Menjelang 23 Tahun


Menjelang hari lahir ke 23 tahun
“dek, maafin mama yah selama ini gak bisa  kasih apa-apa untuk diles, padahal mama tahu diles lagi butuh motor. Mama iri deh sama “dia” yg hadiahin anaknya motor meskipun anaknya gak minta”. Mama bicara sambil peluk J
Ceritanya mama iri sama seseorang yang bisa kasih motor untuk hadiah ultah anaknya yang ke 16. Padahal saya kenal dengan anaknya yang cerita kalau yang dia butuhkan adalah perhatian, cinta, dan penghargaan dari orang tuanya, bukan motor L, terbalik yah J
“ah mama, mama kan udah kasih cinta yang luar biasa yang mungkin banyak orang tua yang gak kasih cinta itu ke anaknya, dan itu lebih dari cukup mama.”

Ya ya, bersyukur luar biasa sudah dianugerahi mama yang berjuang terus untuk memenuhi kebutuhan anaknya meskipun si anak udah mulai “tua”, haha. Mama sampai iri, padahal anak yang mama iriin itu justru iri sama perhatian dan cinta  yang mama berikan ke anak-anaknya, anak tersebut pernah cerita dengan jelasnya
“kak, aku iri sama kakak yang punya mama begitu perhatian dan cinta banget sama anak-anaknya”
Itu artinya bahwa cinta luar biasa  yang sudah mama berikan lebih berarti daripada sepeda motor termahal dimanapun. Diberikan motor tapi gak diberikan cinta itu rasanya sakiiit, begitu sih yang anak tersebut rasakan.
Dan kali ini saya yang balik bertanya pada mama..
“maaa, mama maunya umroh dulu atau langsung naik haji?”
Mama Jawab, “mama maunya diles nikah dulu.”
Haaaaaaa, simple tapi langsung dalemmmm..
Begitulah cinta yang mama berikan, memilih untuk mendahulukan kebahagiaan anaknya  dibanding mencapai segala keinginannya, bahkan keinginan terbesarnya.
Bersyukur yang meluap-luap punya mama seperti ini J
love you, more and more

Juni

Aku tak ingin Juni berakhir, masihkah Juni akan melukiskan bahagia dengan tinta yang kulukiskan bersamamu? ataukah Juni adalah waktu ketika kau dan aku berkata dengan sedikit perlahan bahwa "waktu kita hampir habis" ??

Aku yakin Sang Maha Cinta tak akan membiarkan kita sendiri, sendiri dengan kerinduan yang menyesak dengan tangis dan keikhlasan tak terbedakan lagi..
Maka sampai saat ini, aku takkan melepaskan doaku untuk tetap bersama dengan bahagiamu dipenghujung waktu penantianku..

Ketika kau bilang, "tolong jangan menangis karena kepergianku"

Maafkan karena tak bisa mewujudkan mimpimu, dan aku hanya mampu menjawab "kau bisa meminta ikhlasku, tapi sungguh air mata ini jangan kau minta juga, sebab inilah yang menguatkanku tentang keikhlasan yang kau bawa..

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger