknainya? bukankah itu karena kita tak memberikan jalan bagi airnya? Kepada tanah yang pohonnya kita tebangi, kepada sungai yang airnya kita cemari. Maka tak layak, mengutuk hujan dengan segala keberkahan dariNya. Karena, hujan begitu banyak memberi arti dari segala pinta kita, bagian dari nikmatNya.
"Perbanyaklah berdoa di kala hujan turun, sebab ketika itu pintu-pintu langit sedang dibuka."
(Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'Anhu)
Maka tentang nikmatMu, yang bahkan melebihi tetesnya hujan, mampukah kami menghitungNya???
0 komentar:
Posting Komentar