menjelang hari bahagia (mu)

dibuat tanggal 24 november menjelang pernikahannya belahan hati, jiwa dan raga, juga rasa..


Menjelang pernikahanmu..
Kini sulit bagiku untuk mendefinisikan dua kata sederhana yang dulu selalu aku nyatakan padamu dan selalu aku ungkapkan saat bersamamu..
Tanganku membatu
Lidahku kelu
Dan cara berpikirku pun tak lagi  seperti dulu
Saat berusaha mendefinisikan dua kata itu saat ini..
Definisi cinta dan bahagia
Bukan aku tak bahagia atas pernikahanmu,,
Tak juga aku bersedih atau cemburu dan iri padamu..bukan itu
Rasa ini terlalu sulit untuk aku ungkap lewat lidah kelu ku..
Aku bahagia, sangat bahagia mendapati senyum bahagiamu pada hari itu
Di hari perpisahan hati kita..
Kini aku tak mampu lagi menuliskan kata-kata..
Saat air mata ini lebih cepat mengalir dibandingkan pena yang menuliskan tentang bahagiamu
Dan tentang cinta..
Rasanya sedang bermimpi saat menyadari bahwa kau akan membagi cintamu pada laki-laki yang kini di sampingmu..
Kesal, tak rela namun tak mampu menghalangi karena ini adalah bahagiamu
Berharap kau lebih berbahagia bersamanya..
Dan untuk laki-laki yang kini sah berada di sampingmu..
Aku titip dia untuk kau jaga..
Untuk kau hapus air matanya saat ia berduka dan berbahagia..
Untuk kau peluk raganya saat ia butuh sandaran
Bahagiakan dirinya melebihi bahagianya ia bersamaku...
Untuk engkau, yang selama 21 tahun telah menjadi belahan jiwaku..
Doakan aku agar bisa melewati hari-hari setelah ini.
Mendapatkan cinta dan bahagia seperti engkau hari ini..

*di tulis dengan tangis
24 nov 2011

kau dan aku, saling cinta

jika engkau cinta, maka jadikan cinta itu kekuatan
yang mengobatimu dari segala duka, sakit dan lelah
dalam raga dan rasa..

jika engkau cinta, selayaknya nabi yang mengenang umatnya
merintih, kesakitan, tetap mengenang dan peduli pada ummatnya
umatku..umatku..

cinta tak kan pernah membuatmu patah dan jatuh
cintalah yang membuatmu merangkai serpihan-serpihan patah
dan menarikmu untuk bangkit dari jatuhmu...

jika engkau cinta, ragamu pun berkata seperti itu
menyambutnya dengan senyum bahagia
meski rasa (mungkin) terluka

jika engkau cinta, sampaikanlah
agar sekelilingmu ikut merasakan naluri cinta
membuatmu memperbarui cinta dalam pergantian waktu

jika engkau cinta, air mata pun menjadi aliran cinta
yang mengalir hingga ke hati hamba yang mencinta

jika engkau cinta, maka aku, kau dan kita semua
sempurna dan menyempurnakan



perjalanan menjemput dan mempertahankan hidayah


Satu lagi kisah tentang:
HIDAYAH..
Kisah ini dari beberapa aktivis, yang baik sengaja saya todong atau dengan suka rela menceritakan proses perjalanan mereka mendapatkan kebahagiaan hakiki, hidayah Allah. Bahwa hidayah itu harus dijemput, bukan hanya dengan duduk berpangku tangan, kaki, bantal atau apapun sambil bilang “ntar aja berubahnya kalo udah dapet hidayah”.
Gubrak, plaak...helloooo hidayah Allah gak gratis teman, surga mahal, tak akan didapat hanya dengan mengiba , menunggu bahkan bersantai ria sambil berharap hal yang tak mungkin kalau hidayah itu bisa ujugujug dateng sendiri, gak lah yak. Kejar dooonk!!layaknya untuk mendapatkan segenggam emas, emas yang mahal itu gak bisa yaaa kita dapatkan dengan dudukduduk doank, meski memang hidayah jauh lebih mahal dari emas, karena kalau emas mungkin bisa didapat dengan bersantai kalau orang tua kaya misalnya, kalau hidayah kan gak pandang tuh, orang tua soleh kalau kita gak berusaha menjemput hidayah juga gak bakal dateng sendiri lah. Di sini, saya bukan mau mendefinisikan apa itu hidayah, cukup dengan sebuah cerita sampai kalian sendiri yang mendefinisikan dari kisah yang telah saya buat.

Inspirasi 1:
Hari ini adalah jadwal mengisi halaqoh untuk mutarobbi usia SMP, senang bisa membina mereka karena semangat mereka begitu besar. Tapi hari ini ada yang berbeda, dia yang merupakan orang baru dalam kelompok ini, datang dan langsung menangis dihadapanku, ah ada apa ini, ini sangat berbeda dengan hari-hari cerah dia biasanya. Ku tunggu jeda tangisnya berharap ada yang ingin ia sampaikan padaku. Dan mengalirlah ceritanya...
Hari ini untuk kesekian kalinya, dia dilarang keras, dimaki dan dihina karena keinginannya untuk menghadiri agenda halaqoh itu, dan ini oleh ayahnya sendiri. Ini bukan pertama kalinya dia bercerita begitu sulitnya ia untuk hadir pada lingkaran itu, bahkan aku sering mendengar perjuangannya dalam hal lain, menutup aurat dengan sempurna misalnya, dia bercerita kalau keinginannya untuk berhijab sesuai syariat tidak mendapat dukungan dari kedua orang tuanya, bahkan menentang habis-habisan, menurutnya dia pernah diancam oleh ayahnya untuk membumihanguskan semua perangkat takwanya (jilbab, manset, kauskaki, gamis). Tapi itu tak membuatnya menyrutkan langkah untuk menyempurnakan ketakwaannya. Kau fikir gadis itu akan pergi dari rumahnya??tidak, justru dibalik tertekannya dia pada kedua orangtuanya, dia semakin berbakti pada mereka, karena menurutnya, itu adalah dakwah agar suatu hari dengan berlapang dada orang tuanya ikhlas menerima ketakwaannya
Akhwat itu baru berusia 14 tahun saat harus berjuang untuk menunjukkan keistiqomahannya dalam jalan ini, begitu ku tanya apa yang membuatnya begitu kuat dengan segala rintangannya, dia menjawab dengan tegas, “hidayah ini mahal, aku takkan melepasnya hanya karena apapun yang menyulitkanku, anggap saja ini sebagai  rasa syukurku pada Allah yang telah memberiku hidayah ini, takkan ku lepas!” jawabnya sangat mantap.
Harubirukelabu mendengarnya, aku jadi teringat tentang si fulanah, yang orang tuanya soleh tetapi justru fulanah tersebut tidak berusaha untuk menjemput hidayah itu, ia tetap dengan pakaian ala kadarnya. Beruntungnya akhwat tersebut, bisa menjemput hidayah dalam usia yang tergolong muda.

Inspirasi 2
Korban kekerasan seksual oleh kakaknya sendiri, sudah tidak punya harapan untuk menatap matahari, sampai merasa tak berharga sebagai diri, bahkan pernah mencoba membunuh nurani. Usahanya mendekati orang-orang soleh tak sia-sia, hidayah itu sudi menghampirinya, kini dengan segala keterpurukannya, ia bangkit walau sesekali tersandung, tapi tak pernah lama, karena menurutnya, “aku punya Allah”. Ya, akhwat ini benar, Allah takkan meninggalkannya.
“kau tahu?kalau bukan karena hidayah ini, kalau bukan karena Sang Pemberi hidayah ini, aku takkan bisa sekuat ini, dan mungkin kau takkan menemuiku dimasjid ini, seperti biasanya kita bertemu. Ya, Allah yang menyelamatkanku, Allah yang menyembuhkanku dari sakit masa laluku”.
Satu lagi perempuan tangguh yang ku temui dalam hidup ini, entah bagaimana jika aku yang berada pada posisi hidupnya. Seseorang yang kesholihah-annya merupakan inspirasi bagiku.
Lagi-lagi karena, hidayah Nya yang sangat mahal, yang membuat ia berjuang untuk tetap ada di sini, walau dengan sakit karena masa lalunya.

Inspirasi 3:
Siswa baru itu terlihat anggun, dengan jilbab sangat lebar datang ke sekolah ini. Tetapi sayang, ternyata pihak sekolah memandang aneh penampilannya, memberikan ultimatum jika tidak segera mungkin mengubah penampilannya tersebut, menurut mereka ini terlalu berlebihan, mereka ingin murid mereka yang biasa-biasa saja, maka memaksalah pihak sekolah pada akhwat ini.
Hari ini, aku menunggunya, menunggu kedatangannya, apakah ia akan datang dengan penampilan baru atau tetap dengan keanggunannya. Itu dia, dia datang, akhirnyaaa...
Dia datang masih tetap dengan keanggunannya, sepertinya pihak sekolah belum berhasil memaksanya untuk mengubah penampilannya tersebut, harapku, semoga ia akan tetap seperti ini, tetap dalam anggunnya berbusana sesuai syariat.
Huh, bencinya aku terhadap sekolah ini, di mana letak keberimanan mereka sebagai seorang muslim, bukannya mendukung mereka malah semakin gencar memaksanya mengubah penampilan itu, dan kali ini aku sangat benci dengan cara mereka, pihak sekolah yang seharusnya mendukung setiap kebaikan dari muridnya, bukan dengan menyebarkan fitnah. Ya, saudariku ini difitnah, sangat kejam dan keji bagi perempuan sesolehah dia, dia difitnah HAMIL makanya memakai busana yang serba besar itu. Ya Allah, semoga akhwat itu tetap kuat dan menjaga penampilan takwanya.
Berita yang ku dapat membuat hatiku membenci sekolah ini, saudariku, karena fitnah tersebut, kini mengalami frustrasi tingkat tinggi, bahkan menurut cerita yang ku dengar, dia selalu mengalami psikosomatis saat bertemu dengan salah satu pihak sekolah yang memfitnahnya, badannya terasa menggigil kencang. Ah aku mengerti perasaannya, fitnah ini terlalu kejam bagi seorang perempuan soleh sepertinya. Aku jadi teringat kisah istri Rosulullah Salallahu alaihi wassalam, Aisyah, yang juga pernah di fitnah. Padahal, siapa yang meragukan ketakwaan seorang Aisyah pada Allah. Semoga, kelak ia bisa setangguh Aisyah ra.
Emmm, menurutmu, bagaimana keadaan ia sekarang, apakah masih tetap dengan keanggunannya?? Seorang saudari yang sangat ku cinta ini, sampai saat ini, tetap terjaga dengan keanggunan busana takwanya, bahkan kini ia sudah membesarkan seorang anak yang ia jaga agar juga anggun dalam balutan takwa, meski baru menginjak 2 tahun usianya kini.
Berharap semoga Allah selalu menjaga hidayahmu saudariku yang ku cintai karena Allah.

Inspirasi 4
Dia, teman seperjuanganku di OSIS saat SMA dulu, seorang lelaki yang menjadi idola bagi angkatan kami, adik kelas, bahkan bagi kakak kelas kami, tapi maaf, saya tidak termasuk yang mengidolakannya. Aku tahulah, bagaimana perempuan-perempuan di sekolah ini berlomba untuk mendapatkannya, dan aku pun juga tahu, ini sudah yang keberapa kalinya ia menjalin hubungan pacaran dengan seorang perempuan. Sampai hidayah itu ia jemput.
Ternyata temanku yang juga di OSIS berhasil mengajaknya untuk bergabung di rohis, bukan cuma dalam kegiatan-kegiatan rohis, tapi juga mengajak untuk terus menghadiri agenda halaqoh seperti yang biasa dilakukan oleh teman-teman rohis. Ku lihat dari wajahnya sepertinya dia agak keberatan, tapi aku yakin dia ragu untuk menolak. Singkat cerita, ia tenggelam dalam indahnya ukhuwah yang ia dapatkan dalam rohis ini, ia menjadi sedikit lebih soleh menurutku. Usahanya untuk menjemput hidayah berhasil, hidayah itu datang dan mengubah hidupnya.
Ternyata, tidak banyak yang senang akan perubahannya, terutama kaum perempuan itu, mereka kecewa karena idola mereka kini tak mau lagi berjabat tangan dengan mereka, tak mau lagi berdekatan dengan mereka, bahkan kabar yang ku dengar, ia sudah tidak mau lagi menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Lagi-lagi memang karena hidayah Allah yang membuka hatinya.
Kabar terakhir tentangnya, kini ia menjadi salah satu pembesar dakwah di salah satu kampus di Bogor, semoga tetap istiqomah kawan!

Inspirasi 5
Saya adalah seorang siswa yang senang berorganisasi, maka dari awal perjumpaan saya dengan SMA ini pun saya mulai dengan organisasi. Saya bergabung di OSIS, dan iseng-iseng di Rohis. Ya, kau pasti tahulah agenda rutinan OSIS, yap benar, akan selalu ada orientasi siswa, dan itu merupakan ajangku untuk menjadi terkenal, karena keterlibatan saya di acara tersebut, jadilah saya seseorang yang dikenal oleh adik kelas saya. Banyak yang berusaha untuk mencari perhatian, dari mulai meminta no telp, kirim-kirim salam, bahkan hal yang jadoel pun mereka lakukan, kirim surat. Ugh, sudah berapa lembar surat yang saya dapatkan dari adik kelas saya. Dan ternyata, ada satu orang yang membuat saya merasakan virus itu, kalau kata banyak orang siyh virus merah jambu, sampai pada akhirnya kami pun jadian. Banyak yang tidak terima dengan keputusanku ini, bukan karena saya salah satu anggota rohis, tapi lebih karena anggapan “kenapa dia, kenapa bukan gue yang jadian sama dia”. Haha, begitulah mereka mengidolakan saya. Bahkan banyak yang masih berusaha untuk mendapatkan saya.
Waktu berlanjut sampai saya kelas 12, ah ini sangat menyebalkan, saya harus bertemu dengan sesuatu yang menakutkan, Ujian Akhir Nasional. Saya kuatkan diri untuk tetap fokus pada UAN ini, sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan saya dengan perempuan tersebut. Ya dengan alasan untuk fokus ujian pastinya, keputusan ini sangat menyakitkan baginya, tapi ini demi keberhasilanku.
Sampai akhirnya, saya lulus dan di terima di salah satu universitas negeri yang ada di Jakarta (padahal universitas negeri di Jakarta Cuma ada satu), saya berkomitmen untuk mengubah diri saya, berkomitmen untuk memperbaiki diri, tak mau lagi mendekati hal-hal yang akan mengingatkan pada masa lalu. Beruntunglah saya bergabung pada suatu komunitas keIslaman yang ada di fakultas saya, berawal karena promosinya yang menurut saya menarik. Tapi siapa yang menyangka, saya bahagia berada di sana, bahkan, saya pun kembali bergabung dengan halaqoh yang dulu sempat saya tinggalkan. Oh Robbi, dalam usaha menjemput hidayahMu ini tetaplah tak semudah yang saya bayangkan, ternyata banyak cobaannya teman. Sampai pada akhirnya Allah pun ridho memberikan hidayah yang telah lama saya cari selama ini. Saya berkenalan dengan dunia dakwah, dunia yang seharusnya dulu saya adalah obyek yang harus didakwahi,didekati dan disinari, kini, saya lah yang mengemban amanah yang berat itu, saya harus menyinari kampus ini, karena dari kampus inilah yang mengenalkan saya pada jalan mulia ini. Lagi-lagi karena keridhoan Allah yang memberiku hidayah dalam perjalanan ini.
Dan sebagai wujud syukurku pada Rabb yang memberiku cahaya, saya harus memberi cahaya pada yang lain, agar tidak hanya saya yang merasakan cahaya yang berasal dari Rabb ini, ini adalah sebuah kenikmatan yang mahal, kenikmatan yang melebihi kejayaanku saat SMA dulu.

***
Teman, 5 kisah ini adalah pelajaran bahwa hidayah itu butuh usaha kita, seperti yang saya ungkapkan dari awal, tak akan datang dengan sendiri menghampiri kita yang tengah duduk bermaksiat. Kita yang membutuhkan hidayah itu, karena keimanan yang kita dapat adalah sebuah kenikmatan yang harus kita jaga dan pelihara, bahkan nikmat ini harus kita perbarui, sebagai wujud terima kasih kita pada Allah yang telah memberi kita cahaya.
Kalau ada yang bertanya, ini kisah nyata atau bukan, saya akan katakan, ini adalah nyata, sangat nyata, inspirasi-inpirasi ini saya dapatkan dari orang-orang dekat yang berada di sekeliling saya. Kami ingin, agar kisah dalam menjemput hidayah ini menginspirasi kalian agar tidak duduk termangu menanti datangnya hidayah, sekali lagi, hidayah tak datang sendiri teman!!

*Selamat menjemput hidayah

Ketika ajo ben akan pergi dan kembali


“dedek sebel sama ajo”, sms ku siang itu untuknya, untuk seorang kakak yang aku tahu sangat mencintaiku.
Hff selalu, selalu dengan air mata ku keluarkan kecewa ini, dengan kamar gelap yang menjadi saksi tangisku yang meledak siang itu. Tangisku pun justru semakin meledak saat mendapat balasan darinya.
“walaupun dedek benci ajo, tapi ajo tetap sayang dedek, selalu dan selamanya”
Ah kata-kata itu justru yang membuat tangisku tak bisa ku hentikan, aku marah pada diriku, pada diri yang tak bersyukur memiliki seorang kakak yang begitu mencintaiku tanpa syarat, tanpa lelah, dan tanpa henti. Tidak seperti aku yang mencintainya dengan jeda, ya, dengan jeda. Jika ku hitung, ini sudah kedua kalinya aku meneriakkan bahwa aku sedang kesal, dan marah padanya, dan aku bersyukur karena itu tidak berlama-lama, ia, dengan ketulusan cintanya lagi-lagi bisa membuat tangisku berubah, dari tangis kekesalan menjadi tangis bahagia.
***
Pagi hari pukul 06.00
Sms pertama masuk, dan aku sudah bisa menebak itu dari siapa, ku lihat hapeku, tersenyum. “benar kan dugaanku, pasti dari ajo”
“dd sayang met aktivitas yah, doa ajo untuk adik kecilku”
Itu baru sebagian kecil perhatiannya setiap pagi, setiap hari. Lama-lama seperti sarapan, lapar jika tak terpenuhi.
***
Tapi hari ini ada yang berbeda dari ajoku, pagi ini, 1 Januari 2012 dia memberitahuku bahwa tak bisa menemaniku saat hari penting itu, hari di mana aku sangat butuh dirinya, ajo bilang dia pergi hanya sementara, untuk suatu tugas kerja. Ah tetap saja aku tak rela melepasnya, ini hari terpenting bagiku, hari pertama saat aku harus berpisah dengan belahan jiwaku yang lain, aku tak sanggup menjalani ini sendirian. Aku menangis, memohon padanya agar mengubah niatnya untuk pergi, dan dia tetap memberi pengertian bahwa dia harus pergi.
Entahlah, sudah berapa tangis hari ini, yang jelas aku sangat terpukul dengan berita kepergiaannya pada hari itu, bagiku rasanya aku tidak siap menghadapi masa depan, tidak siap menghadapi hari itu, hari yang aku yakini akan banyak pertanyaan menyakitkan untukku, hari yang aku yakini tak ada lagi teman setia untukku, dan aku tak siap tentang hal itu, tentang perpisahan ini, dan tentang kepergiaanya.
Nangis lagi, hhhhhfffffff
“ya Allah ya Rabb, Penentu segala tindakan hambaMu, mohon biarkan ajo tetap disampingku pada hari itu, mohon dengan sangat ya Allah”
Doaku sepanjang selesai solat, setiap saat, dengan tangis yang lagi-lagi tak bisa tertahan. Aku lelah, sangat lelah dengan tangis ini, sangat lelah berharap pada dia yang nyatanya tak mengubah keputusannya untuk pergi meninggalkanku, walau dalihnya hanya sementara, tapi tetap tak menghiburku, tak mengobati sakitnya hatiku. Aku tahu, berkali-kali dia ucapkan bahwa dia pergia siang hari, tidak dari pagi. Tapi aku butuh dia, butuh kekuatan darinya hari itu, sepanjang hari bukan hanya saat pagi, dan itu tetap tak mengubah keputusannya, dia bilang dia akan pergi.
Dalam lelah yang teramat, aku mencoba untuk tak lagi memaksanya, karena aku tahu, bahwa bukan dia yang dapat mengubah segala, maka aku putuskan untuk berharap pada Allah, untuk ridho dirinya membersamaiku hari itu.
***
Sudah 3 hari sejak keputusannya untuk pergi tetap tidak berubah, jarak pun semakin terbentang antara kami. Entah mengapa, ada malas yang memaksaku untuk tidak lagi bersikap manis padanya, menjawab pertanyaan seadanya, menghindar dari bertemu dengannya, mungkin karena aku merasa terlalu lelah telah berharap padanya yang nyatanya tetap tidak berubah. Dalam penghindaran itu, aku belajar untuk menata hati kembali, mempersiapkan yang harus aku lakukan pada hari penting itu, yang aku rasa lebih baik daripada harus terus memohon tanpa hasil padanya, meskipun aku terus berharap padaNya untuk mengubah keputusannya.
Dan malam ini, tepat 3 hari setelah keputusannya untuk pergi, Allah mengabulkan doaku, untuk kesekian kalinya. Dia pulang dengan membawa kabar sangat bahagia untukku. Yap, akhirnya dia memutuskan untuk membatalkan kepergiannya ke Malaysia pada hari itu, walaupun dengan konsekuensi dia harus membayar ganti rugi untuk pembayaran tiket yang sudah terlanjur dibeli dari pihak Malaysia itu. Lagi-lagi karena..
 Cintanya padaku, terlebih karena cintaNya yang tak akan membiarkan aku terpuruk.

“sebab ajo gak mau melihat dedek sedih, bagi ajo rugi sedikit tapi demi melihat dedek bisa tersenyum, gapapa. Anggap aja ini bentuk sayang ajo”.

Katanya malam itu menjelaskan pembatalan kepergiaannya yang katanya demi senyumku. Ah ajo, lagilagi membuat aku menangis, kali ini tangis bahagia dan penuh syukur telah memilikinya.

*dan berharaplah pada yang mampu mengabulkan segala harapan

Kini untuk kesekian kalinya, aku membuktikan kata-kata ini, berharap pada Allah agar keinginan ajo untuk pergi tidak terlaksana, dan dia mengembalikan ajo sebelum benar-benar ajo harus pergi untuk hari itu.


Terima kasih bijaksana untuk cintamu yang luar biasa, terlebih cinta Kau ya Rabb, padaku...

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger