Kebaikan yang Sia-Sia

Mamah muda ini sekarang punya kebiasaan cek tombol pencarian instagram, kemudian kalo muncul postingan tak layak, semacam buka aurat, pornografi baik sekadar dengan kata ataupun dengan gambarnya. Banyak banget akun gak jelas yang kalo kata suami saya akun nyari duit dan like, jadi yang porno-porno pun diposting.

Kebayang gak kalo yang liat gambar itu anak-anak kita? duh naudzubillah. Maka, akhirnya saya memilih untuk selalu jadi 'satpam' akun-akun tersebut. Bukan dengan komen yang berakibat semakin tingginya 'harga' tuh akun, tapi dengan langsung mereport-nya. Meski kemudian saya pun berpikir dan menanyakan hal ini kepada suami.

"Emas, ada pengaruhnya gak sih aku mereport akun-akun abal yang porno macam ini? kayaknya gak ngaruh apa-apa ya?"

"Pasti pengaruh donk, setidaknya menentukan posisi adek ada di mana dalam dunia pornografi ini."

Jadi inget kisah tentang binatang kecil yang membantu memadamkan nyala api untuk membantu Ibrahim.

Tapi yang saya maksud sebenarnya, adakah dampak langsung terhadap akun-akun tersebut kalau hanya satu orang yang mereport. Dan suami saya menjawab... "sepertinya enggak, kecuali kalau banyak yang mereport".

Sedihlah saya, meski gak menyurutkan kebiasaan itu.

Hingga suatu hari....

Ada pemberitahuan dari instagram kalau laporan saya diterima dan akun tersebut sudah menghapus postingan yang saya adukan (meskipun saya gak tahu postingan yang mana, yang jelas muatan pornografi).


Dan itu rasanya....


"tuh kan dek, ga ada kebaikan yang sia-sia dimata Allah."

Allah Maha Pemurah, setiap kebaikan yang hambaNya lakukan akan selalu dibalas, termasuk dibalas dengan rasa bahagia.

yuk, mamah papah dan semua hamba Allah, jangan sekadar ngeri dengan banyaknya korban pornografi, tapi lakukan hal yang bisa kita lakukan, dengan mereport atau bahkan menegur langsung pasangan yang kita lihat asyik berpacaran. Jangan hanya jadi penonton yang meringis :)


-Aldiles Delta Asmara-

Semoga hati kita selalu condong pada kebaikan.

PROPOSAL PERMINTAAN (2)

Saat menuliskan 'proposal permintaan' untuk anak perempuan, saya lupa melibatkan suami dalam pembuatannya, karena proposal tersebut dibuat ketika menanti kepulangan suami. Maka untuk 'proposal permintaan' bagi anak laki-laki, saya tak lupa menyertakannya. Sekaligus ingin tahu harapan ia kepada anak laki-lakinya nanti.

"Emas, proposal permintaan apa yang emas minta pada Allah untuk anak laki-laki kita nanti." Pembuka obrolan disuatu subuh.

Kemudian mengalirlah dari lisannya Q.S Albaqoroh ayat 131-134 sebagai pembukanya..

"Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya: 'Tunduk patuhlah!'. Ibrahim menjawab: 'Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam'." – (QS.2:131)

"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): 'Hai anak-anakku! Sesungguhnya, Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama yang lurus (Islam)'." – (QS.2:132)

"Adakah kamu (Muhammad) hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku'. Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya'." – (QS.2:133)

"Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya, dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak dimintai pertanggung-jawaban, tentang apa yang telah mereka kerjakan." – (QS.2:134)

"Seperti yang para nabi pesankan kepada anaknya bahkan sampai mendekati ajal, yang dipesankan dan diminta hanya agar anak-anak keturunannya hanya menyembah Allah, bukan wasiat atau pertanyaan tentang harta benda. Begitupun Emas ingin anak-anak kita kelak menjadi pejuang tauhid. Yang mengEsakan Allah di atas segalanya, di atas harta, di atas nafsu, di atas syahwat dunia lainnya. Emas ingin anak laki-laki kita menjadi sebenar-benarnya lelaki dalam kehidupannya, dari awal kelahiran hingga wafatnya. Gak akan Emas biarkan ia menyerupai perempuan, meski apapun alasannya, entah karena hanya ingin mendapatkan rupiah atau karena dorongan syahwat yang katanya naluriah". Penjelasan suami dengan panjang dan tepat.


Kemudian saya mengingat apa yang melatarbelakangi suami saya punya harapan seperti itu. Beberapa hari yang lalu, kami kaget dengan akun personal seorang laki-laki yang mencari nafkah untuk keluarganya, untuk anak istrinya dengan menyerupai perempuan. Memakai baju perempuan, dan bergaya layaknya perempuan. Yang membuat kami kaget karena ia yakin apa yang ia lakukan adalah kebaikan dan HALAL karena tidak merampok, korupsi, dan lain-lain.


Kami langsung sama-sama istighfar, betapa 'halal' melenceng begitu jauh dari maknanya. Hati kami ngilu. Dan berharap agar kami mampu mendidik anak kami, mengenalkan kepadanya ketaatan-ketaatan yang berupa perintah dan larangan Allah, bukan sekadar menjauhi larangan yang akan merugikan orang, tapi juga larangan yang dalam bentuk menukar akhirat dengan dunianya. Kami meminta pada Allah, agar kami mampu mengasuh anak kami sesuai dengan fitrahnya. Berlandaskan pada perintah Allah, bukan pada perasaan belas kasih sayang sebagai orang tua. Sebab kami khawatir, rasa sayang kami mendahului ketaatan pada Allah, hingga meridhoi permintaan anak meskipun tidak sesuai dengan fitrah dirinya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan. Bukankah kini semakin banyak terjadi???


Kami sebagai orang tua, akan meminta bimbingan Allah agar mengajarkanmu tentang kelembutan pada sesama. Kelembutan yang tak menghilangkan kelelakianmu, sebab menjadi lembut, mengerti perasaan orang lain, memahami kondisi, dan ringan tangan membantu pekerjaan perempuan terdekatmu (umma dan keluargamu) tetap bisa engkau lakukan tanpa harus mengubah sosokmu menjadi yang Allah murkai. Bapakmu akan mengajarkanmu dengan berusaha agar menjadi contoh yang baik untukm.


Anak lelakiku, berjalanlah di atas bumi Allah dengan segala aturannya. Bukan dengan 'batas wajar' yang kau karang sendiri. Tumbuhlah dengan belas kasih pada sesama sebagai bentuk ketaatan pada Allah bukan karena kau mengharapkan nilai dari dunia.
Anakku, banyak-banyaklah berkaca pada Rosul kita tentang bagaimana memahami perempuan (umma, adik/kakakmu, istrimu nanti) yang kau cinta. Besarlah menjadi segagah-gagahnya laki-laki yang berdiri tegap membela agamamu, bukan yang dengan ikhlas membela para penista dan pencela. kenali pahlawan negerimu yang dengan pekik takbirnya bergetarlah kemerdekaan di negerimu. Hiduplah dengan pemahaman yang baik tentang orang-orang di sekitarmu. Jadilah lelaki yang terjaga dan menjaga, dirimu dan keluargamu dari panasnya api neraka.

Anak lelakiku, hanya kepada Allahlah kami meminta bimbingan.


Duhai Allah, inilah 'proposal permintaan' untuk anak laki-laki kami. Mohon ridhoi...


-Aldiles Delta Asmara-

'proposal permintaan' bagi calon pemuda kami di hari SUMPAH PEMUDA

USG 2 (26 Okt 2016)

Bismillahirrahmanirrohim..

Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmsholihaat..

Banyak yang bertanya pada umma tentang kamu, "laki-laki atau perempuan?" pertanyaan yang umma belum tahu jawabannya. Pertanyaan yang membuat umma pun ingin tahu hingga menghadirkan rindu. Padahal tadinya umma dan bapak memasrahkan penuh pada Allah, ingin menjaga rahasia ini, ingin menjaga rasa penasaran ini hingga umma bertatap langsung denganmu.

Umma dan bapak berubah pikiran, lagipula mengetahui jenis kelaminmu dari awal bukan suatu dosa kan?? hehehe. Maka hari ini, dengan meminta ridho dari bapak, umma pun USG dengan diantar uwo ke RS. Bukan hanya ingin tahu siapa kamu, tapi lebih terdorong rasa ingin tahu bagaimana keadaanmu.

Perasaan umma begitu bahagia saat mengetahui bahwa kamu tumbuh dengan baik, sehat dan dengan posisi sujud pada Robbmu. Dan, kamu laki-laki, insyaa Allah :)

Bahagia yang entah bagaimana melukiskannya. Senyum-senyum syukur bahkan senyum itu masih membekas ketika umma menulis ini. Uwo pun terlihat sangat bahagia. Kita patut bersyukur ya sayang.

Sayang, umma ingin bercerita sedikit tentang sisi lain dari kebahagiaan yang umma rasakan. Umma bahagia dengan hadirnya kamu, sehatnya kamu dan kabar-kabar kebaikan tentangmu yang lain, tapi ada rasa 'sedih' karena umma membayangkan calon kakak sepupumu. Sayang, sebelum ini kamu punya calon kakak sepupu yang kini sudah di surga. Entahlah, tiba-tiba umma merasa menjadi sangat sedih saat membayangkan mintuwo dan makdangmu pasti dulunya berharap kabar baik saat pertama kali ingin bertemu calon anak mereka, ada perasaan tidak sabar, perasaan segera ingin tahu dan perasaan-perasaan lain yang umma rasakan seharian ini. Tapi apa yang mereka dapat? Qodarullah, ternyata Allah menakdirkan yang lain. Dihari pertama mereka USG, mereka malah mendapati kabar bahwa calon anak mereka sudah tidak hidup dalam rahim mintuwo mu. Ya Allah sayang, umma tak bisa membayangkan kesedihan itu. Pasti hancur dan menyesal berkali-kali meski tak tahu apa yang disesali.


Maka kini, saat umma mendapatimu Allah izinkan tumbuh dengan baik dan sehat, umma benar-benar berlimpah rasa syukurnya, berlapis rasa bahagianya dan berkali-kali senyum merekahnya.

Dan rasa syukur ini yang mengiringi umma untuk melakukan yang terbaik untukmu, untuk keshalihanmu, untuk kehidupanmu. Bantu umma dan bapak ya sayang.


Tetaplah dalam pertumbuhan dan kesehatan serta ketakwaan yang baik.

-Aldiles Delta Asmara-

Ummamu, dalam surat cinta di usiamu yang 26w

PROPOSAL PERMINTAAN

"Dek, kan bentar lagi jadi seorang ibu, bicaranya dijaga ya, kurangi ngeluh, kurangi ketus, judes, dan lain2. Ganti aja jadi istighfar" -Pesan mama-

Menjadi seorang ibu artinya menjadi "manusia sakti". Yang dari lisannya, kehidupan seorang anak seolah terletak padanya. Baik dan buruk anak tergantung pada ucap saktinya. Kita banyak mendengar ada seorang ulama yang menjadi imam besar masjid di kota suci merupakan dampak dari ucap sakti seorang ibu. Maka, apa yang menghalangimu untuk berkata yang baik pada anakmu jika hal itu adalah yang menentukan masa depan anakmu??

Tak berhenti sampai di situ. Ketika mama menitipkan nasihat yang berharga ini, tiba-tiba jiwa saya menjelajahi waktu. Jika suatu saat nanti Allah beri amanah pada kami seorang anak perempuan, maka semoga Allah bimbing kami agar mengasuh anak perempuan kami menjaga lisan. Agar ia sedari dini hanya mengucapkan kata-kata yang baik yang semoga terbawa sampai kelak mereka menjadi seorang ibu.

Sebab di jaman kini, semakin banyak wanita-wanita yang berkata penuh makian dan hinaan. Saya pernah beberapa kali mendapati siswi saya dengan lancarnya berbicara buruk. Entah bagaimana ia dibesarkan di keluarga, dan entah bagaimana ia akan membesarkan keluarganya nanti. Yang semakin membuat sedih, mereka mengira bicara kasar adalah batas wajar, dan dengan bangga menyebut dirinya 'bad girl'.
Menghina teman, "batas wajar"
Berbicara kasar, "batas wajar'
Pulang malam, "batas wajar"
Pacaran berduaan, "batas wajar"
Membuka aurat, "batas wajar"

Duhai anakku, semoga tak terjadi padamu. Dan semoga kami mampu mengenalkan padamu apa itu "batas wajar" yang Allah ridhoi. Termasuk dalam menjaga ucapan-ucapanmu.

Di waktu yang lain, suami saya pernah berpesan "Adek kan bentar lagi jadi seorang ibu, kalau lagi ngambek atau cemberut tetap doa yang baik ya. Tuh doa adek sekarang banyak diijabahnya sama Allah".

