"Kaaaak tau gak sih, dia tuh beda banget kalau lagi di sosmed, di sini dia pendiam banget yaaa, kalau di sosmed dia cerewet banget kaaa." Salah seorang adik bercerita tentang temannya.
Pernah bertemu dengan yang seperti ini? Ataukah pernah jadi korban pengasingan seseorang yang bersebelah raga dengan kita? Eh atau jangan-jangan inikah kita? Yang lebih berbahagia menjalin pertemanan dan berinteraksi aktif dalam dunia ketak ketik semu, dibanding pada dunia ketuk-ketuk kalbu lewat obrolan dan pertemuan langsung yang nyata.
Menjauhkan yang dekat, katanya sih seperti itu. Sebab kita yang tidak bisa mengatur batasan dalam berduaan dengan alat komunikasi kita, dengan bermacam alasan. Apasih yang kita lirik dari alat ini? Social media? Atau social messaging? Dua-duanya?? Apakah dua hal ini lebih penting dibanding dunia sosial yang nyata??
Apalagi kalau kita mau dan boleh jujur, pembicaraan di social media dan social messaging yang kita ikuti tak penting-penting banget. Tapi banyak informasi dari sosial semu ini yang penting, alasannya sih biasanya seperti itu. Yakin penting? Yakin sih, saya juga tahu kok ^^v
Tapi segala informasi yang (katanya) penting itu juga sering tindih bertindih kita dapatkan kan? Jadi yaaaa kalaupun tidak detik itu kita baca, kita masih bisa melirik informasi tersebut saat waktu benar-benar santai, saat tak ada orang lain yang merasa terabaikan dan diabaikan.
Bahkan kalaupun obrolan dalam social messaging sudah terlampau jauh, percayalah akan ada yang share informasi yang sama kok. Lirik saja seperlunya alat komunikasi yang kita punya ini, agar interaksinya tidak berlebihan. Nah, kalau dalam obrolan yang nyata dengan orang-orang yang bertatap rupa dengan kita, jangan justru hanya sekedar melirik seperlunya, bahkan mengabaikan, dengan lebih peduli pada si layar kaca genggaman ini dari pada kawan bicara. Duh sedih deh :(
Padahal suatu hari saat kita benar-benar tiada daya tegak tinggi di bumi, teman-teman di dunia maya biasanya hanya bisa peduli dengan kata-kata yang mereka rangkai dengan indah di akun kita, duuhh apakah itu membantu? Saat itu baru deh kita sadar perlunya interaksi langsung dengan orang lain. Tidak semua seperti itu sih memang, hanya saja interaksi dengan teman-teman maya jangan sampai mengalahkan interaksi kita dengan teman-teman nyata. Karena sungguh, obrolan akan semakin renyah, hati akan semakin terikat jika kita mau sebentar saja(lama juga boleh) untuk berpuasa memegang alat komunikasi ini. Bisa? Dicoba saja :D
Mulai dengan langkah sederhana saja, misal, paksakan diri untuk fokus mendengarkan kawan bicara kita dengan meletakkan alat komunikasi kita. Atau kalau benar-benar dalam keadaan yang terdesak untuk tetap memegang alat komunikasimu,memohon izinlah dengan kawan bicara kita agar memberi waktu untuk melirik pesan di alat komunikasi kita, tapi bukan berarti bentar-bentar mohon izin terus yaaaa, itu siiih nyebelin juga, hehe.
Intinya jangan sampai kehangatan dalam perbincangan di dunia nyata terkalahkan dengan hebohnya kehidupan di dunia maya. Berpikir sejenak, kalau aktifitas di dunia maya membuat kita lalai, membuat kita menjauh dari kehidupan yang sebenarnya, membuat kita menjadi makhluk tidak peduli dengan keadaan sekitar, yaaa mungkin ada baiknya kita mulai mengurangi dan menyeleksi grup dalam social messaging yang tidak penting, yang isinya cuma haha hihi, gosip sana gosip sini, copy dari sana paste ke sini.
Keluarlah, dan masuk dalam hidup yang sesungguhnya. Keluargamu, sahabatmu, saudaramu dan orang-orang sekelilingmu telah menanti kehangatan tatap bicaramu.
Selamat merangkul kebersamaan dalam kehangatan.
-Aldiles Delta Asmara- yang masih suka nyuekin kawan bicara. Maaf yaaa yang pernah terabaikan.
0 komentar:
Posting Komentar