Kita,
kehilangan adab saat menasihati. Padahal kita tahu, bahwa nasihat itu meski
baik tapi penerimaan bergantung pada cara memberinya. Nasihat yang baik tak
akan teraba jika pemberiannya seperti memukul wajah -orang yang akan
dinasihati- dengan keras saat ada nyamuk yang hinggap, niat baik, namun
menyakiti, tak akan masuk di hati. Coba saja :D
Ustadz
Salim A Fillah pernah mengibaratkan seperti, pemberian uang yg banyak dengan
koin yang dilempar di wajah akan berbeda rasanya dengan pemberian uang yang
meski sedikit tapi diberikan dengan santun, dengan senyum, dan dengan
keramahan. Berbeda. Begitupun dengan nasihat kita, yang kini semakin kehilangan
adab :(
Dan
kini izinkan saya membahas tentang nasihat-menasihati dalam jantung organisasi
yang kita geluti, organisasi yang katamu untuk perbaikan negeri. Sekaligus
sebagai evaluasi diri sendiri yang pernah bergabung dalam beberapa organisasi.
Mengamati
perkembangan organisasi yang tumbuh dan menumbuhkan orang-orang hebat, dalam
geliat bukti kerja, dalam senyap agenda-agenda rahasia, dalam keterikatan
ukhuwah, menyatukan visi, menyatukan misi, karena Allah dan untuk Allah. Saya
percaya, seperti yang biasa terucap bahwa organisasi itu bukan perkumpulan para
malaikat, saya pun meyakini bahwa di dalamnya juga bukan perkumpulan para
syaithon, maka saling berbenah adalah juga bagian dari kerja-kerja yang tak
ringan. Mengutarakan pendapat, menuang ide, dan menasihati. Kerja tak mudah,
penuh kesabaran demi kesabaran dalam perjuangannya.
Namun
mengapa perlahan, nampaknya kita kehilangan cara terbaik dalam pemberian
nasihat. Lidah kita begitu terburu-buru untuk menasihati hingga tak melihat
bahwa ini bukan tempat dan saat yang tepat dalam menasihati. Mestinya kita
tahu, bahwa nasihat yang diutarakan di depan umum adalah bukan nasihat, Seperti
yang kita teladani dari Imam Ahmad ibn Hanbal ketika berniat menasihati Harun
ibn Abdillah, ia menasihati dalam bisik, dalam sunyinya malam hingga ketukan
pintu samar terdengar. Tak ingin ada yang tahu, hingga dari waktu yang 24 jam
pun beliau pilih yang paling larut untuk menasihati. Nasihat pun sampai pada
yang tertuju, hingga niat memperbaiki diri pun hadir, karena halusnya cara,
sunyinya suara, dan jelitanya adab. Terbaik dalam menasihati.
Mestinya
kita mampu, menjaga hati saudara kita agar tak tersakiti sebab nasihat yang tak
tepat, tak tepat dalam tempat dan tak tepat dalam ucap. Mestinya kita mau,
memilah dan memilih setiap ucap yang akan kita hembuskan dalam desah nasihat
sebagai bukti cinta terhadap saudara kita. Memilih kata yang tetap menjaga
haknya sebagai saudara, memilah ucap yang semestinya terucap atau tersimpan
rapi dari lisan kita.
Semoga
mampu meneladani dengan sebaik-baiknya adab dalam menasihati. Lagi-lagi tentang
adab. Tak memarahi (yang pada sebagian orang ini termasuk cara menasihati)
dalam forum, tak merasa paling benar dalam penyampaian, tak menambah-nambahi
kekurangan hingga mengorek aib, tak memaksa meminta jawab dalam kesaksian
beberapa mata yang melihat. Betapa tak perlu. Niat menasihati jangan sampai
tertampak sebagai niat 'menguliti' saudara kita. Di depan umum kita tampakkan
segala kesalahannya, segala kekecewaan kita padanya, hingga tak ada kesan baik
yang ada pada dirinya. Saudara kita bagai terdakwa atas sebuah salah yang
mungkin juga kita turut andil dalam kesalahannya, tapi bertubi-tubi kita
tumpahkan yang seolah salah hanya dia. Kemudian kita berkilah, ini sebagai
ajang nasihat.
Bagian
mana yang nasihat? Kalau justru saudara kita merasa ditampar berkali-kali
mukanya? Nasihat kah atau menyiksakah? Mestinya sebelum menasihati seseorang,
terlebih dulu kita harus menasihati diri, menasihati agar hati-hati dalam
pemberian nasihat. Menasihati diri bahwa saudara kita memiliki hak untuk tetap
dijaga kehormatannya, tetap dihormati kedudukannya, dan tetap dirahasiakan
aibnya. Agar kemudian kita merenungi cara-cara terbaik dalam pemberian nasihat,
nasihat yang kelak benar-benar mengevaluasi kita dan saudara kita.
Betapa kami perlu bimbinganMu Rabb...
Betapa kami perlu bimbinganMu Rabb...
Mari
kita berbenah, berapa banyak saudara yang tetap berjuang bersama hingga akhir?
Mengapa semakin hari semakin terhitung jari? Tanyakan pada sejuknya hatimu,
sebab nasihat yang menyakitkan kah? Atau memang sebab seleksi alam yang membuat
mundur yang ingin mundur? Sebelum menyalahkan alam, mari mengevaluasi
kebersamaan selama ini. Tak ingin menyalahkan, hanya saja mari kita tengok
tentang saudara-saudari dari awal masa berjuang, pertengahan, hingga akhir
perjuangan. Adakah yang kini perlahan mundur dengan tenang tanpa lambaian
tangan tanda perpisahan? Adakah kita tanya sebab dari mundurnya beberapa orang
yang dulu berjanji akan berjuang bersama hingga akhir masa berjuang? Adakah
dulu nama mereka tak luput dari nasihat yang tak tepat? hingga mungkin
menyisakan ruang kecewa pada mereka yang kini berlepas. Adakah kita memahami
sebelum menghakimi saudara kita? Jika semua tanya ini berjawab ada, maka
mungkin kitalah yang layak dinasihati, agar tak lagi menumbangkan kawan yang
semestinya masih berjuang. Agar memperbaiki segala sakit atas rasa yang kini
tersusun rapi disudut kecewa saudara-saudara kita. Agar kita tahu, bahwa yang
selama ini layak dinasihati bukan hanya dia, bukan hanya diri, tetapi
masing-masing kita, tanpa niat saling serang, dengan tetap santun dalam
menasihati. Kemudian terciptalah rasa saling memahami, rasa saling memiliki dan
rasa saling lain-lainnya.
Sungguh,
sekali lagi saya tak ingin membuat teman-teman berhenti untuk saling menasihati
dalam kebenaran dan kesabaran. Tetaplah menasihati, karena nasihat adalah tanda
bahwa di dalam hati kita masih ada cinta untuk sesama. Tetaplah menasihati,
karena membiarkan kezholiman justru tanda penyakit hati. Tetaplah menasihati,
dengan manisnya kata, senyum yang memesona, jelitanya akhlak dan teriringnya
doa.
Tetaplah
menasihati, duhai saudaraku, dengan cinta dan karena cinta.
Patut
kita renungi nasihat sang imam:
"Nasihati
aku kala sunyi dan sendiri; jangan di kala ramai dan banyak saksi. Sebab
nasihat di tengah khalayak terasa hinaan yang membuat hatiku pedih dan koyak,
maka maafkan jika aku berontak." (Asy-Safi'i)
Teriring
harap semoga ada nasihat dari untaian nasihat ini, apakah benar sesuai adab
ataukah ada yang perlu dinasihati lagi.
Q.S
Al-Asr: 1-3
Demi
masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati dalam menaati
kebenaran dan nasihat menasihati dalam kesabaran.
*Aldiles Delta Asmara
*Aldiles Delta Asmara
0 komentar:
Posting Komentar