elegi rindu

menjadi bidadari dalam tiap mimpi..
menjalani hari dalam harap yang tak bertepi..
tentang rindu, ia adalah kata yang luas maknanya dari sekedar yang tertera dalam KBBI..
tentang menanti, ia adalah ikhtiar pada janji Illahi dalam kitab suci..
fashobrun jamiil..
kataMu sebagai penghibur hati..

dan untukmu wahai diri, bersabarlah dengan kesabaran yang terus terbarui..
demi sebuah janji yang tanpa terkhianati..
bertemunya dua hati,
kau dan aku.. kami :)

Dialog rasa

Jika bersama adalah jawaban, maka hadirmu adalah harapan..
Dalam memori yang tak hilang, ada namamu dalam doa panjang..
Pada suatu masa, kita pernah bertanya tentang hakikat bahagia..
ingatkah kau cinta? tentang dialog rasa dari masing-masing kita
"Jika aku masuk neraka dan kau masuk surga, mau kah kau bersama denganku?" Tanyamu suatu waktu
"Jika aku masuk surga, maka akan ku bawa kau bersamaku dalam bahagia, karena inginku kita bahagia bersama, bukan bersama dalam siksa" jawabku menjawab kekhawatiranmu..

Kita menyeka duka dan suka dalam genggaman bahagia..
taukah kau? yang ku pinta adalah bisa menggenggammu kembali, bukan hanya lewat imaji tapi juga lewat jemari, penuh arti
J

Seseorang pernah bertanya padaku tentang apa nikmatnya terlahir kembar, ah kau, aku yakin kau pun tahu jawabannya dan jawabanku padanya..
Aku menganalogikan seperti seorang sahabat, jika setiap manusia memiliki sahabat pada tiap rentang pendidikan, berganti dan terus berganti sesuai dengan tingkatan pendidikannya, tidak demikian dengan kita. Aku memiliki sahabat yang bahkan sudah dari rahim, hingga kini, hingga nanti. Tanpa jeda, tanpa prasangka. 

Saling mengerti, penuh arti. Kau dan aku, kita J
Seolah kata tak pernah jenuh menceritakan kita
Seolah kata tak pernah letih mengulang kisah kasih kita
Seolah kata tak pernah terjebak dalam prasangka
Seolah kata, hanya lagi dan lagi tentang kita



*Menyeka butir bening pada mata, yang setia menjaga dalam jarak yang memisahkan raga.

Sajak Maaf jilid 2

Bicara kita tanpa makna
hingga kata pun terjebak dalam prasangka
maaf yaaa

bicara kita meski tanpa dengki
namun mencipta tebing tinggi
maaf yaaa

bicara kita menyakiti
hingga tercipta sedikit benci
maaf yaaa

bicara kita merendahkan rasa
hingga tercipta rasa tidak suka
maaf yaaa

bicara kita tak pernah jera
hingga tak menatap rasa tidak suka
maaf yaaa

bicara kita tak tau arah
hingga tiap kata membuat resah
maaf yaaa

bicara kita tanpa berkaca
hingga tak tau harus apa
maaf yaaa

bicara kita tanpa rasa
hingga yang tersisa hanya duka

maaf yaaa

sajak maaf

Maaf yaaa...
Saya salah menganggap kita seperti teman hingga tak ada lagi sekat,
Bercanda pun terlewat
Hingga kata pun membuat sesak
Aaahh..
Maaf yaaa...
Jika merasa teman semestinya tak berbuat khilaf
Jika merasa teman semestinya mengerti rasa

Maaf yaaa...
Iya saya salah, tak bisa membaca tanda-tanda tidak suka sejak awal
Iya saya salah, tak bisa menguasai diri untuk tidak merendahkan
Iya saya salah, sudah membuat kecewa
Nyatanya saya memang jauh dari sempurna hingga membuat kamu marah..
Maaf yaaa, membuat kamu merasa dipermalukan
Maaf yaaa, membuat kamu merasa dijatuhkan
Maaf yaaa, membuat kamu merasa tak pantas ada di sini..

Iya saya salah..
Semoga kamu benar-benar ikhlas memaafkan salah saya, meski diakhir pertemuan tadi kamu sudah kembali, tapi saya menangkap gurat kecewa kamu..

Iya saya salah L

Refleksi cinta

Jika ada satu cinta yang boleh aku persembahkan, bolehkah ia aku persembahkan untukmu? Yang entah siapa.
Rabu, 16 april berakhirnya masa “mengawasi” mereka, sungguh tangan ini bergetar, jiwa ini ketakutan, dan fikir ini selalu berputar-putar mencari kemana hilangnya materi-materi pengasuhan dan komunikasi dengan siswa-siswa remaja awal. Ya Allah, betapa amanah menjadi pengajar adalah amanah yang teramat berat, dengan banyaknya siswa yang harus diperhatikan, banyaknya siswa yang harus dipahami, banyaknya siswa yang harus dimengerti. Berteriak sepanjang hari, meluapkan marah dengan membanting barang-barang, berbicara kotor dengan teman, mengait-ngaitkan tiap obrolan dengan hal porno, oh my Allah, plis help me L
Kalau boleh dikatakan cinta, ketakutan ini bolehkah kusebut sebagai pengekspresian cintaku yang teramat dalam pada siswa-siswa ku? Meski mereka tak merasa, meski mereka tak meraba, namun kekhawatiran dan ketakutan ini begitu kuat. Hei kau? Takut terhadap apa?
Takut, jika di usia mereka yang 12 tahun perpustakaan pornografi begitu melekatnya dalam otak mereka.
Takut, jika di usia mereka yang 12 tahun mereka sudah kehabisan kata-kata baik dalam tiap sapa.
Takut, jika di usia mereka yang 12 tahun mereka tak bisa membedakan mana marah? Mana bercanda yang semuanya menggunakan kekerasan.
Takut, ah terlalu banyak ketakutan-ketakutan memandangi mereka yang dalam usia mudanya.
Ya Allah, padaMu ku sandarkan segala ketakutan L
Masihkah ada harapan jika suatu hari nanti mereka bisa menjadi manusia terbaik pada zamannya jika saat ini, aku, kau dan kita tetap diam?
Masihkah ada harapan jika suatu hari nanti mereka bisa mengerti apa yang mereka lakukan saat ini adalah suatu kesalahan jika aku, kau dan kita tak pernah menegur atas tiap kesalahan.
“kamu bisa gak, kalau berbicara tanpa teriak?”tanyaku pada salah satu dari mereka.
“enggak bisa kak”. Tetap dengan teriakan dalam jawaban.
Ya Allah, rasanya ingin mengibarkan bendera menyerah saja. Tapi aku terlalu cinta mereka, benarkah ini cinta? Ataukah ini benci yang dibalut sebuah ketidakpedulian?
Jika aku boleh dikatakan depresi, maka aku depresi.
Jika aku boleh dikatakan frustrasi, maka aku frustrasi.
Jika aku boleh dikatakan lemah, maka aku lemah.
Jika aku boleh masih bertahan, maka izinkan aku bertahan dengan segala perjuangan dan cara untuk mengungkapkan cinta yang sebenarnya pada mereka. Suatu hari nanti...
***
“kak, maafin aku ya, dulu aku pernah marah sama kakak Cuma gara-gara korek, ih ak malu kalau inget itu.”katanya yang sambil tersipu mengingat kejadian berbulan-bulan yang lalu saat saya ingin mengajari tentang konsekwensi atas kesalahan.

Bersyukur diantara makian dan teriakan yang terdengar, ada kata tersebut yang terucap.

Ya Allah, mohon tetap bersamai perjuangan ini.

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger