Hari
ini saya tertarik dengan status BBM adik kelas yang menyatakan kesedihannya
karena berganti murobbi(ah). Memandang dengan sederhana, bukankah pergantian
itu akan selalu ada seperti bergantinya dosen tiap semester? atau bergantinya
pengajar saat sekolah dulu? atau juga berganti-gantinya pengajar, selang seling
saat belajar di bimbel, sebut saja Nurul Fikri dan Aksel, hahaha.. Oke tapi
tulisan ini tidak fokus ke lembaga tersebut, tetapi fokus pada penerimaan hati
dalam menerima pergantian murobbi(ah) ini.
Untuk
sebagian orang-dan mungkin termasuk saya- pergantian murobbi(ah) ini tak
sesederhana logika tadi, justru terasa berat, karena dalam pertemuan antara
mutarobbi dan murobbi tiap pekannya selalu ada sepotong hati yang bermain.
Mengeluarkan keluh, mengupas kasus, merenyah tawa dengan canda, menyeka air
mata dengan berbait-bait doa. Terjalin begitu lama. Hingga kemudian ujian
perpisahan hadir lagi, kembali lagi, saat hati sudah menetapkan nyaman. Pada
ia.
Semoga
kelak terinsyafi bahwa pergantian yang menciptakan perpisahan dan pertemuan ini
adalah bagian dari tarbiyahNya, bagian dari ujiNya. Seberapa kuat niat kita
untuk tetap menjalin mesra padaNya lewat perantara murobbi(ah) kita? Sudahkah
niat selama ini memang karena Allah atau karena kecintaan terhadap murobbi(ah)?
Tak berarti saya menyalahkan jika kemudian memang ada cinta, justru
berbahagialah murobbi(ah) yang mampu menghadirkan cinta dalam lingkarannya,
tapi lagi-lagi ini perkara niat, dan ia akan terus diuji. Tetap menjadi hamba
Allah kah? atau sudah menjadi hamba murobbi(ah) yang tak ingin lagi mengilmui
jika bukan dengan murobbi(ah) yang terpilih?
Robbighfirlii...
Ini
hanya tentang masalah waktu kan? Dan berikan kesempatan terhadap diri untuk
melapangkan hati menerima kembali seseorang yang akan kita cinta. Bukankah
bahagia, jika kita bisa mencintai lebih banyak dalam tiap pergantiannya? Karena
perpisahan selalu berakhir dengan pertemuan, pertemuan dengan dia, yang
selanjutnya akan kita cintai, kembali, tanpa menghilangkan cinta pada
sebelumnya. Kelak dalam proses ini, kan kau dapati pribadi yang semakin menarik
dalam menerima tiap rupa rasa yang berbeda. Itu kamu, yang semakin lihai dalam
mengenali, memahami, mencintai, yang katamu karena Allah.
*terlintas,
pergantian murobbi untuk ikhwan apakah juga bermain rasa?
*terlintas
yang kedua, ngoper ah *kemudian diprotes
sekelompok, hihihi
0 komentar:
Posting Komentar