Pesan ini memberikan lagi beberapa hikmah, bahwa wajar jika dalam perjalanan seorang perempuan pasti ada berbagai macam rasa, dan artinya menjadi seorang perempuan haruslah melatih diri agar apapun yang dirasa, jangan sampai mengubah keadaan menjadi buruk dengan ucap yang tidak patut. Saya pernah ngambek sengambek-ngambeknya pada suami yang lembur, pulang malam, entah apa yang waktu itu saya ucapkan, intinya saya ngambek. Dan ngambeknya saya berbuah musibah bagi suami saya yang menyebabkan saya menyesal sejadi-jadinya dan ketika suami sudah sampai di rumah, saya langsung memeluknya sambil berkali-kali minta maaf. Duh, perempuan.

Sejak itu saya melatih diri untuk mengatur emosi dengan sangkaan yang baik dan juga ucapan yang baik agar tak ada musibah yang terjadi karena emosi yang buruk.

Lagi-lagi teringat, betapa pentingnya meminta bimbingan Allah agar kita mampu mengasuh seorang anak perempuan agar mampu mengontrol emosinya. Marah, sedih, kecewa, pasti akan dirasakan oleh anak kita. Hanya saja cara menyelesaikannya perlulah kita bimbing karena kita orang tuanya. Itulah perlunya seorang ibu berlatih mengontrol emosi, sebab sang anak pasti meniru. Artinya, mengontrol emosi bagi seorang ibu adalah cara membimbing anak perempuan agar kelak mampu mengontrol emosi mereka pula. Sebab kini, banyak kerusakan yang terjadi karena perempuan-perempuan tak sanggup mengontrol emosi.

Saya pernah mendapati seorang siswi SMP kelas awal yang marah hanya karena pendingin di ruang belajar rusak. "GIMANA SIH, SAYA UDAH BAYAR, MASA SAYA GA DAPET FASILITAS". lawan bicaranya tentu bukan yang seumur olehnya, tapi jauh-jauh sekali.

PR menjadi ibu banyak sekali ya Diles, mengajarkan anak perempuan kita menjaga lisannya, mengontrol emosinya serta mengajari mereka untuk menerima keadaan dengan hati dan prasangka yang lapang. Agar makian tak terucap, agar hati yang lapang membawa kedamaian untuk sekitar.


Sanggup?? Hanya kepada Allah lah kita memohon bimbingan. Sebab anak kita adalah ciptaan Allah, hati mereka, lisan mereka, dan pikir mereka adalah Allah yang menguasai. Ajukan 'proposal permintaan' anak sedari dini dengan doa-doamu. Sebab mengikuti seminar parenting tak akan cukup menggenggam hati anakmu jika tak kau barengi dengan mengajukan 'proposal permintaan' dalam bentuk doa pada Allah.

Ya Allah, inilah sebagian 'proposal permintaan'ku bagi anak perempuan kami kelak. Mohon ridhoi.

-Aldiles Delta Asmara-

'proposal permintaan' untuk anak laki-laki segera dibuat.

Guru

Banyak beredar video ketidaksopanan murid kepada gurunya, dengan caption makian. Anak-anak seperti itu tidak perlu dimaki, cukup dicintai. Mereka kenyang dengan makian dari segala penjuru hingga berlaku seperti itu bagi mereka bukan hal baru.

Mau menasihati?? Mereka lebih kenyang lagi. Kalau menurut ajo Bendri ikatlah hati sebelum menasihati. Jadi sebelum menasihat, mari mencintai.

Sebagai seorang guru, saya pernah beberapa kali merasakan kejadian serupa. Badan didorong keras disertai tatapan galak oleh seorang anak kelas 5 SD, diancam dilaporkan ke polisi oleh anak kelas 6 SD, diamuk dengan banting kursi di depan saya, juga oleh anak kelas 6 SD. Baper? Jelas, rasanya gemes banget pengen jitak dan nabok balik bahkan pengen banget bilang "Besok jangan belajar sama saya, cari sana guru yang lain!".

Tapi saat berada di tengah kejadian itu, rasa iba lebih banyak muncul. Ketika mereka berbicara melotot sambil menunjuk-nunjuk muka saya, yang hadir di benak justru sesosok anak kecil yang teramat ketakutan karena sering diperlakukan seperti itu, hingga tanpa sadar ia merefleksikan ulang pada saya.
Jadi apa yang harus dilakukan?
TENANG dan CINTA.

"Kamu gak suka sama kakak? Oke gapapa, tapi kamu bisa kok bicara yang lembut tanpa harus kasar begini, yaudah kalo kamu udah tenang, kakak ada di ruang pengajar".

-jalan ke ruang pengajar sambil nahan air mata-

Qodarullah, 10 menit siswa tersebut menghampiri saya dan keluarlah semua keluh kesahnya. Pertemuan-pertemuan berikutnya, sikapnya berubah layaknya bayi. Bicara manja khas anak-anak yang ga mau lepas. "Aaaa kakak, ayo kita belajar". 😍

Intinya jangan pernah memarahi balik, jangan pernah membuat tembok penolakan pada, jangan pernah mengasingkannya dengan label "anak nakal". Karena tanpa kita beri label, mereka sudah kenyang dengan label yang sudah telanjur menempel pada mereka.

"Hai anak baik" Sapa saya suatu hari pada siswa SMP.

"Kakak salah, sangat salah, saya ini anak nakal, kakak gak usah bohong. Semua orang juga bilangnya saya nakal."

Konsep diri yang negatif mungkin salah satunya tercipta karena label dari kita. Padahal mereka masih sangat berpeluang menjadi baik.

Si bocah SD yang pernah mengancam akan melaporkan saya pada polisi, di akhir pertemuan ajaran beberapa bulan setelahnya dia bicara dengan bahasa khas ala anak-anak. "Kakak, waktu itu aku pernah ngancem-ngancem kakak ya, hehehe maapin aku ya kak. Ya ampun, malu ih ngingetnya kenapa bisa begitu".

Beri mereka porsi cinta, meski makan hati. Jangan jadi orang dewasa yang menambah luka anak-anak. Maka cinta kitalah yang dapat menuntunnya ke dalam cahaya. Dan itu sebaik-baik karunia yang Allah titip pada kita. SEMOGA.

*Sesedih-sedihnya dimaki sama murid, lebih sedih lagi saat justru melihat murid yang baik di depan, nurut, kelihatan baik-baik saja bahkan berprestasi, tapi saat tak di depan kita, mereka justru menikam dengan perilaku mereka yang bermudah-mudah membuka aurat, bergaya tak pantas dan melepaskan kehormatan mereka. Sakitnya lebih dalam. 😩

Wahai guru, PR kita masih banyak.

-Aldiles Delta Asmara-

catatan untuk nabok diri sendiri, jangan ikut-ikut menilai mereka buruk.

Gadget, Dicintai namun Diwaspadai

For Us (Forum Usroh)
Ahad, 16 Oktober 2016
Fasilitator: ust Bendri Jaisyurrahman
Tema: Gadget, dicintai namun diwaspadai


Pembahasan 30 menit oleh ust Bendri


Gadget memiliki dua sisi, positif dan negatif. Saat ini, kita seolah tak bisa lepas dari gadget. Ia tidak diharamkan karena faktanya ia dibutuhkan. Maka penting bagi kita mengetahui dampak penggunaan gadget terhadap keluarga.

1. Dampak fisiologis:
Gadget menjadikan anak fokus ke layar, bola mata cenderung statis. Anak yang terpapar gadget sejak kecil dijamin tidak menyukai aktivitas yang membutuhkan pergerakan bola mata, seperti membaca buku. Dampak fisiologis yang dirasakan berikutnya yaitu anak yang terpapar gadget sejak dini akan mengalami beberapa penyakit seperti RSI, kerusakan bagian tulang belakang karena sering menunduk, dan luka di dalam retina.


2. Dampak psikologis:
Gadget dapat mempengaruhi perilaku, bukan hanya pada anak-anak tapi juga pada orang dewasa. Disebut generasi asosial, generasi yang tidak peka terhadap keadaan sekitar, karena dalam dunia maya kepekaan hanya diukur dengan seberapa banyak like atau share yang tanpa sadar berpengaruh pada kehidupan nyata. Gadget juga dapat mengakibatkan munculnya generasi yang lemah akibat terpengaruh fasilitas-fasilitas yang ada di dunia maya seperti tombol unfriend, atau block yang bisa kita pilih jika tidak sependapat  dengan orang lain. Hal ini berdampak di dunia nyata yang mempengaruhi hubungan sosial, anak mudah berpindah-pindah sekolah hanya karena ada masalah dengan guru atau temannya. Pada orang dewasa dampak seperti ini terlihat semakin meningkatnya angka perceraian. Jika tidak suka, dengan mudah akan memilih 'cerai' karena terbiasa dengan intoleransi dari dunia maya.


3. Dampak sosial:
Ikatan antar saudara berkurang. Kita lebih terbiasa berjauhan dengan saudara kandung daripada gadget kita. Gadget seumpama saudara yang paling dekat, yang selalu dicari bahkan jika sekejap saja menjauh dari mata.

Apa yg harus dilakukan orang tua agar anggota keluarga tidak mengalami dampak tersebut??


1. Menjalin kedekatan batin:
Orang yang aktif di gadget adalah orang yang kesepian. Anak yang lari ke gadget adalah anak yang tidak diperhatikan oleh orang tuanya. ISTRI YANG SERING CURHAT DI DUNIA MAYA (GADGETNYA) adalah istri yang sering diabaikan suaminya. Maka tugas bagi seorang suami dan ayah harus menjalin kedekatan batin, pada istri dan anak agar tak lagi mengumbar kesedihannya di dunia maya.

Jika ingin mendekatkan batin pada anak, tumbuhkan al wadud (kasih sayang yang membuat anak ingin mendekat) dan al mawaddah (untuk kedekatan antara suami istri) dengan sering meluangkan waktu bersama, sering menggenggam tangan, bersandarlah atau izinkan pasangan bersandar pada bahu kita, dll. Dampak kedekatan batin bagi anak, akan menjadikan orang tua sebagai rujukan pertama, bukan dengan gadgetnya.
Batin yang sudah mulai dekat ditandai dengan 'no privacy". Jika anak atau pasangan tidak mau ketahuan isi gadgetnya, aktivitas dunia mayanya, bahkan mulai mempassword handphonenya, maka ini berbahaya. Buatlah kedekatan batin agar kita lebih dibutuhkan dibanding gadget anak dan pasangan kita.

Jika batin antar keluarga sudah dekat, maka cinta  akan membawa anak dan pasangan kembali pada kita.


2. Manajemen hiburan
Orang tua harus memiliki agenda alternatif untuk menghibur anak. Menyediakan hiburan yang bukan hanya dengan kemewahan tetapi bisa dimulai dengan hal sederhana. Misal pada anak usia dini, hiburan terbaik bagi mereka adalah ekspresi wajah dan eksplorasi tubuh orang tuanya dengan bercerita dan mendongeng. Poin pentingnya adalah kebersamaan tiap anggota. Jangan memberikan hiburan dengan gadget, anak-anak yang mencari hiburan dengan gadget salah satu penyebabnya karena orang tua atau keluarga tak memenuhi hiburan bagi anak. Sebab hiburan bagi anak ibarat makanan, jika tak dikenyangkan di rumah, mereka akan mencari jajanan lain di luar. Keluarga yang sehat adalah yang selalu punya rencana untuk selalu menghibur tiap anggotanya.
Manajemen hiburan yang diberikan orang tua pada anak akan menaklukan kebosanan yang mereka alami, buatlah kebersamaan yang bermakna tanpa gadget dengan menumbuhkan skill menghibur, seperti mengajak anak bermain (bukan permainan di gadget) bercerita dan berpetualang.


3. Membuat rundown aktivitas
Terinspirasi dari Q.S Al Hasyr: 18 "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

"besok mau ngapain?" adalah kunci yang akan kita terapkan pada anggota keluarga. Sebab anak yg tidak punya planning agenda tiap harinya, hanya akan diisi oleh gadget.



MANAJEMEN GADGET


Boleh memegang gadget asal memenuhi beberapa syarat, sebagai berikut;
Waktu: Buat kesepekatan kapan boleh dan tidak boleh dalam memegang gadget, misal jam 18.00 s/d jam 21.00 untuk tidak memegang gadget.


Lokasi: Tentukan lokasi yg tidak boleh ada gadget di dalamnya. Seperti di kamar tidur dan di kamar mandi. Banyak anak yang betah menyendiri di dalam kamar karena terpengaruh oleh gadget, yang mengakibatkan orang tua tidak tahu apa saja yang sudah anak lihat. Ingatkan juga agar anak tidak membawa gadget ke kamar mandi, sebab kamar mandi adalah tempat bersarangnya jin, dan kita tidak boleh berlama-lama dalam kamar mandi.

Isi: Terapkan aturan aplikasi mana yang boleh atau tidak boleh untuk anak.

Durasi: Buat kesepakatan waktu kapan dan berapa lama anak boleh memegang gadget.

Situasi: Jelaskan pada anak ada beberapa situasi yang tidak boleh memegang gadget, seperti saat ibadah, saat makan bersama, saat berbicara dengan orang lain, saat naik kendaraan, saat bermain, dan saat liburan.


13.30 mulai diskusi antar peserta dan fasilitator.


Penanya 1: 
a. Memiliki anak usia 18 bulan, dengan istri fokus di rumah untuk mengasuh anak. Anak dekat dengan abinya meskipun abinya kerja dari jam 07-17. Karena ketika kerja sering memberi kabar pada keluarga. Yang ditanyakan, seberapa intensifkah seorang ayah/abi perlu memberi kabar kepada keluarga di rumah??
b. Baik atau tidak menakut-nakuti anak dengan hal yang tidak dia sukai "kalo ga mau mandi nanti dikasih jamu"??


Tanggapan dari ust Bendri:

1. Kedekatan yg dijalin sudah benar, bahkan wajib. Pada usia 0-2 tahun anak mutlak bergantung pada bapak dan ibunya. Dalam bahasa arab ada panggilan khusus kepada seorang ayah, bukan sekadar abi, tapi 'abati' menunjukkan kedekatan secara emosi, atau kerinduan pada abi. Ayah yg dirindukan saat jauh ataupun dekat. Dicontohkan oleh kedekatan antara Ismail dengan Ibrahim dan Yusuf dengan Ya'qub.
Pada usia 0-5 tahun anak butuh wajah ayah, maka saat berjauhan dengan adanya gadget ayah bisa membuat anak dekat dengan mengirim foto atau video. Berbeda ketika anak berusia di atas 5 tahun, saat berjauhan ayah tak mesti mengirim video atau foto wajah ayah, cukup dengan video perjalanan dan pengalaman ayah agar anak merasa dekat dengan ayahnya.

Ada hak anak yang harus orang tua penuhi terkait dengan perkembangannya, yaitu;

a. Tidak boleh membentak atau berbicara yang kencang dengan anak, terutama pada usia balita. karena 10rb sel otak anak akan hangus.
b. Anak tidak ditakuti atau diancam. Tidak perlu mengancam anak agar makan, karena manusia punya naluriah sendiri untuk kebutuhan pokoknya. Kewajiban orang tua adalah memenuhi asupannya bukan sekadar mengenyangkan perutnya.


Penanya 2: Dari mana sumber yang mengatakan bahwa "anak fitrahnya ketergantungan/nempel sama orang tua"?


Tanggapan ustadz Bendri:


Masa kedekatan antara anak dan orang tua dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
a. Dependent, saat anak berusia 0-2 tahun, ditandai dengan ciri anak yang selalu bergantung pada orang tua, dekat dekat orang tua dan tidak mau lepas dari orang tua.
b. Independent yang dimulai ketika anak berusia 2 tahun yaitu dengan menyapihnya, yang bertujuan untuk mengajari anak bahwa keinginannya tidak  bisa selalu terpenuhi.
c. Interdependent, masa ketika anak berusia di atas 3 tahun: Ketika anak mulai bisa membedakan antara kanan dan kiri maka orang tua wajib mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab pada dirinya.


Penanya 3:
Bagaimana cara menghilangkan ketergantungan jika anak sudah terpapar gadget?

Tanggapan dr peserta:
Jika anak sudah berusia remaja, maka beri  ia pengertian dan aturan, misal akan dikasih gadget jika...


Tanggapan ustadz Bendri:
Banyak orang tua yang tidak bisa menghindar saat anak meminta sesuatu. Penting bagi orang tua untuk mengajarkan pada anak bahwa ia harus mendeskripsikan apa yang ia minta sebagai "kebutuhan atau keinginan".

Mengapa remaja banyak yang meminta dibelikan gadget canggih seperti teman-temannya? Salah satu faktornya karena anak merasa kesepian, antisipasi agar anak tidak meminta gadget sekadar untuk ikuta-ikutan bukan dengan nasihat tapi harus dengan kedekatan hati.
Ingat, sebelum menerapkan aturan, buatlah anak jatuh cinta pada kita (ayah & bunda). Ikatlah hati sebelum menasihati. Ikatan emosional ini penting untuk kita jaga.


Penanya 4:
1. Seberapa besar pengaruh kuantitas waktu terhadap kebersamaan antara anak dan orang tua, karena ibu bekerja lebih banyak di luar?

2. Kondisi seperti apa yg membolehkan wanita bekerja?


tanggapan ustadz Bendri:
1. Ibu boleh bekerja namun penuh dengan konsekuensi, profesi ibu yg utama adalah mengasuh anak, sisanya sambilan saja. Jika masih punya suami serahkan kewajiban mencari nafkah pada suami. Agar anak tidak merasa kesepian yang akhirnya ia mencari hiburan lewat gadget.


Tapi jika ibu terpaksa bekerja, selama ibu bisa menjamin saat pulang kerja tidak membawa emosi negatif pada anak maka silakan bekerja, asal ketika pulang kerja ibu sudah membuang emosi negatif dan menggantinya dengan emosi positif saat bertemu anak, agar anak tetap dekat meskipun ibu bekerja. Pembahasan tentang ibu bekerja membutuhkan waktu lebih panjang, insyaa Allah akan diusulkan menjadi tema pada pertemuan berikutnya.


Notulis: Aldiles Delta Asmara

Saat Kau dekat denganku

Saat Kau dekat denganku, hari terasa lapang, senin kamis terasa longgar, jumat ke jumat pun penuh riang.


Saat Kau dekat denganku, aku bagaikan ratu, yang tak sedih karena pilu, yang tak murka karena cemburu.


Kau dekat, dalam Muharrom hingga Dzulhijjah. Tak terhitung banyaknya bahagia, meski hilir mudik sedih hadir dengan setia. Namun Kau buat semua menjadi pahala, saat ku pilih syukur dan sabar dalam mengiringinya.


Kau dekat, dalam penantian maupun kesakinahan. Asal takwa menjadi pegangan, takdir apapun yang Kau berikan, selalu bersanding dengan keberkahan. Bagi jiwa-jiwa yang tak lelah meminta dekat padaMu di waktu siang dan malam.


Kau dekat, dalam tiap usahaku sebagai seorang hamba untuk selalu mendekat. Dalam sendiri maupun ramai yang memenuhi rintik-rintik asa. Mendekat padaMu adalah kekuatannya.


Aku berusaha mendekat, meski bergelimang harta adalah masih impian, berganti dengan tumpukan-tumpukan rincian. Namun Kau ingin aku mendekatiMu dengan sedekah-sedekah jariah, meski kembang kempis napasku mengusahakannya.


Aku berusaha mendekat, meski goda fana tampak silau memukau mata, menjadi terkenal dalam satu klik saja, yang mencari cara untuk dikenal banyak masa dunia, agar mengangguk-ngangguk semua jiwa saat ku sebutkan hanya nama. Namun Kau ingin aku memilih untuk dekati Kau dengan kelapangan jiwa, dalam kerendahan hati tanpa ingin dipuji dan puja. Sebab terkenal di langit lebih menyenangkan gelombang rasa, dekat padaMu seumpama telah memiliki semua.


Saat Kau dekat denganku, ku tandai dengan banyaknya sholeh-sholeha yang mendekat pada raga. Menasehati dengan jiwa, menegur dengan penuh rahasia, dan menyayangi dengan setulus-tulus harga, Fillah. Tak terhitung banyaknya dari orang tua, suami, keluarga, kerabat, dan yang lainnya.


Saat Kau dekat denganku, ku rasakan kehadiranMu memenuhi relung-relung jiwa yang hampa. Ketika belahan jiwa tak bersisian raga, namun ucapnya, bahwa Kau selalu ada. Membuat hati ringan seketika.


Saat Kau dekat denganku, selalu aku meyakini bahwa dimulai dengan usahaku mendekatiMu, dimulai dengan meyakini bahwa Kau selalu dekat dan mendengarkan doaku, dimulai dengan mengimani Kau dekat bahkan dari urat dan detak nafasku.


Saat Kau dekat denganku, adalah bertumpuk bahagia dalam nikmat hidup di duniaMu.


Kau dekat, tanpa sekat.
Saat ku mendekat, Kau makin merapat.
Sejengkal, sehasta, sedepa.
Kau dekat dan mendekatkan.


Maka buat aku lebih mendekat, di 1438 HijriahMu.


-Aldiles Delta Asmara-
*doa dalam tulisan*

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger