Di mana?

Lalu di mana iman, ketika masa depan kau dahului dengan tanya ragu?
Letakkan saja ragu, dan genggam dengan erat imanmu.
Sebab iman adalah percaya, bahwa Allah sebaik-baik pemberi ketetapan.
Kau yakin, atau masih ragu?
Maka itulah kadar imanmu, wahai diri..


Ini tentang aku bukan kamu.

-Aldiles Delta Asmara-
Menuju Januari 2016 :)

Keluarga

Keluarga adalah 'Sekolah' pertama.

Di dalamnya ada guru dan kepala sekolah
Ada murid dengan ragam karakter penuh warna
Ada bangunan tempat kita belajar bersama

Keluarga adalah 'guru' yang utama

Yang mengajari tentang bagaimana menjalin kasih
Mengajari bagaimana semestinya menempatkan peduli
Mengajari bertutur manis menahan diri
Mengajariku membenamkan prasangka agar damai terpeluk mesra
Memberi ilmu dengan teladan
Memberi cinta dengan pertanggungjawaban
Menasehati dengan kebersamaan

Keluarga adalah 'daftar pustaka' tentang segala rasa

Yang mengubah marah tertekuk maaf
Melarut prasangka dengan baik sangka
Menumbuhkan cinta tanpa membuatnya jatuh
Mendefinisikan kasih sebagai kata kerja mewujud tanggap rasa

Keluarga adalah 'irisan makna'

Tentang kesabaranku, yang bergandengan dengan syukurmu.
Kebahagiaanku dan berlipat bahagiamu
Kelemahanku, keteguhanmu.

Keluarga memang tak pernah sempurna
Ia penuh warna, dalam letup-letup memahami
Mendewasakan tiap jiwa dengan bijak menanggapi
Marahmu dengan takdir maafku
Maafmu dalam ego marahku

Keluarga?
Adalah rumah, menyatukan asa, meninggikan cita, menebalkan cinta.

Apa yang paling diharapkan dari sebuah keluarga?
Adalah berkahNya.

Mari peluk mesra menggapai berkahNya.. -251215-

Menjaga Fitrah

"De, ini batu timpuk ayamnya pake batu". Kata seorang kakak kepada adek usia sekitar 2 tahun.

Menyaksikan ini saya jadi merenungi kembali, bahwa jangan-jangan yang menjadi perusak pertama seorang manusia adalah orang-orang terdekatnya. Mengapa saya bilang 'perusak'? Sebab, bukankah manusia lahir dengan fitrah kebaikan? Kebaikan yang meliputi alam dan semesta, kebaikan tentang keyakinan, kebaikan tentang karakter bahkan kebaikan tentang memutuskan dalam memilih idola, hanya saja, ia terdapat campur tangan orang tuanya.

Maka amat berat amanah menjadi orang tua, untuk menjaga fitrah kebaikan pada anak dan juga memberi pemahaman pada orang sekitar untuk juga menjaga fitrah kebaikan tersebut. -Robb mohon bimbing kami-

Pernah suatu kali, saat bersafari mengenalkan nama-nama binatang pada Rafa, Raisya di lingkungan sekitar, saya harus menenggelamkan sedikit rasa takut pada beberapa binatang, anjing misalnya. Saat anjing menggonggong dengan galak, dan kami melihat dari jarak yg lumayan dekat, saya perkenalkan bahwa itu anjing. Tadinya saya berpikir bahwa Rafa dan Raisya yang usianya baru 2 dan 1 tahun akan takut, tapi ternyata mereka antusias, bahagia dan tidak sedikitpun takut -padahal ummanya sudah istighfar dalam hati-. Ah ya, yang mengenalkan takut pada anak-anak kan orang dewasa juga, orang dewasa yang mengambil jalan pintas untuk menaklukkan hati anak-anak.

"Ish de, jangan keluar rumah, ada anjing, nanti digigit"
"Ish de, jangan pegang-pegang kucing ntar dicakar loh"
"De, kalo ga nurut nanti mama bilang polisi biar adek ditangkep"
"De makan, kalo enggak nanti bunda bawa ke dokter biar dede disuntik"

Maka terciptalah anak-anak yang penakut. Mengapa tak kita bawa saja anak-anak kita untuk hanya takut pada Allah, takut membuat Allah tak sayang lagi dengan kita, dengan kesalahan yang kita perbuat? -tentu dengan bahasa yang disesuaikan lagi dengan usia anak-

Juga dengan tingkah sayang menyayangi terhadap makhluk Allah.

"De, pegang kucingnya pakai tangan ya sayang, bukan pakai kaki".

Maka jadilah anak-anak yang menyayangi. -semoga-

Robb, bimbing aku menjadi orang tua yang menjaga fitrah.

*catatan*
Untuk hewan yang memang Allah haramkan untuk disentuh, maka cukup perkenalkan dengan tidak menyentuh.

-Aldiles Delta Asmara dalam nasehat untuk pribadi-

Tanya-Jawab. Tetap

Ya Allah aku gelisah
Kau sebaik-baik penenteram resah
KepadaMu, muara atas jawab gundah yang mewabah.
Mohon tetap dampingi, duhai Robb...
Dalam tenang rasa dan berkah

Dan jiwa pun melantun tasbih
Atas takdir yang beriring tersingkap tabir
PadaMu atas segala tanya
Kau jawab dengan semanis-manis kejadian.

Bismillah, ku siapkan hati dengan sebut namaMu, Ilahi..

-satu malam menuju ketetapan-
Aldiles Delta Asmara

Di Atas Harta Karun

Harta Karun

Tulisan ini ringan saja ya, hasil memuhasabahi diri bakda nemenin Rafa nonton UpinIpin tema 'Harta Karun'. Dikisahkan bahwa UpinIpin dan geng ciliknya menuju tempat yang amat jauh, melewati bukit, gunung berapi, semak belukar, batu raksasa hingga suku pedalaman yang amat jahat, namun mereka berupaya, bersungguh-sungguh dalam menuju tempat yang konon adalah tempat harta karun itu berada.

***

Jika suatu hari ada yang memberimu pesan rahasia bahwa di suatu tempat yang tidak kau ketahui tempatnya, tak terbayang jauh dekatnya, tak teraba semak sulitnya, namun dipenuhi iming-iming limpahan harta, menarik hati untuk menujunya kah?
Pada sebagian manusia mungkin iya, mungkin juga tidak. Oke kalau tema 'harta karun' terlalu jatuh tempo dalam pembahasan, maka mari kita ganti tema yang kekinian tapi sama dalam makna, 'Gaji Besar'.

Jika suatu hari ada yang memberimu kabar bahwa nun jauh di sana, ada suatu kerja yang akan mengantarkanmu berpenghasilan 2 digit angka di depan titik kedua -atau bahkan lebih- dengan kerja yang tak terlalu sulit, dengan syarat yang semua orang pasti mampu, berlombakah menujunya? Berupaya kah mengejarnya?
Iya, karena sungguh apapun tentang harta amat begitu menarik. Mungkin kita akan mengerahkan segala daya agar mendapatkannya, apapun cara. Menyusun strategi, mengatur posisi agar setidaknya yang memiliki tempat kerja melirik kita sebagai orang yang layak untuk menjadi pekerjanya. Ah begitu manusiawi, meski mungkin tak beraroma surgawi :(

Lalu bagaimana jika kini-tak menunggu masa suatu hari- Allah kabarkan tentang suatu tempat yang menjadi pijakan beristirahat teramat santai, teramat indah, tak terbayang imajinasi, tak pernah mewujud rupa dalam keindahan dunia, Allah hadiahkan untukmu. Apa upayamu menujunya??

(Al-Baqarah):25 - Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Dan adalah Rosul membekali kita bagaimana menuju surga yang indahnya Maha Indah, maka tugas kita adalah mengikutinya, mengikuti akidahnya, mengikuti akhlaknya, dan mengikuti segala yang Rosul lakukan. Mari jadi pengikut Rosul hingga ke surga. Sebab surga adalah 'Harta Karun' yang sebenar-benarnya.

Semoga setelah ini, kau semakin berupaya, siap berlelah-lelah, tak takut berpayah-payah demi 'hadiah' Allah yang amat indah, dan semoga Allah, Sang Pemilik Surga, melihatmu layak menjadi penghuninya, wahai diri.

-Ya Allah aku mau surga :)
Aldiles Delta Asmara


Jika Kamu

Jika pagiku adalah kamu
Aku ingin malam cepat berlalu
Menyelisihi keteraturan waktu
Bersegera memuaskan egoku bertemu kamu

Meski malam mungkin saja cemburu
Hingga bertanya, mengapa terburu-buru?
Tak apalah, ia terlalu dingin untukku
Aku ingin mendekap hangatmu
Mengambil pancaran sinarmu

Bertanya malu, tak bertanya ragu
Hei, rindukah kau padaku?
Kamu tahu? Aku suka melihat ceritamu di berandaku
Membuat aku sedikit lega, aku tahu kabarmu

Kamu? Tetaplah menjadi pagi bagiku
Agar aku bersemangat menujumu.


-Bersatunya aksaraku dan kamu-
-Aldiles Hawra-


Aksara

Kembalilah engkau aksara
Tak perlu bermegah-megah
Cukup yang sederhana namun menggugah
Setidaknya bagi pribadi
Yang banyak silap alfa
Setidaknya bagi diri
Yang berundak dosa

Kembalilah engkau aksara
Menjadi peneguh
Kala dunia seakan runtuh
Menjadi pelipur
Kala hidup tak lagi menghibur
Menjadi teman setia
Kala banyak jiwa pencipta kecewa

Kembalilah engkau aksara
Ramuan dalam kata yang kau tanam
Seakan kokoh menyuburkan hati agar tetap tenang
Menghadapi bisik-bisik rindu yang nakal

Kembalilah engkau aksara
Aku ingin sembuh dalam hidup yang normal
Meski dalam rupa yang samar
Tak apa asal aku tersadar

Kembalilah engkau aksara
Dalam lantunan kata-kata mutiara
Yang diselimuti dalam bungkus doa seorang hamba
Adalah aku yang memahatnya
Mengadu dalam kata yang tak tahu urutannya
Hanya Ia yang memahaminya

Robbku, aksaraku milik Engkau
Mudahkan aku dalam beraksara
Yang tertuntun dikala duka
Dan menuntun bagi para hamba yang terluka

Kembalilah engkau aksara
Atas izin Robb yang Maha Kaya dalam kata

-Aldiles Delta Asmara-

Menyayangi akan disayangi

Barangsiapa tidak menyayangi maka tidak disayangi” (HR. Al Bukhari)

Nah kan, jadi memang dalam hidup ini ada hukum tak tampak yang berlaku bagi kita. Seperti yang tertera pada hadits, jika kita ingin disayang oleh penduduk bumi, maka mestilah kita menyayangi penduduk bumi terlebih dulu. Saat sudah menyayangi, tentu tak mungkin penduduk bumi akan lalai dalam menyayangi kita, alih-alih Allah pun yang akan menyayangi kita, langsung, tanpa hijab. Aih, siapa pula yang tak ingin disayang Allah? :)

Rumus hidup yang mudah kan?

Tentu bukan hanya tentang sayang menyayangi. Hal lain pun mestinya juga seperti itu. Ingin dibantu? Maka lebih-lebih kita harus mengasah kepekaan kita terlebih dulu agar ringan dalam membantu. Dan bantuan saat kita sulit adalah suatu niscaya. Ingin dimudahkan urusannya? Tahu dong apa yang harus dilakukan? Yap, mudahkan pula urusan orang lain, agar kemudahan pun kembali pada kita.

Ingin dicintai? Ehm, mudah saja. Lepaskan gembok kebencian dalam diri, tak perlu ribut sanasini, lihat kanankiri, kemudian cintai. Maka cinta semesta akan bertekuk lutut padamu. Dan yang perlu kamu lakukan adalah cintai Allah, pelajari tentang keMahaCintaanNya, sebarkan ke bumi, izinkan yang lain mengenal cinta Allah melalui cintamu, maka semuapun akan penuh cinta.

Ingin orang lain peka terhadapmu? Hehe, sudah seberapa banyak dan sering kau latih kepekaanmu terhadap orang lain? Kalau sudah terlampau banyak tapi masih ada yang tak peka terhadap kondisimu, ah tak apa. Jangan berlelah-lelah memikirkan yang tak peka, sementara orang yang peka sudah mengantri dalam hidupmu.

Maha sempurna ya ajaranNya, betapa ternyata semesta mengikuti apa yang diri ini lakukan. Maka jangan menuntut jika hidup rasanya sempit, terhimpit, dan rumit. Coba benahi, mungkin kitalah yang sering menciptakan kesempitan itu, himpitan itu, dan kerumitan itu terhadap hidup orang lain, hingga kemudian berbalik pada kita.

Ayolah, kau tak perlu waktu lebih lama untuk memikirkan hadits ringan ini wahai diri. Mari pelajari bagaimana Rosulullah menjadi pribadi yang paling ditakjubi, agar hidup kian berisi.

Jika sudah kau lakukan namun penduduk bumi masih banyak yang 'jahat' padamu, ah tenang saja, bukankah cinta Allah tak bertepi? Biarkan, terus berbuat baik agar surga seakan tinggal beberapa senti.


Sebuah nasihat bagi pribadi.
-Aldiles Delta Asmara-

Tiada Pergi

Atas celah kesalahanku, semoga tercipta pula celah maaf bagiku, darimu, kepadaku, atas kehendakmu.

Pada yang lalai, Allah siapkan yang tegas mengintai, berasaskan cinta, beraromakan kasih. Semoga itu engkau, semoga itu untukku. Semoga masih ada waktu.

Beraroma sedu sedan dalam nafas panjang tertahan di suatu malam, adakah ia membawa pesan maaf? Ataukah terkunci dalam lisan yang menajam.

Membutuhkan ketetapan dari yang Maha menetapkan. Pada kebaikan-kebaikan yang beriring sejalan. Akan sebuah perjanjian.

Sudah, akankah rasa itu selesai? Siapakah yang menang? Marah atau cinta?

Dan kepasrahanku hadir lagi, bahwa Allah tiada pernah pergi.

-Aldiles Delta Asmara-

Desember-Januari

Hai Desember 2015.
Kamu adalah wujud akumulasi dari doa-doa yang terpanjat bahkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tak apa kan?
Toh yang kita pahami tentang doa bukan hanya bentuk pengabulannya yang dalam waktu singkat, melainkan karunia yang berlipat-lipat. Tahun ke tahun. Bulan ke bulan. Jum'at ke Jum'at.

Karunia yang berlipat. Mewujud sabar, senyum dalam ikhlas, tawa dalam rona keakraban, matang dalam penentuan. Tak lagi terburu-buru, tak lagi berebut waktu.
Semoga itu karunia. Nikmatnya berlapis bukan?

Tarbiyah Allah memang selalu lebih indah dari apapun jua. Tarbiyah Allah, mematangkan apa yang harus menjadi matang. Menyiapkan yang belum siap. Meluruh dzon buruk menjadi berkali-kali dzon baik.

Tarbiyah Allah dalam karunia, berbentuk dalam asa, terpresentasikan dalam doa. Semakin indah, semakin merekah. Hingga tiba masa.

Hai Desember.
Tahun lalu atau tahun kini, kau masih memesona.
Sebab setelah Desember akan selalu ada Januari bukan?

-PadaMu penjaga Hati-

Aldiles Delta Asmara

Menikah, Berupaya..

Bismillaahirrohmanirrohim..

Apa yang kamu pahami tentang pernikahan? Jodoh?
Pernikahan adalah perjuangan. Ini bukan tentang berjuang untuk mendapatkan ‘dia’ yang kita cintai untuk bersanding bersama di panggung mewah berhias sekumpulan bunga. Sebab terlalu remeh jika hanya karena ‘dia’, sebab kita tak benar-benar tahu apakah dia yang tersangkut pada hati adalah yang Allah pilihkan untuk kita, sebab mungkin saja jika diperjuangkan bukan menjadikan Allah mengulurkannya dengan mesra, sebab.. ah lagi-lagi bukan tentang dia. Berjuang bukan tentang mendapatkan ’ia’. Harus ada upaya yang sungguh tampak dalam menujunya. Menuju pernikahan.

Ribuan tahun lalu sebelum kita terlahir ke dunia, Allah sudah mencatat dengan begitu rapih siapa yang kelak menjadi jodoh kita di dunia maupun di akhirat. Jadi, tak perlulah kita bersusah payah mengupayakan apa yang sudah pasti. (WS)

Ia memang bagai rizki yang misteri, yang sudah ada ketetapannya. Tapi ia juga mesti diupayakan,  diperjuangkan, meskipun kehadirannya sudah pasti. Layaknya rizki yang juga kita upayakan untuk kita cari. Ingat analogi cicak? Cicak mesti berjerih payah dulu dalam mencari rizki, menempel pada dinding dan merayap secara diam-diam. Hal tersebut merupakan bagian dari ikhtiar cicak mencari rizki.

Maka apatah lagi tentang jodoh, menikah, menggenap. Harus ada ikhtiar, apalagi jika menikah bervisi membangun peradaban. Harus ada ikhtiar, jika yang kita yakini bahwa menikah adalah bagian dari ibadah, sebab tak ada ibadah yang tak diganggu oleh syaithon, maka berikhtiar dari godaan-godaan menujunya adalah kewajiban.

Lalu, apa yang mesti diperjuangkan dari sebuah pernikahan? Benarkah kita tak perlu berjerih payah mengupayakannya?

Tetap perlu dinda, kita tetap perlu memperjuangkannya. Memperjuangkan agar yang mendekat dan yang didekatkan adalah yang sesuai visi utama kita dalam menikah, apa katamu? Membangun peradaban?  Berjuanglah agar jagat raya tahu visimu, minimal keluarga besarmu tahu dan paham visimu. Agar tak sekadar bertanya 'kapan menikah?', 'Mana pacarnya?' 'Mau sama yang mana?' Dan pertanyaan-pertanyaan lain. Tapi kelak supaya mereka paham bahwa sampai saat ini kau tengah berjuang membaguskan kualitas dirimu, menjaga dari perasaan semu, menjaga agar Allah layakkan dirimu menjadi seorang ibu. Berjuanglah, agar mereka tahu bahwa menikah bukan sekadar tentang bersatunya dengan yang manis rupa, bukan tentang bersatunya dengan si pemilik rumah dua atau tiga, bukan tentang bersatunya dengan si ‘mapan loh kerjanya’. Bukan itu. Ini kerja berat dan tak singkat. Perlu beberapa waktu agar ketika Allah menurunkan titah pertemuannya, keluarga menyambut dengan tangan terbuka. Berjuanglah, meski bukan dengan lisanmu, setidaknya dengan akhlakmu, yang darinya orang-orang akan tahu visimu.

Kau harus berjuang, dalam perjalanan panjang ibadah dengan bingkai pernikahan. Meremukkan godaan atas bayang semu kebahagiaan yang belum waktunya. Menahan mata-mata jelalatan. Menahan kriteria-kriteria duniawi, menahan dari yang hanya mampu PHP sana-sini. Berjuanglah, dan perjuanganmu tak mudah bukan? Bahkan saat menikah mewujud nyata, kau tetap harus berjuang, untuk membuat keluarga kecilmu menjadi miniatur surga. Surga sebelum surga. Mengubah emosi buruk menjadi emosi baik, mengubah tatap garang menjadi semerekah senyum, mengubah gemasnya cubitan menjadi belaian. Tak mudah, kau harus berjuang dari kini. Melatih diri.

Itulah perjuangan.

Apa jadinya ketika kau tak mempersiapkan itu semua?
Apa jadinya ketika bekal tak ada?
Apa jadinya ketika kau mengoptimalkan amal yang satu tapi melupakan amal yang lainnya?
Apa jadinya ketika kau santai sekali mengikhtiarkan masa depanmu? Masa ketika pernikahan mungkin lebih panjang usianya dibanding masa sendirimu.
Bagaimana dengan peradaban yang hendak kau bangun?

Maka menikah, ikhtiar bertemu jodoh adalah perjuangan. Hingga bagai cicak yang diam-diam merayap kemudian nyamuk datang menghampiri, hap, lalu ditangkap menjadi rizki.
Kau pun seperti itu. Diam-diam memperbaiki diri, sibuk menata hati dan ilmi, membenah emosi dan menjaga pribadi, keluarga terkondisi, kemudian 'ia' datang menghampiri, juga dengan perjuangan yang tak kalah hebatnya untuk membersamai.

Menjadilah hebat dengan perjuanganmu menuju ibadah ini, dengan baik sangka yang kau perbarui, dengan cibiran yang kau senyumi, dengan kegagalan yang kau tadabburi. Hingga kemudian Ia meniupkan kuncup bunga kebahagiaan, bermekaran pada waktu terpilih, dengan seseorang yang sangat amat teramat sesuai, untukmu.

(An-Nūr):32 - Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

-Aldiles Delta Asmara-

1 Desember, 2 bulan kemudian.




Pinta kami -Hari Guru-

Nak, boleh ibu meminta sesuatu sebagai gurumu?
Begini.
Apalah arti sebatang coklat, setangkai bunga, sebait puisi pada hari ini?
Ah ya, romantis memang.
Membuat mata kami berkaca-kaca memang.
Membuat hati kami haru memang.
Tapi, semu :(
Tapi sekejap waktu :(

Bolehkah jika hadiah itu melebur pada akhlakmu?
Agar abadi bahagianya, agar awet kebaikannya.

Hadiahi kami dengan tutur manismu sepanjang waktu.
Bukan, bukan hanya pada kami, tapi juga pada teman-temanmu. Pada pedagang yang kau temui di kantin, pada tukang sapu yang tiap hari berlelahan memungut sampahmu, pada semua orang yang kau temui dalam hidupmu.
Bisakah nak, bertutur manis pula pada mereka?

Hadiahi kami dengan kepekaanmu melihat lingkungan belajar kita, memunguti sampah bekas makan dan minum yang berserakan, menasehati dengan santun teman yang masih khilaf membuang sampah sembarangan, dan menahan diri untuk membuang sampah meski kecil saja.

Hadiahi kami dengan keshalihanmu, dalam saf-saf berjejer rapi tiap waktu solat saat di sekolah, dalam doa-doa rahasia untuk kami, dalam salam penuh doa tiap jumpa dengan kami, dalam lantunan doa tiap kita akan memulai dan mengakhiri aktifitas ilmu. Nak, kami kadang lupa, maka ingatkan kami saat terlupa, agar selalu berdoa sebelum dan sesudah menemanimu meraup ilmu.

Hadiahi kami dengan santunnya akhlakmu, bukan hanya pada kami, tapi juga pada yang lainnya. Mudah meminta maaf, menahan diri untuk tidak menyakiti teman, tidak merusak peralatan belajar kita, tidak memandang remeh orang yang tak seberuntung dirimu.

Dan yang terpenting dari permintaan ini, jadilah pemuda pemudi yang menjaga dirinya. Betapa hidupmu berharga, jalanmu teramat panjang, pencapaianmu gilang gemilang jika kau tak hanya sekadar sibuk mengurusi urusan hatimu, sibuk menjelajah perasaanmu, sibuk menghabiskan waktu dalam detakdetik yang justru menjeratmu. Jagalah nak, seberusahanya engkau menjaga prestasimu agar tetap baik. Jagalah nak, sebab waktumu begitu singkat untuk kau lalui.

Maafkan, maafkan betapa banyak permintaan ini. Sungguh ini lebih membahagiakan, berlipat-lipat dan berlapis-lapis tebalnya kebahagiaan kami jika permintaan ini mewujud nyata dalam keseharianmu.

Sulitkah nak?
Akan kami bimbing, mohon terima selalu bimbingan kami, mohon bantu kami dalam membimbingmu.

Terima kasih sudah bersabar menjadi murid kami.

Salam cinta yang amat tebal,

Gurumu.

-Aldiles Delta Asmara-

#MendidikituMencintai

Bukan

Maaf ya, maaf sekali.

Aku tak nyaman. Aku utarakan ini pada lingkaran kata yang aku harap tak kau mengerti maknanya, agar apa? Agar kau tak perlu merasa bersalah.

Aku tak nyaman, dengan segala rengekanmu yang mewujud hinaan. Masalahmu di mana? Oh maaf, salahku atas takdir ini di mana? Kau tahu apa?

Kemudian kau berkilah bahwa ini wujud cinta?
Haha, mari kita tertawa.
Cintakah jika membuat luka?
Cintakah jika tercabik hati yang satunya?
Cinta bukan seperti ini.

Maaf, bahkan siswiku yang memiliki keterbatasan lebih tahu lebih dalam makna cinta.
Ia punya doa.

Kau punya apa?
Sekadar lisan bertutur tak beradab atas kepongahan diri.
Milikmu kah kebahagiaan itu?
Kuasamu kah kenikmatan itu?
Bukan.

Bahkan seujung kuku pun itu bukan milikmu dan kuasamu.
Maka, apa yang pantas kau banggakan?
Maka, apa yang pantas kau hinakan dariku?
Maaf, sebab aku cinta.
Maka cintaku mewujud diam, agar tak perih hatimu, hatiku, hati kita.

-Aldiles Delta Asmara-

251115

Takhta Penjagaan

Bertakhta dalam penjagaan, seumpama hujan yang tertahan oleh terik. Allah jaga dengan sebaik-baik penjagaan, menunggu untuk menjatuhkan hujan pada waktu yang tepat.

Meski kau dari sejak dulu berlirih menagih dengan pedih, Allah suka saat kau pinta.
Maka mengulang-ulanglah doa menjadi ramuan dalam pedih yang semakin mendidih, dalam rindu, dalam harap, dalam ruang yang entah dipahami siapa.

Hingga Ia, berujar dengan hikmah.

Dan kemudian kau pun terpana, dengan segala kemurahan hatiNya dalam mengabulkan pinta.

Allah sebaik-baik penjaga, Allah sebaik-baik tempat meminta.

Allah sebaik-baik penjaga permintaan hambaNya.

Al-Mu'minun:60 - Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu...."

Al-'A`rāf:55 - Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Maka, tak perlulah kau berisyarat pada yang selain Allah.

-Aldiles Delta Asmara-

Dalam detik-detik

Ayah

Ayah..
Hari ini orang-orang sibuk memposting foto dengan ayahnya. Sambil bertuliskan "Selamat Hari Ayah"

Ayah..
Kapan terakhir kali kita foto bareng?
Ah entahlah ayah, dek lupa.
Sebab, zaman sebelum kau pergi bukan zaman foto dalam genggam.
Masih tersimpan atau tidak foto itu juga dek gak tau ( tapi tenang Yah, kenangan bersamamu tak hilang. Masih tersimpan dan rajin dek putar ulang)

Yang dek ingat, hanya..
Engkau cinta pertamaku.
"Ayah, dek cinta ayah"
Yang kau sambut baik dengan peluk hangat.

Ayah..
Hari ini semua berlomba-lomba bercerita tentang 'ayah'nya.
Dek boleh ikutan ya Yah?
Cuma mau bilang, terima kasih telah memilih mama sebagai tanggung jawab pengasuhanmu yang pertama.
Mama yang teramat hebat, masyaa Allah..

Ayah..
hari ini ataupun esok, tetap sama.
Tetap hari untukmu, ayah.
Yang kini dalam doa.


Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu.


-Aldiles Delta Asmara-
Anak bontot kesayangmu yang dulu suka engkau panggil "anak bontot ayah iniiih"


Peduli

Kesholehan itu mestinya satu paket dengan peduli. Tanggap dalam rasa maupun raga. Sebab pribadi sholeh yang peduli bisa mengundang orang lain untuk menjadi sholeh, sedang jika pribadi sholeh minim peduli, ah entahlah.
Masihkah menjelma menjadi panutan dalam masyarakat?

Bukankah sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat untuk ummat? Untuk masyarakat?

Lalu bagaimana cara menjadi manfaat jika bukan dengan peduli?

Jangan sampai ketidakpedulianmu membuat orang lain enggan menjadi sholeh.

Bukankah dulu Islam menyebar luas karena nabinya terkenal sebagi pribadi yang amat sangat peduli?

Ah, semoga kamu paham.

-Aldiles Delta Asmara-
7Nov15

Kala

Ada kala
Rindu tak terbendung dari anak kecil 2 tahun di ujung Kalimantan sebelah sana
Mengambil alat penghubung menuju Jakarta
Menekan tombol nomor
Kemudian berbicara
"Umma, abang kangen, umma pain?"

Ada kala
Rindu tak terobati hanya dengan sekadar kata
Ia menjelma menjadi bertitik-titik perwujudan doa dari seorang umma kepada 2 malaikat kecil di sana.

Ada kala
Anak kecil 2 tahun kembali pada fitrahnya
Bermain, eksplorasi, berpetualang
Hingga meletakkan sejenak rindu pada tempatnya
Berujung kata
"Ummi, abang ga mau telpon umma, abang main"

Ada kala
Umma dengan setia menantimu bermain
Hingga kemudian kembali menggenggam rindu
Dan membisikkan
"Abang sayang umma"

Dan ada kala
Kita akan berjumpa
Di suatu masa
Yang Allah ridhoi waktunya.

Semoga. -Aldiles Delta Asmara-

#tulisanDiles #Rindu #Rafa #Samarinda #Jakarta #ummakangen

Cinta?

Lalu kenapa jika kamu cinta?
Semesta perlu tahu kah?

Lalu kenapa jika kamu menyimpan rasa?
Dunia wajib mendengarkannya kah?

Lalu kenapa jika kamu belum punya?
Perlu dengan sandi apa lagi kau hendak menyampaikannya?

Bukankah emas tak pernah berserakan liar di beranda?

-Aldiles Delta Asmara-

Pasangan Kita Lebih Berhak!

Bismillahirrohmanirrohim..

Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 24 Oktober 2015

Harmonisasi Pasutri -dalam pembahasan Islamic Parenting-

Oleh: Ust Bendri Jaisyurrahman

Pasangan kita lebih berhak, untuk segala kebaikan-kebaikan yang kita lakukan di luar rumah.

Jika kita bisa bersabar menghadapi cerita seorang teman, maka semestinya kita harus lebih sabar menghadapi cerita pasangan.
Jika kita bisa memberikan senyum terbaik pada karyawan, teman kantor, dan yang lain, maka pasangan kita LEBIH BERHAK mendapat senyum paling manis dari wajah kita.
Jika seorang wanita bisa berdandan paling cantik untuk suatu acara di luar rumah agar membahagiakan orang lain, maka semestinya suaminya lebih berhak untuk mendapatkan kecantikannya yang paripurna.
Begitulah Islam, memulai sesuatu dari pihak terdekat.
(Al-'Isrā'):26 - Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, ....
(Ar-Rūm):38 - Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, ....

Indikator kebaikan seseorang lihat bagaiman ia bersikap pada pasangannya.

Mengapa kita sering stres menghadapi pasangan dan mengurus anak? Sebab sering salah dalam meletakkan prioritas. Pada orang lain memberikan yang terbaik dari diri, sedang untuk keluarga diberikan yang hanya sisa.
Maka sabarmu, senyummu, perhatianmu, lebih berhak kau berikan kepada pasanganmu, kepada anak-anakmu.

Apa saja harmonisasi yang harus kita lakukan pada pasangan?
1. Harmonisasi terkait visi dan misi
Menjadi salah satu dasar untuk meraih keberkahan dalam hidup berumah tangga. Visi misi keluarga muslim haruslah jauh ke depan, yaitu surga. Mencari kejayaan akhirat.
(Al-Qaşaş):77 - Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi ....

Akhirat adalah prioritas utama, sedang dunia tak boleh dilupakan. Jadikan kegiatan rutin keluarga adalah yang berkaitan dengan akhirat.

Akan terjadi perdebatan jika antara istri dan suami berbeda visi, tidak sama harus bervisi surga. Suami ingin sampai akhirat, sedangkan istri hanya ingin di dunia(atau sebaliknya). Maka antar pasangan harus memiliki visi yang sama, yaitu surga, visi akhirat. Agar langgeng sampai ke surga. Itulah mengapa dalam harmonisasi pasutri dimulai dari memilih pasangan sebelum menikah.

Bukan berarti mengabaikan dunia. Tetapi akhirat harus jadi prioritas baru setelah itu dunia. Bukan dunia baru setelah itu akhirat. Jangan dibalik dan jangan terbalik.
Jika visi akhir adalah surga, maka akan mudah bagi suami untuk bersabar pada istrinya, dan istri sabar pada suaminya.

2. Harmonisasi spiritualitas; terkait dengan ibadah
Karena urusan mengikat hati bukan urusan praktek romantisme, urusan mengikat hati adalah urusan Allah.
(Al-'Anfāl):63 - dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka...

Yang membuat pasangan saling mesra adalah kesamaan spiritualitias. Sama-sama taat pada Allah. Maka perceraian atau konflik faktor utamanya adalah karena spiritualitas yang tidak sama. Maka saling mengingatkan pasangan agar tetap taat pada Allah adalah kunci untuk selalu mesra sepanjang hayat.

3. Harmonisasi dari sisi aturan
Aturan terkait menjalani rumah tangga. Suami/istri tidak boleh membuat aturan sendiri. Termasuk dari harmonisasi dalam aturan yaitu meneguhkan siapa yang menjadi otoritas pemilik aturan. Yaitu suami, sedang istri memberi masukan.

4. Harmonisasi komunikasi
Berkaitan dengan bagaimana komunikasi saat marah, apa yang dilakukan saat pasangan marah. Memahami istri bahwa ketika marah butuh bicara, maka fasilitasi waktu yang tidak terburu-buru, agar tidak menyakitkan istri. Menunda mendengarkan cerita istri sampai suami punya waktu luang untuk mendengarkan semua sampah emosi istri adalah lebih baik dibanding mendengarkan saat itu juga tapi suami terburu-terburu dan berpura-pura simpatik, akan malah menyakitkan istri. Itulah komunikasi.

5. Harmonisasi program pengasuhan
Membuat target program-program pengasuhan di setiap jenjang usia anak.

5 poin harmonisasi ini harus senantiasa didiskusikan dengan diawali dialog. Salah satu kebiasaan pasutri yang tidak boleh hilang adalah dialog sebelum tidur. Seperti yang dicontohkan Rosulullah kepada para istrinya. Itulah ciri khas rumah tangga surgawi.
(Aş-Şāffāt):50 - Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap.
Al-Ĥijr:47 - Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.

Salah satu kebiasaan harmonisasi penduduk surga adalah duduk berhadap-hadapan sambil berdialog. Jika hal itu jarang dilakukan maka harmonisasi antar pasutri akan berkurang, sebab 5 poin harmonisasi akan terlihat saat berdialog. Saling tahu visi misinya, saling membangun spiritualitas, membicarakan aturan, berkomunikasi, dan membicarakan pengasuhan. Semua dengan dialog, duduk berhadap-hadapan.

Maka mulailah harmonisasi keluarga kita dengan berdialog, berdiskusi, duduk berhadap-hadapan, agar bersama membangun keluarga hingga ke surga.
Insyaa Allah..

(Masih bersambung di pertemuan berikutnya)

Notulis:
Aldiles Delta Asmara

Karunia

Membutuhkan ketetapan yang telah Engkau tetapkan, dalam rahasiaMu, dalam ketidaktahuanku.
Sebab, Engkau Maha Tahu, sedang aku cuma sok tahu.

Melepaskan pengharapan-pengharapan
Melepaskan penilaian-penilaian dunia
Hingga mengabdi penuh pada pilihanMu.
Yang Maha Tahu.

Dan Kau buat aku mengerti.
Atas segala karunia yang berlapislapis.

-Aldiles Delta Asmara-

Kapan pagi?

Masihkah aku bisa merasakan pagi?
Saat langit kini tiada beda dalam pergantian waktu.

Bukan terik seperti langit di belahan bumi lainnya saat musim panas.
Bukan terik, justru kami merindukan terik
Yang tertutup kabut.

Inikah kabut?
Inikah asap?
Inilah luka.
Luka atas empati yang musnah
Luka atas jerit anak kami yang cuti sekolah
Luka atas tarik ulur nafas yang tersumpal darah

Mata anak kami merah
Para orang tua marah
Sedang kami hanya diminta pasrah

Kamu ke mana pak?
Pergi ke ujung belahan bumi mencari apa pak?
Ah atau itu hanya tipu daya media ya pak?
Aku berharap seperti itu, sebab kabar yang dibuat media bahwa kau pergi ke Amerika sungguh membuat luka pak.
Itu bohong kan pak?
Bapak pastinya sudah berjerih payah mengobati kami yang makin nelangsa.
Bapak pasti sudah berupaya pinjam meminjam harta untuk menciptakan bahagia bagi anak berwajah duka.

Semoga kami sabar, menunggu wujud nyata kerja seorang bapak.
Meski sabar kami mengembangkempis seperti napas senin kamis.
Semoga kami sabar meski bayi-bayi belum tahu sabar itu apa?

Sabar itu indah kan pak?

-Aldiles Delta Asmara-

Sebab peduli tak perlu menunggu merasai


Perlukah iri?

Kisah mengajar 20102015

"Apa yang paling membuat kalian bersyukur selama hidup di dunia?" Tanya saya pada 3 siswi di kelas itu.

Ada salah satu siswi jawab "ketika semua permintaan saya dikabulkan sama umi".

2 siswi lainnya menatap dan komentar iri "iiihhh enak banget jadi kamu, mamaku gak gitu".

Iri pasti hadir ya, apalagi diusia yang ukuran kebahagiaan adalah banyaknya harta. Pasti bahagia memiliki orang tua yang Allah mudahkan untuk mengabulkan semua permintaan anak. Atas iri yang dirasakan teman-temannya, kenapa dia tidak bangga?

"Apa hal yang paling menyenangkan bagi hidup kalian?" Tanya saya lagi.

Dan lagi-lagi ketika giliran siswi itu yang menjawab, jawabannya membuat saya dan teman-temannya kaget.
"Saat ummi ga marah-marah dan ga membandingkan saya dengan orang lain, tapi itu jarang". Jawabnya sambil menunduk menahan tangis.

Hmmm sampai di sini, saya menarik nafas yang berat. Sederhana, sederhana saja keinginan rata-rata setiap anak. Ketika orang tua tidak membandingkan. Itu saja.

Dan kalimat pembuka tersebut membuatnya meluapkan segala sampah emosinya, tentang sikap orang tuanya selama ini. Ada kemarahan yang luar biasa. Ada kekecewaan yang luar biasa, hingga mengalahkan cerita kebaikan sebelumnya. Andai kau bisa merabanya duhai ummi.

Sebab perbandingan yang sedikit saja akan menciptakan luka, apalagi jika ditambah dengan bentakan dan marahan.

Hingga di akhir pertemuan saya akhiri dengan satu pertanyaan "gimana teman-teman? Masih mau iri dengan takdir orang lain?".

"Enggak kak". Kompak menjawab, dengan mata yang memerah.

Semoga mata yang memerah malam ini menjadi bukti kesabaran menghadapi orang tua ya sayang.

Peluk siswi-siswiku, semoga tetap berperilaku baik pada ayah ibu, meski sulit, meski sakitnya menembus kulit.

-Aldiles Delta Asmara-

Mendidik itu mencintai

Harmonisasi Pasutri..

Bismillahirrohmanirrohim..

Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 17102015

Islamic Parenting
Oleh: ust Bendri Jaisyurrahman

Prinsip-prinsip pengasuhan yang ada di Al-Qur'an

-Masih dalam pembahasan harmonisasi pasutri-

Dalam pengasuhan terdapat relasi keluarga yang ditulis dalam Al-qur'an, yaitu;
1. Dari orang tua ke anak =  al-qur'an menyebutnya Qoulan Sadida

2. Antar suami istri = al-qur'an menyebutnya qoulan ma'rufa. Perbaiki hubungan suami istri, sebab jika tidak diperbaiki artinya merencanakan 80% kerusakan pada anak.

3. Dari anak ke orang tua = al-qur'an menyebutnya qoulan kariima.
Berbuat baik kepada orang tua semestinya bukan karena balas jasa atas kebaikan dan pengorbanan yang dilakukan orang tua. Sebab berbuat baik adalah perintah Tuhan ( Al-Isro: 23) meskipun orang tua tidak berperilaku baik kepada anak. Hal ini dibutuhkan penguatan aqidah agar anak berperilaku baik pada orang tua karena perintah Tuhan.

Menciptakan harmonisasi pasutri dengan memahami masing-masing peran antar suami istri. Al-qur'an membagi peran tersebut menjadi 4, yaitu;
1. Annisa: 34 "kaum lelaki itu pemimpin untuk kaum wanita..."
Suami sebagai pemimpin (qowwam), sedangkan istri sebagai yang dipimpin.
Suami akan hilang jiwa qowwam ketika suami sering berkeluh kesah. Sebab fungsi qowwam berarti menegakkan, meneguhkan keluh kesah istri. Pintu perselingkuhan terjadi karena diawali oleh suami yang menghilangkan fungsi qowwam sebagai penegak keluh kesah istri. Suami tidak mau mendengar bahkan menuduh istri selalu mengeluh. Padahal ketika istri berkeluh kesah kepada suami, sesungguhnya adalah penghargaan bagi suami karena artinya istri masih mempercayai suami. Terimalah keluh kesah istri sebagai bentuk keqowwaman suami.

Dampak dari keberhasilan keqowwaman suami yaitu ketika suami berhasil 'membintangkan' istri. Setiap suami harus memiliki target untuk perbaikan istri. Seperti Rosulullah yang sukses keqowwamannya ketika potensi para istri muncul. Sebab ciri pernikahan barokah jika berhasil mengembangkan potensi antar suami dan istri.

2. Suami sebagai petani yang bertugas menjaga dan melindungi istri sebagai ladang yang dimiliki.
(Al-Baqarah):223 - Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

Dari ayat ini ada beberapa makna bagi suami,

a. Fungsi penjagaan: ladang tak akan baik jika tak pernah dijaga oleh petani. Maka tugas suami adalah menjaga jiwa dan raga istrinya. Memperhatikan kebutuhan-kebutuhan istri, dan penjagaan lainnya.

b. Intensitas pertemuan: hasil ladang baik jika sering ditengok oleh petani.

c. Sabar memetik panen: panen raya suami adalah ketika muncul cint yang tulus dari istri. Ketika awal menikah tidak boleh memaksakan istri harus mencintai 100%, suami yang sukses memanenlah yang berhasil membuat cinta istri semakin lama semakin besar dengan komunikasi yang baik antar pasutri. Kegagalan panen suami adalah ketika cinta tak bertambah seiring bertambahnya usia pernikahan. Bagaimana agar cinta semakin lama semakin besar? Sabda sang nabi bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk, yang jika dikasari akan patah, namun jika diabaikan akan bengkok, maka agar wanita tetap sesuai fitrahnya dan tumbuh cinta yang besar, suami harus sering membelai istri agar ia tetap menjadi jiwa yang lembut penuh cinta.

Mari membuat keluarga semakin harmonis dengan menjalankan seutuhnya peran suami dalam makna sebagai petani.

3. Suami dan istri setara, sama-sama berperan sebagai pakaian
Albaqoroh: 187
"... mereka adalah  pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka..."
Suami istri adalah pakaian, yang memiliki makna;

a. Melindungi: Suami harus melindungi istri meski dalam kondisi berselisih.
Suami harus memastikan bahwa istri aman di rumah, terhindar dari kelaparan, terlindungi dari bahaya, meski dalam keadaan semarah apapun suami kepada istri. Jika suatu hari berselisih, maka yang sebaiknya keluar rumah untuk menenangkan diri adalah suami bukan istri, suami harus memastikan istri tetap dalam rumah, biar suami yang keluar rumah untuk sementara. Inilah hakikat pakaian bagi suami. Tetap melindungi bagaimanapun keadaan hati.

b. Menutup aurat: Baik suami ataupun istri tidak boleh saling menceritakan keburukan pasangan dengan orang lain kecuali untuk menyelesaikan masalah, inipun harus dengan orang yang tepat, bukan pada sembarang orang. Baik keburukan kecil maupun keburukan besar. Suami istri haruslah saling menutupi.

c. Meningkatkan citra diri: Dalam berpakaian, yang memakai pakaian mestilah memiliki keinginan agar ketika berpakaian citra dirinya terjaga atau bahkan terangkat. Begitupun makna pakaian bagi suami istri. Tanda pernikahan gagal adalah ketika di antara keduanya malu untuk menunjukkan pasangan masing-masing, malu untuk diajak berkumpul, malu untuk diajak ke manapun. Jadilah kebanggaan suami, dan jadilah kebanggaan istri, dengan kesholehan yang dimiliki.

d. Disesuaikan waktu dan tempat: ketika berpakaian haruslah disesuaikan menurut tempatnya. Begitupun dalam berperan menjadi suami istri. Sesuaikan peran sesuai keadaan, apakah sebagai peran teman diskusi, sebagai kekasih, sebagai konselor atau peran lainnya. Suami tidak mesti selalu berperan jadi atasan, agar istri nyaman berada di dekat suami.

4. At-Taubah: 71
"... sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain..."

Saling tolong menolonglah dalam menjalankan peran sebagai suami istri, tanpa perlu memilah ini tugas siapa, itu tugas siapa. Harmonisasikan semuanya dan saling mengerti dan tolong menolong agar semua permasalahan yang dialami menjadi ringan.

Itulah empat peran suami istri yang dibahas dalam Al-qur'an. Buatlah peran tersebut menjadi suatu relasi yang harmonis antar pasutri, agar anakpun bahagia memiliki ayah ibunya, dan terselamatkan dari kerusakan yang disebabkan oleh rusaknya hubungan antara ayah dan ibu.

Robbi, bimbinglah kami menjalankan peran ini.

(Masih) Bersambung di pertemuan berikutnya.

Notulis: Aldiles Delta Asmara

Islamic Parenting

Bismillahirrohmanirrohim...

Resume pertemuan SAHAJA, 11 Oktober 2015

Islamic Parenting
Oleh: ust Bendri Jaisyurrahman

Bagaimana prinsip-prinsip pengasuhan yang ada di Al-qur'an?

('Āli `Imrān):33 - Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).

1. Harmonisasi pasutri
Belajar dari keluarga Ibrahim dan Imron bahwa harmonisasi muncul dari pasangan(istri) yang luar biasa. Sebab pasangan yang baik menentukan kualitas pengasuhan. Seperti Hajar, istri Ibrahim, yang tak pernah berkeluh kesah, tak curhat sembarangan berkaitan ujian yang dilewatinya karena ditinggal suami di padang gersang bersama bayinya.
"Kalau begitu, Dia tidak akan menyia-nyiakan kami."

Hingga Ibrahim pun pergi mengembara dengan tenang karena keteguhan dan keyakinan yang diucapkan oleh Hajar.
('Ibrāhīm):37 - Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Segala kerusakan-kerusakan pada anak yang terjadi saat ini bermula dari kerusakan persepsi antar orang tua. Ayah mengeluhkan sikap ibu kepada anak, ibu mengeluhkan sikap ayah kepada anak. Terbentuklah kecewa kepada orang tua yang dirasakan oleh anak. Atau bahkan anak sengaja menciptakan keributan karena ketidakkompakan orang tuanya dalam mendidik anak, jika tidak bisa mendapat sesuatu dari ayah, maka memintalah kepada ibu, dan sebaliknya. Hindarilah menceritakan keburukan pasangan, apalagi menceritakannya pada anak. Meski niat awal menceritakan hanya sekadar pelampiasan, nyatanya pelampiasan tersebut bukan hanya merusak nama baik pasangan di depan anak tetapi juga merusak anak itu sendiri sebab kekecewaan pada orang tuanya. Rumus ini juga berlaku bagi pasangan yang sudah berpisah, harap menahan diri dari menceritakan keburukan (mantan) pasangan agar anak tak rusak karenanya.

Selain itu, dalam menjalankan hubungan pasutri, haruslah dengan ma'ruf, seperti yang tertulis dalam Q.S Annisa: 19 menjelaskan tentang
"....Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) dengan baik..."
Terdapat kata al-ma'ruf yang dalam bahasa arab merupakan turunan dari kata 'urf yang berarti adat atau kebiasaan. Ma'ruf untuk pasutri menandakan relasi hubungan juga terikat dengan 'urf (adat) setempat selama tak bertentangan dengan syariat sebagaimana kaidah fiqhiyyah yang mngatakan
"Kebiasaan atau adat dapat menjadi hukum" atau
 “Yang berlaku berdasarkan ‘urf, (seperti) berlaku berdasarkan dalil syara.”

Contoh: panggilan ummi&abi dalam konteks bahasa arab bisa menjadi haram karena kebiasaan dan adat di sana karena panggilan abi&umi hanya untuk orang tua sedangkan jika ditujukan ke pasangan sudah terhitung sebagai zihar. Tapi di negara kita panggilan abi&ummi itu tidak bisa dihukumi zihar karena konteksnya penduduk Indonesia memahami panggilan tersebut sebagai panggilan dalam rangka pembahasaan panggilan anak kepada orang tuanya.

Maka berperilakulah yang ma'ruf kepada istrimu agar anak dapat meneladani kebaikan ayah kepada ibunya. Dan cara terbaik membina anak adalah dengan saling memuji pasangan ketika pasangan kita sedang tidak berada di dekat anak. Dengan begitu akan tercipta rasa bangga dan hormat dari anak kepada orang tuanya. Itulah sebabnya tanggung jawab pengasuhan yang pertama kali dilakukan untuk anak dari masing-masing orang tua adalah dengan memilih pasangan yang baik. Ayah/ibu yang hebat bermula dari suami/istri yang hebat.

Mari memperbaiki diri untuk menjadi ayah/ibu yang hebat.

(Bersambung dipertemuan berikutnya)

Notulis: Aldiles Delta asmara

Haru

Haru..

Judulnya begitu saja ya, ini murni keharuan saya atas catatan hati para ibu yang tercurah hari ini pada obrolan personal dengan saya. Seorang ibu yang memilih menggenggam erat anak-anak mereka demi terjaganya jiwa dan raga dari bahaya moral yang saat ini sudah begitu menakutkan. Seorang istri yang juga sudah menjadi ibu, yang memilih mendukung apapun peran suaminya, apapun, tanpa ada dikte, sebaliknya memberi dukungan dan saran. Lihat saja.

Ibu 1: keinginanku untuk kerja di luar meninggalkan anak-anak dan menitipkannya sama orang, sudah aku hapus. Walaupun nanti aku kerja saat mereka mandiri (jadi gak perlu dititip), tetap aja mereka butuh pengawasan. Lupakanlah gelar dan ijazahku.

Haru pas dibagian "lupakanlah gelar dan ijazahku". Semoga Allah berkahi pilihanmu dan menjaga dengan sebaik-baik penjagaan.

Ibu 2: aku ikut suami untuk pindah rumah. Aku ga boleh ngatur-ngatur untuk masalah tempat tinggal. Berikan kebebasan pada suami untuk menentukan. Istri tinggal memberi saran dan  mengikuti.

Haru pas dibagian "berikan kebebasan pada suami". Semoga surga Allah 'dekat' dengan rumah yang dipilihkan suamimu.

Ah ya, saya yakin semua ibu dan istri pasti berusaha untuk menjadi hebat, apapun  peran yang diambil dan dipilih. Meski mereka sadar atau tidak bahwa mereka hebat, meski mereka peduli atau tidak bahwa mereka hebat. Surga tetap berada di bawah telapak kakinya. Semoga pilihan-pilihan yang para ibu ambil adalah cara agar surga benar-benar berkenan menetap pada kakimu. Ya ibu.

Mari Aldiles, belajarlah menjadi ibu hebat, yang dirindukan...

-Aldiles Delta Asmara atas secuil kisah yang telah didapat dari Aldila dan Elvriani-

Sebab kecewa

Tak bisakah kebaikan-kebaikanmu yang terdahulu menghapus kemarahan dan kebencian ini?
Duhai jiwa, yang tidak mensyukurinya :(
Jangan bertanya membenci siapa, sebab aku pun tak ingin.
Yang menyelamatkan dari terperosoknya jurang kelam
Yang memberi cahaya dari ingarnya malam pekat
Yang menarik, yang menggenggam, yang merangkul dengan kasih yang meski sedikit menagih.
Sebab besarnya kecewamu tetap selalu tak bisa mengalahkan kebaikan masa lalu.
Sebab kecewamu, ah bahkan aku ragu layakkah ini kau kecewakan?
Sebab kecewamu? Aku atau kamu?
Sebab kecewa? Iya kecewa.
Yang menutupi segala kebaikan, cinta, hormat, dan segala-segala-segala.
Maka jangan berharap lebih pada tutur kata yang manis, pada tarik garis wajah ceria penuh pesona, pada riuh rendahnya cerita akrab dalam cengkerama.
Ada rasa yang dalam sekejap menghilangkan perlakuan manis itu, meski aku tak ingin.

Robbi, Berdosakah jika kecewa?

-Aldiles Delta Asmara, sebab menulis tak melulu membongkar rasa :)

Islamic Parenting

Bismillahirrahmanirrohim..

Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 04 Oktober 2015

Islamic Parenting

Oleh: ustadz Bendri Jaisyurrahman


Ada keistimewaan dalam mengasuh anak jika pengasuhan sesuai dengan  Islam yaitu memiliki role model masing-masing, dalam mengasuh anak laki-laki ataupun perempuan. Harus ada beda dalam mengasuh laki-laki dan perempuan, jika model pengasuhannya disamakan bersiaplah menunggu dua kemungkinan; salah satu rusak, atau keduanya rusak. Maka Islam menghadirkan model pengasuhan yang tepat untuk anak laki-laki melalui hasil didikan Ibrahim dan hasil didikan keluarga Imron untuk anak perempuan.
Target mendidik anak haruslah tinggi, sebagaimana Ibrahim mendidik Ismail dan Ishak untuk menjadi nabi, sedangkan keluarga Imron terhadap Maryam yang menjadi role model wanita suci.
('Āli `Imrān):42 - Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).

Maka tugas orang tua adalah:
1. Mendidik anak lelaki menjadi nabi, yang dalam konteks saat ini berarti ulama (ahli ilmu). "Ulama adalah pewaris nabi". HR Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam shahihnya.

Mendidik anak laki-laki haruslah menjadi ahli ilmu yang ahli dalam bidangnya, bukan menuntut anak untuk ahli di semua bidang. Kesalahan pengasuhan saat ini terjadi salah satu sebabnya karena memaksa anak untuk belajar semua bidang tapi tidak fokus untuk menjadikan mereka ahli di salah satu bidang.

Menilik cara Rosulullah mendidik sahabat untuk menjadi ahli dalam bidangnya masing-masing
1. Khalid bin walid yang dididik untuk menjadi ahli dalam strategi perang
2. Abdullah bin Mas'ud yang dididik untuk menjadi ahli al-qur'an
3. Umar bin Khatab yang dididik u tuk ahli dalam urusan ketatanegaraan.

Maka mendidik anak lelaki zaman sekarang haruslah mencetak mereka menjadi seorang ahli yang memiliki jiwa iqomatuddin(menegakkan agama) (Q.S As- Syuro: 13) agar mereka menjadi ahli yang berpihak kepada agama Allah. Sebab menjadi ahli tanpa memiliki jiwa tersebut adalah suatu kesia-siaan. Jadi nabi di zaman ini identik dengan dua hal:  ahli ilmu dan mempunyai semangat menegakkan agama.

Kemudian didiklah anak laki-laki menjadi pemimpin, sebab fitrah mereka Allah ciptakan adalah sebagai Al-Qowam (Q.S Annisa: 34).
Maka didiklah anak lelaki kita dengan patut dan sesuai fitrah penciptaanya.

2. Mendidik anak wanita agar menjadi wanita suci yang akan menjadi pencetak nabi.
a. Menjadi wanita suci yang bukan hanya sekadar perawan. Sebab kini banyak wanita yang masih perawan tapi sudah tidak suci. Maka mendidik anak wanita haruslah mengingatkan mereka untuk betapa pentingnya menjaga kesucian mereka, berawal dari memperkenalkan mereka dengan rasa malu. Saat mereka sudah berusia 7 tahun atau beberapa ulama menyebutkan ketika anak sudah bisa membedakan kanan dan kiri maka seorang ayah tidak lagi memandikan anak perempuannya. Katakan pada anak kita "ayah malu melihat auratmu" sebagai teladan bagi mereka untuk malu melihat aurat orang lain dan malu memperlihatkan aurat pada orang lain.

Role model pengasuhan wanita untuk menjaga kesuciannya terdapat dalam diri Maryam.
Maryam:20 - Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"

Tidak pernah seorangpun yang menyentuh Maryam. Semoga kelak anak wanita kita menjaga kesuciannya sebagaimana Maryam menjaganya.

Terkait kesucian,  bukan hanya berkaitan menjaga kesucian tubuh tapi juga kesucian dalam menjaga kehormatan dirinya.
Bagai Khadijah yang memiliki keinginan menikah dengan Rosulullah, ia sampaikan kepada orang yang berhak agar menyampaikan kepada Rosulullah bukan dengan mengutarakan langsung kepada Rosulullah sebagai bagian dari adab dan sekaligus melindungi kehormatannya. Sedangkan kini betapa banyak wanita yang urusan hatinya tumpah ruah menjadi milik bersama.

b. Mendidik anak wanita untuk memiliki misi yang utama, yaitu mendukung dan mencetak 'nabi', mencetak seorang ahli. Bangun kecintaan anak terhadap profesi mulia menjadi seorang ibu, menjadi penyokong utama dakwah yang mendukung ayah, suami, dan anak. Jika kini belum Allah takdirkan memiliki suami dan anak, maka misi mulia yang semestinya ditanamkan kepada anak wanita adalah menjadi guru, yang akan mencetak anak lelaki yang menjadi muridnya. Sebagaimana Asiyah yang mendidik Musa dan sebagaimana Aisyah setelah Rosulullah wafat.

Maka didiklah anak wanita agar menjadi wanita-wanita mulia yang menjaga kesucian diri selayaknya Maryam, menjaga kesucian hati dan kehormatan bagai Khadijah, dan menjadi pendukung dakwah bagi ayah, suami, dan anak atau bahkan anak lelaki orang lain seperti Asiyah dan Aisyah, serta menjadilah seperti wanita mulia lainnya.

Sebab anak lelaki dan perempuan itu beda. Semoga tak salah langkah.

(Bersambung di pertemuan selanjutnya, insyaa Allah)

Notulis: Aldiles Delta Asmara


Pemilik Hujan, Penggenggam Matahari

Hai kak, ini cuaca sudah terik, mohon teduhi dengan syukur yang membuatmu menarik.

Syukur yang menyirami gersangnya bumi bagian hati, ah tidak, kita bukan sedang bicara hati, ini tentang cuaca bumi.
Hujan tak turun lagi, entah memang ia sedang menanti waktu yang tepat atau ia kini tengah trauma akibat maki saat hadirnya rutin merapat.

Mengaku saja, kau pernah mengeluhkan hadirnya bukan?

Kini ia bersembunyi, hingga Allah meridhoi ia kembali diiringi sudut gelisah dari tiap desah akan kerinduan yang telah tumpah ruah.
Maka, syukuri terikmu. Agar menjelma menjadi setitik bahkan bertitik-titik deras titah Tuhannya untuk turun menyirami kegelisahan akan kabut tak bersahabat serta mengurangi kesedihan pada jiwa yang tak terengkuh peduli para pembesar negeri.

Tidak wahai jiwa, jangan selipkan kegaduhan prasangka pada doa kita. Totalitaskan harapan dengan penuh pada Allah. Pemilik hujan, Penggenggam matahari.

Ya Allah, mohon turunkan hujan yang bermanfaat bagi kami..

-Penduduk bumi yang kemarau, Aldiles Delta asmara-

Islamic Parenting

Bismillahirrahmanirrohim..

Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 27 September 2015

Islamic parenting
Oleh: ust Bendri Jaisyurrahman

('Āli `Imrān):33 - Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).

Mengapa pada nabi Adam dan nabi Nuh tidak diawali oleh kata 'keluarga' seperti nabi Ibrahim dan Imron? sebab untuk menjadi keluarga terbaik harus memiliki 3 syarat:
1. Pasangan yang baik. Itulah mengapa diperintahkan mencari pasangan yang baik, sebab memilih pasangan adalah tanggung jawab pengasuhan yang pertama.
2. Anak yang baik
3. Cucu yang baik

Namun Allah tetap menjadikan nabi Adam dan nabi Nuh sebagai pilihan melebihi segala umat karena beberapa sebab.

A. Nabi Adam
Mengapa Allah memilih Adam
1. Diciptakan langsung oleh Allah
2. Diajarkan langsung oleh Allah
3. Malaikat diperintahkan untuk sujud sebagai tanda penghormatan kepada nabi Adam
4. Adam cepat mengevaluasi diri ketika terjadi kesalahan terhadap keluarganya.
(Al-'A`rāf):23 - Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

Kisah ini memberikan hikmah kepada kita sebagai orang tua, murobbi, pendidik bahwa ketika ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anak dan atau siswa kita, hal pertama yang mesti dilakukan adalah mengevaluasi diri, menginsyafi dosa-dosa yang dilakukan, dan kemudian memohon ampun pada Allah sebagaimana nabi Adam memohon ampun atas kesalahannya. Hingga Allah tetap memuliakan nabi Adam dari makhluk lainnya sebab taubatnya.

Bercermin dari penciptaan Hawa. Ketika nabi Adam terbangun dan didapati Hawa di sisi, adam bertanya pada Hawa.
"Untuk apa kamu diciptakan?"
"Untuk menciptakan ketentraman(sakinah) bagimu".

Hal ini menandakan bahwa fitrah diciptakan seorang wanita adalah untuk memberikan ketentraman bagi keluarganya, sedangkan fitrah diciptakannya Adam (laki-laki) adalah sebagai khalifah. Maka 'merumahkan' anak laki-laki adalah kedzoliman pertama yang dilakukan orang tua, sebab fitrah laki-laki adalah berkelana. Sedangkan fitrah seorang wanita adalah di rumah, untuk memberikan ketentraman bagi suami dan anak. Kerusakan rumah tangga bermula dari pola keluarga yang salah. Saat suami menjalankan tugasnya sebagai khalifah(bekerja), kemudian pulang untuk mendapati ketentraman dari istri, tetapi istri belum pulang, yang didapati malah ART, saat istri pulang kerja namun sudah tak mampu memberikan ketentraman disebabkan lelah bekerja. Jika memang istri terpaksa harus bekerja pula, maka pastikan bahwa istri sudah harus di rumah ketika suami pulang menjalankan tugasnya, agar ketentraman didapatkan bagi keluarga.

Poin-poin tersebut yang menjadikan nabi Adam menjadi pelopor keluarga surga.

B. Nabi Nuh
Mengapa Allah memilih nabi Nuh
1. Rosul pertama, mengajak ummat  kembali kepada tauhid atas penyimpangaan yang mereka lakukan (Nuh: 23).
2. Meski Nuh tidak dikaruniai istri dan anak yang baik, namun Allah tetap memilih Nuh sebab kegigihannya mengajak kaum(termasuk anak dan istri) kepada kebaikan.

Tercatat hingga 950 tahun usia dakwah nabi Nuh. Memberikan hikmah agar menjadi orang tua yang gigih dalam mensholehkan anaknya. Untuk hidayah, adalah hak Allah sebab Allah adalah pemilik otoritas hidayah. Maka jangan putus asa jika diantara kita memiliki anak yang terkesan belum sholeh, tetaplah gigih mengajaknya kepada kebaikan-kebaikan sebagaiman yang dilakukan nabi Nuh terhadap ummat dan juga istri serta anak-anaknya. Sebab ciri Islamic parenting adalah melihat proses, bukan hasil. Dan Allah melihat proses kita dalam mendidik anak, bukan hasil.

C. Keluarga Ibrahim dan
D. Keluarga Imron

Terdapat beberapa perbedaan antara keluarga Ibrahim dengan keluarga Imron, meski begitu, Allah mencatat dua keluarga tersebut menjadi keliarga terbaik diantara ummatnya. Perbedaan-perbedaanny adalah;
1. Ibrahim keluarga nabi, Imron bukan keluarga nabi

2. Ibrahim melakukan poligami, Imron monogami.
Hal ini menandakan bahwa mulianya keluarga bukan dinilai dari status pernikahan suami, monogami atau poligami, kedua-duanya bisa menjadi yang terbaik jika dilandasi dengan iman dan meneladani bagaimana Ibrahim atau Imron serta para nabi lainnya dalam berkeluarga.

3. Pola pengasuhan yang dilakukan Ibrahim adalah full parent, Ibrahim dan istrinya sama-sama terlibat dalam pengasuhan. Sedangkan Imron, hanya istri yang terlibat pengasuhan sebab Imron sudah meninggal.

4. Ibrahim beserta keluarganya sering berpindah-pindah tempat, sedangkan Imron hanya di satu tempat.

5. Ibrahim memiliki banyak anak, sedangkan Imron hanya memiliki satu anak.

6. Ibrahim dianugerahi anak laki-laki, sedangkan Imron dianugerahi anak perempuan.

Hal ini menandakan bahwa tiap anak bisa menjadi jalan surga bagi kedua orang tua, baik laki-laki ataupun perempuan. Asalkan pengasuhan sesuai dengan apa yang Allah perintahkan.

Bagaimana mendidik anak agar patuh pada orang tua dan mendengarkan pesan orang tua sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi kepada anaknya?
1. Sholat malam
2. Membaca Alqur'an

Baca dan renungi surat Al-Muzammil. Sebelum menyampaikan perkataan-perkataan yang berat, orang tua, murobbi atau pendidik wajib mengisi ruhiyah dengan sholat malam dan membaca alqur'an. Dua hal inilah yang menjadikan perkataan-perkataan kita memiliki isi dan mampu mempengaruhi orang yang mendengar sebagaimana Rosulullah dengan kaumnya.

Mari mensholehkan diri untuk menjadi orang tua yang diamanahkan mensholehkan anak.

(Bersambung dipertemuan berikutnya, insyaa Allah)

Notulis:
-Aldiles Delta Asmara-

Butuh Rindu

Jika tiap kata memiliki definisi, maka aku tak mampu mendefinisikannya. Deret kata menjelma dalam rupa misterius bagi diri yang memaknainya.
Ia semakna rindu namun terlihat butuh. Rindu? Atau butuh? Dua kata yang bahkan memiliki definisi berbeda, namun terjalin dalam masa yang sama.
Membisiki penuh rayu, berucap sedikit bisu, mengeja rentetan huruf menjadi kata baku.
A.K.U.R.I.N.D.U

X: Hah? DUSTA!!!
Bukan rindu namanya jika memaksa hadirnya.
Y: Hei kau siapa? Apakah rindu berubah makna teriring permintaan hadirnya? Mana definisi yang kau buat? Bukankah menurutmu rindu adalah keinginan yang teramat kuat tentang sesuatu? Maka, adakah salah jika tampak memaksa?

Bukankah sebab butuh maka rindu bergelayut?

Hmmm, omong-omong tentang rindu dan butuh, sudahkah kau guyuri saja dalam kiblat dan ratap penghambaanmu? Sebab Ia, tak pernah menolak definisi yang kau buat sendiri dalam pemaknaannya. Adalah  rindu? Atau butuh?
Ia Maha Tahu, pun tentang siapa dan atau apa rindu dan butuh itu. Tanpa mendesakmu.

-Aldiles Delta Asmara-

JELAS tanpa SAMAR

Begini..
Aku hanya ingin hidup pada kejelasan-kejelasan.
Sebab bagiku, takdirNya teramat jelas.
Maka, pada siapapun yang membuatnya menjadi samar, bolehlah agar ku pinggirkan dan ku abaikan.
Meski terkadang berpikir sejenak, bahwa ketidakjelasan adalah bentuk kejelasan dari takdirNya agar kita memilih dan bersikap dengan sangat jelas. Ah rumit.
Tidak, bagiku ini mudah.
Semudah mengingat dan melupakan (dengan izinNya)

Dedek SMA

Kisah mengajar petang tadi.

Agak kasihan dan ngenes-ngenes gimana gitu liat dedek-dedek SMA lemes banget karena kecapean sekolah. Pas tadi ngajar dia, ya ampun, guru mana yang tega liat tampilan dia? Mata panda dengan bola mata memerah seperti disisa-sisa tenaga buat dia. Alasannya? Capek, bangun sebelum subuh, belajar, berangkat bakda subuh, pulang sekolah langsung bimbel. Sekarang banyak ya siswa yang bagai mengeluarkan segala daya untuk sekolah, sekolah, dan sekolah. Pernah ngadepin konseling siswa 12 SMA yang cerita sambil nangis gemeteran karena udah eneg banget sama beban-beban belajar sekolah. Segitu beratnya kah dek?

Ah dek, kakak cuma mau bilang, semoga kelelahan kamu, rasa eneg kamu, mata sendu kamu, kelak menjadi saksi bahwa kamu benar-benar berjuang demi menjalani perintah Allah untuk menuntut ilmu. Semoga kelak menjadi penunjuk jalan akan surga yang tiada mencipta lelah, tiada kejenuhan, dan tiada kesedihan. Jika niat lelahmu karena Allah. Semoga menjadi cahaya bagi iman yang meletup kuat bahwa Allah tak kan menguji di luar kapasitas otakmu, hingga kemudian berkah ilmu kau rasakan di setiap sendi hidup bahkan matimu.

Semoga ya, sekali lagi jika kamu ikhlas :)

-Aldiles Delta Asmara-
Sebab mendidik itu mengamati, mencintai, kemudian mendoakan. 220915

Surga beberapa senti

Pernah ada suatu waktu saat duduk bersisian adalah bukan mimpi
Berbincang hangat dalam letupan saling memahami
Bersandar pada sandaran kursi menghirup nikmatnya pagi.

Kita pernah berjumpa, dalam skenario yang Maha Sempurna untuk kita miliki
Meski tiada pernah saling mengenali
Tiada pernah saling peduli
Namun takdirNya membuat kita saling memahami
Bahwa bersamamu, surga seakan tinggal beberapa senti

Masa Lalu untuk Masa Depan

"Siapa bilang nikah itu enak?" Nasehat mama siang tadi saat sebelum saya berangkat kerja.

Hei kamu jangan mengira bahwa kalimat berikutnya yang keluar dari mama adalah "nikah itu bukan enak, tapi enak banget" macam pengantin baru yang memamerkan kebahagiaan di sosial media. Bukan itu. Dan juga kamu jangan mengira bahwa pernikahan mama dengan almarhum ayah adalah tidak bahagia hingga terlontar kata tersebut. Sangat teramat bahagia, saya saksinya.

"Dalam menikah, yang ada bukan hanya enaknya, mengurus anak, anak nangis, bikinin makanan, beresin rumah, saat anak semakin gede, belajar jalan, kejar-kejar dia saat udah bisa jalan, apalagi kalau anak lebih dari satu, kebayang kan repotnya?"

"Susah, kalau ga ada kerja sama sama suami, susah kalo gak disabarin, susah kalo gak punya ilmunya."

Garis bawahi, nyalakan capslock; ILMU.

Iya ilmu, menjalankan pernikahan itu bagai berjalan menuju surga jika benar arahnya, dan menuju neraka jika keliru dan seenaknya saja.

"Harus sering tanya, sering cerita, tentang masa kecil kita sama suami, masa kecil suami juga kita harus tau. Mama meskipun kenal ayah cuma setelah nikah, mama tau cerita masa kecil ayah, ayah tau cerita kerasnya hidup mama karena jadi perempuan satu-satunya di rumah sebelum adek perempuan mama lahir" Lanjut mama.

"Gimana kalau pas ditanya dia ga mau cerita? Diam aja". Tanya ku padanya.

"Gak apa, dari situ mestinya Diles sudah mulai belajar memahami, mungkin dulu dia diasuh dengan diam, ga banyak cerita dan bicara. Dan kita sebagai istrinya harus tetap menyertai apapun keadaan suami" Jawab mama lengkap.

*kuliah pernikahan yang tak pernah selesai dari mama*


Saat memutuskan menikah, kita bukan hanya berbicara tentang masa depan, tetapi juga masa lalu. Itu sedikit rangkuman dari sekian banyak ilmu mengenai pernikahan. Masa lalu tentang bagaimana pasangan kita dibesarkan. Bukankah karakternya kini dibentuk karena masa lalu? Sebab masa depan selalu indah dalam perencanaan. Sebab berapa banyak perempuan yang begitu terlena dengan masa depan yang rata-rata terlampau manis? Namun kecewa ketika mengetahui masa lalunya yang pahit.

Masa depan atau masa lalu? Dua-duanya.

Bertanyalah tentang masa lalu, agar suatu masa saat selisih mungkin terjadi ada sisa ruang pemakluman, ruang maaf, dan ruang kesempatan untuk bersama menuju masa depan. Memperbaiki yang telanjur rusak, merekatkan yang telanjur retak, menyimpul yang telah terurai kusut. Agar tak ada ucap "ini semua karena masa lalumu!". 

Maka perlu memiliki masa depan serta masa lalu dari dia yang akan menjadi pendampingmu. 'Berkenalanlah' pada masa lalu yang bukan hanya manis tapi juga pahit dari dirinya. Dan ceritakan pula padanya masa lalu yang telah kau lewati. Sebab, konon dalam pernikahan bukan hanya terdapat bulan madu, tetapi juga bulan racun. Semoga menerima masa lalu 'dia' adalah salah satu obat penghilang racun yaaa, agar madu selamanya, terurai mesra.

Mengiringi masa lalu untuk merancang masa depan. Menerima masa lalu untuk membahagiakan masa depan. Memaafkan masa lalu yang jika pahit untuk mengukir masa depan yang manis. Berdamai dengan masa lalu untuk mengatur kedamaian yang lebih lama pada masa depan.

***
"Jadi? Antara masa depan dengan masa lalu, mana yang lebih membuatmu penasaran ingin tahu?"

"Padamu, aku memilih yang kedua(dua)nya"

#Dialog imajiner ^^v

-Aldiles Delta Asmara, dari secuil ilmu yang didapat'

*tidak menerima pertanyaan "kapan prakteknya?"

Mengajar adalah Belajar

Kisah mengajar petang kemarin.

Slah satu siswi kelas 5 menjadi perhatian serius bagi saya, karena diusia yang sekitar 10 tahun, gayanya masih seperti anak-anak. Bukan hanya gaya, cara bicaranya pun seperti anak-anak. Balita maksud saya. Saat dia bicara, sangat saya tegaskan agar bisa bicara dengan jelas; "Maaf ya, kakak ga paham kalau bicara kamu seperti itu, kamu bisa bicara yang jelas kan?"

Berulang kali, dengan sedikit dzon mungkin anak ini dibiarkan bicara seperti balita di rumah. Kesoktahuan saya yang benar-benar berlebihan.

Petang kemarin, adalah kali ketiga saya mengajar di kelasnya. Kelas yang hanya berjumlah 3 anak. Seperti biasa, siswi yang saya maksud di atas tetap menjadi perhatian utama, niat saya betul-betul agar dia bisa bicara lebih baik. Pembahasan kemarin bertema 'Menjadi Anak yang Bersyukur' kemudian saya memberi contoh nikmat-nikmat yang Allah beri, semisal nikmat melihat, nikmat menghirup udara, nikmat mendengar, dan lain-lain. Memberi contoh juga dengan saudara-saudara yang Allah uji karena tidak mendapat nikmat tersebut dengan sempurna. Tiba-tiba siswi lainnya bilang "kaya dia kak, pakai alat bantu dengar."

Deg, jadi selama ini dia pakai alat bantu dengar, pantas setiap belajar dia selalu berdiri ingin dekat dengan saya, alasannya cuma satu dan baru dia bilang kemarin saat dia mengulangi untuk berdiri dekat saya. "Saya kurang dengar kak".

Saya mulai bertanya-tanya langsung pada siswi tersebut. Bahwa ternyata dia sudah mengenakannya sejak kelas 1 SD, dan sebelum itu dia sama sekali tidak mendengar. Yang saya tahu, kemampuan bicara erat kaitannya dengan pendengaran, mungkin dia baru lancar berbicara sekitar usia tersebut, antara sebelum atau sesudah mengenakan alat bantu. Wajar jika diusianya masih belum tertata rapi.

Sesal, kenapa saya baru tahu dan tak memahaminya dari awal. Meski bersyukur telah mengetahui keadaannya dipertemuan ketiga ini. Kini, saat dia mulai berbicara yang seperti biasa kurang dipahami, saya membenarkan dengan rasa yang berbeda. Dan pembelajaran pun berlanjut. Pertanyaan terakhir dari saya untuk semua anak sebagai kata penutup pembelajaran hari ini.

"Nikmat Allah yang mana yang paling kamu syukuri?"

Yang lain menjawab standar, sedang dia, siswi tersebut bilang "nikmat ketika saya masih mau bersyukur".

Serasa ditampar, serasa dinasehati oleh dia. Bukankah masih mau bersyukur adalah nikmat yang berlapis-lapis? Terima kasih sayang, dan maaf, selama ini telah berpandangan buruk terhadapmu. Terima kasih telah melipat-lipatkan kesyukuran terhadap kami. Semoga Allah mencintaimu dengan nikmat yang tumpang tindih.

-Aldiles Delta Asmara- Sebab mengajar adalah belajar

Hujan Malam Tadi

Hujan turun malam tadi.
Tapi itu hanya 'katanya', kata teman-temanku yang meluapkan bahagia karena kehadiranmu.
Pekan baru, Medan, Bekasi, bahkan Jakarta.
Katanya, hujan turun..
Meski sekejap, namun mengobati rindu akan harumnya tanah basah.

Lagi-lagi hanya katanya.
Sebab ia tak singgah di depan rumah.
Menyirami basahnya tanah.
Mengobati jiwa-jiwa yang resah.
Meredam jiwa yang telanjur marah.

Kamu kemana?
Mengapa tak mampir malam tadi di depan rumah.
Aku sudah menyebut-nyebut namamu saking rindunya.
Daun yang kering, tanah retak, keran yang tak kunjung mengeluarkan air, tumpukan-tumpukan baju kotor, rusaknya mesin air adalah bukti, bahwa aku teramat merindumu.

Aku semakin bersemangat meminta hadirmu pada Robb kita, dengan sedikit merajuk, memohon-mohon agar Ia izinkan kau bermain-main di depan rumahku.

Meski bukan malam tadi, semoga malam ini.

-Aldiles Delta Asmara-
Pojok Jakarta Timur dalam rindu yang membuncah pada hujan.

Definisi Bahagia

Ayolah..
Kamu jangan mendefinisikan bahagia sesukamu..
Dengan kriteriamu..
Dengan ukuran hidupmu..

Kamu pikir dia tidak punya definisi lain tentang bahagia?
Ada..
Meski berbeda dengan definisimu.

Hei kau, ingin membahagiakannya?

Ikuti definisi bahagia dari ia yang ingin kau bahagiakan, bukan memaksakan definisimu untuk diterima olehnya.

Ah kau, berjanji membahagiakannya tapi tak mengikuti definisinya.

Bagaimana sekarang? Gelisah lagi bukan?
Sudahlah, belajar, dan cobalah mengikuti alur definisinya.
Toh definisi bahagia dirinya tak bertentangan dengan segala syariatNya.

Maka, maukah kau membahagiakannya?
Agar hilang segala resah, agar menguap segala gelisah, dan sambutlah bahagia yang berkesesuaian antara dirimu dengan dirinya..

Wahai, diri...

-Aldiles Delta Asmara-

Nyamuk dan Hujan

Nyamuk..
Bisakah kau bertukar posisi pada hujan?
Yang sudah lebih dari satu bulan ini tak tampak

Maafkan
Karena aku lebih suka dikeroyok hujan dibanding dikeroyok olehmu, nyamuk.
Karena aku selalu merindukan hujan, tapi tak pernah merindukanmu, nyamuk.

Duh astaghfirullah, ampuni aku Robb
Maafkan aku muk, meminta sesuatu yang bukan bagian dari tugasmu.
Meminta sesuatu yang bahkan terbaca mengkufuri nikmatNya.
Meminta sesuatu yang aku yakin kamu tak sanggup menjalaninya.

Yaudah, doain aku aja supaya kuat ya muk, nyamuk.


-Aldiles Delta Asmara-
Yang lagi nabok2 dalam makna sesungguhnya -_-

Narasi pernikahan(perpisahan)

Bertuturlah cinta dalam keagungan janji-janji pertanggungjawaban yang sungguh berat. Berat yang tak hanya bagi penerus Adam, namun juga penerus Hawa. Ia berupa pengabdian dalam pagi, siang, petang, dan malam. Membisik kata-kata taat, bersembunyi dari godaan para penggoda, berlindung pada Ia, Sang Maha Cinta.

Duhai Saudari yang ku cintai karena Allah, diiringi doa syahdu dari jauh untuk keberkahan pernikahanmu, aku pun kembali mengingat kisah persaudaraan kita.

Memilikimu adalah cuaca,
Pada terik dalam semangat sorot mata kecil milikmu.
Pada mendung dalam rona murung wajah mungilmu.
Pada hujan yang melimpahruahkan nikmat dalam kebaikan-kebaikan akhlakmu.

Bersaudari adalah menguasai cuaca, membersamai asa, menyertai suka duka. Mengobati dengan cinta segala kecewa. Dan bayang-bayang kebersamaan kita kembali hadir dalam bentuk rupa kenangan. Mengiringinya dengan desah tasbih berwujud syukur atas bersaudarinya kita, aku dan kau, bersama.

Kita sudah saling menggenap sebelum hari ini kau menggenap bersamanya. Kita sudah saling menggenap, menyempurnakan deret puzzle atas tiap kisah hidup kita. Kita sudah saling menggenap.
Maka ketika menggenapmu kini bersamanya, tetaplah membawa kepingan puzzle persaudaraan kita agar persaudaraan kita tak kembali ganjil seperti ketika kita belum saling mengenal.

Tetaplah membawa kabar-kabar bahagia, tetaplah membawa eratnya persaudaraan kita, tetaplah membawa doa-doa kebersamaan kita yang telah telanjur mengangkasa.

Tetaplah membawanya, dengan tanpa meninggalkan kesedihan untuk kami di Jakarta. Tetaplah membawanya menuju miniatur surgamu di sana. Tetaplah membawanya, hingga dalam bahagiamu tetap ada kisah kebersamaan kita.

Dan, kabarkan segala bahagia bagi kami yang kini tak lagi mampu membersamai dalam jumpa canda tawa.

*ditulis dengan sedih-sedih bahagia karena kamu harus pergi bahkan sehari setelah menggenap, bahagia-bahagia sedih karena perjuanganmu menggenap akhirnya berakhir sudah.

Barokallahulaka wabaroka 'alaika wajama'a bainakumaa fii khoir untuk Afri Wulandari dan Suami.

-saudarimu terkasih Aldiles Delta Asmara-

6 September 2015

Remaja dan tanya

"Hah gara-gara nabi Adam nih kita jadi turun dari surga. Sebel sama nabi Adam, gara-gara dia, gara-gara kesalahan dia." Ucap seorang remaja dengan kemarahan yang entah karena apa.

"Sini yuk kita ngobrol bahas nabi Adam, biar ga kesel sama nabi Adam."

Terbentuklah lingkaran kecil saat di luar sana terdengar dangdutan. *misi penyelamatan remaja di tengah acara keluarga besar*

"Nabi Adam memang pernah melakukan suatu dosa, tapi kemudian dia taubat dengan sebenar-benarnya, dan dia amat menyesal, sampai kemudian Allah tetap memasukkan nabi Adam ke dalam surga."

"Yaaaa tapi kan kak... eh kak aku ngefans banget deh sama Ayu tingting, iihhh sebel banget kalo ngeliat dia dihina, masa ya kak dia dihina...."

"Iyaaa, kakak juga sebel kalo ada yang menghina nabi Adam lohhh".

"Aaaaaa kakak maaahhh, iya ya kaaaaakkk, huaaa aku berdosaaaa."

Ngobrol sama remaja selalu asik, remaja yang tidak pernah puas dengan hukum 'benar salah, dosa pahala' sampai akhirnya banyak pertanyaan. Semoga lingkungan sekitarnya bisa kasih penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan para remaja yang kadang selalu nyari pembenaran atas tiap kesalahan yang dilakukan. Semoga kita yang mengelilingi para remaja masih semangat menuntut ilmu agar bisa menjawab pertanyaan mereka. Karena semakin lama pertanyaan mereka makin susah ya Allah :(

Ya Allah mohon lindungi para remaja, pemuda-pemudi Muslim, agar selamat dan menyelamatkan.

Ya Allah gerakkan para remaja bertanya pada orang yang benar dalam jawab, bukan pada media apalagi artis yang ditirunya.

Ya Allah jadikan orang dewasa yang mereka jadikan sumber pertanyaan sabar dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

"Uuughhh aku masih banyak pertanyaaan, kenapa Islam terlalu rumiiitt. "

Mohon ya Allah..

-Aldiles Delta Asmara-

*catatan silaturrahim keluarga-


Siang menuju Gelap

Siang menuju gelap
Harap
Cemas
Berontak

Siang menuju gelap
Tenang
Senyum
Makin tenang

Siang menuju gelap
Bertanya-tanya
Hilang harapan
Pasrah

Siang menuju gelap
Menyalahkan
Berandai-andai
Habis tenaga

Siang menuju gelap
Doa
Doa
Menenangkan

Siang menuju gelap
Matahari
Bulan
Menuju gemintang

Siang menuju gelap

Tak lelahkah kau durhakai Robbmu???

-Aldiles Delta Asmara-

Akankah kau?

Akankah kau tunjukkan jalannya?
Pada mimpi dalam belai harap doa
Ataukah pada nyata dalam wujud pengabulannya.

Akankah kau tunjukkan jalannya?
Tentang imajinasi berbalut bisik malu
Tentang rasa yang berkecamuk ragu
Tentang bincang yang diawasi tunduk bisu

Akankah kau tunjukkan jalannya?
Dalam nasihat yang terlontar lewat kata
Menusuk kalbu tentang menggunungnya dosa
Beriak malu tentang maksiat penuh prahara

Malu!
Katamu tergambar jelas tanpa iringan penghalus kata

Pada maksiat!
Lanjutmu tepat menancap membolakbalik tamparan yang semoga penghapus dosa.

Akankah kau tunjukkan jalannya?
Pada surga yang katamu lebih jelas rupanya.
Pada hamba-hamba yang merekam jelas ayat-ayat Ilahi dalam ingatannya

Akankah kau tunjukkan jalannya?

Ataukah hanya sekadar kata?

-Aldiles Delta Asmara-

(Bukan) maha tahu

Tanyalah..
Kelak aku akan menjawab
Pada apapun yang aku tau maupun tidak
Dengan bahasa mudah, tanpa ruwetnya kata.

Tanyalah..
Dan kau dapati jawaban.
Penjelasan atas tanyamu, atau bahkan penjelasan atas tak tahunya aku atas tanyamu.
Jika aku tidak tahu, mudah bagiku untuk menjawab maaf atas ketidaktahuanku.

Mungkin kau kecewa jika yang kau dapati adalah maaf dariku.
Tak apa..

Hanya tak ingin, kau menganggap bahwa aku maha tahu.

-Aldiles Delta Asmara-

SURGA YANG DIRINDUKAN

Tugas kita hanya taat, meski karakter bawaan kita mungkin ingin menolak. Menolak taat dengan berburuk sangka, menolak taat dengan kedzholiman yang nyata, menolak taat dengan berbagai alasan yang disengaja.

Tugas kita hanya taat. Dalam lapang maupun berat. Karena taat tak pandang tempat. Tak pandang keadaan. Harus tetap taat pada tiap takdir yang ditetapkan.

Tugas kita hanya taat. Bagai nabi Sulaiman yang tetap taat meski balutan harta, tahta, dan rupa begitu memikat. Akan berat jika ia tak dibalut dalam taat. Dan Fir'aun adalah cerminan, tentang balutan harta, tahta, rupa namun menolak taat. Ditenggelamkan dalam lautan. Begitupun dengan Qarun sang hartawan yang juga menolak taat, ia kata "semua ini karena upayaku". Lupa bahwa ada Allah pemilik kehidupan, dan karakternya pun memilih memberontak. Hingga dibenamkan dalam tanah yang gelapnya tindih bertindih.

Tugas kita hanya taat. Bagai nabi Ayub yang tetap taat meski diuji teramat berat. Sakit, miskin, dan ditinggalkan terkasih. Ia tetap memilih taat, dalam puji maupun uji. Adakah ujian kita lebih berat darinya?
Akan berat jika ujian tak disertai dalam taat. Akan memaki tanpa membenahi, akan melaknat tanpa menginsyafi, akan mendurhakai tanpa memuhasabahi. Dan ketidaktaatan takkan mengubah takdir menjadi lebih baik. Maka taatlah, meski karakter kita betul-betul ingin menolak.

Dan jika suatu hari, jiwa-jiwa kita telanjur menolak taat, maka kembalilah dengan jalan taubat. Bagai nabi Musa, kembali pada Robbnya dengan penuh sesak di dada menyebut-nyebut segala khilaf, berdoa penuh khusyu lagi dengan sesal yang berjejalan.
(Al-Qaşaş):16 - Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku".

Maka kembalilah dengan jalan taubat. Bagai nabi Yunus yang "melarikan diri" dari amanah memperbaiki umat, marah disertai ancaman yang menyayat. Kemudian sesal hadir, dengan pengakuan zholimnya diri, bukan zholimnya umat.
 (Al-'Anbyā'):87 "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim".

Laaaaaa ilaaha illaaaaa anta subhaanaka inni kuntu minadzhoolimiiin.

Pintu taubat terketuk, diselamatkannya nabi Yunus dari uji yang berlapis-lapis. Serta setelahnya, kembali dalam umat yang juga dalam keadaan taubat, menuju taat.

Tugas kita hanya taat, meski ada bisik-bisik bahwa kita bukan malaikat yang selalu taat. Karena kita manusia lah maka ditugaskan untuk taat, bukan disifati taat seperti malaikat. Maka berupayalah dalam menjalankan tugas menjadi taat, karena kitapun bukan iblis yang menolak taat kan?

Tugas kita hanya taat, untuk SURGA YANG DIRINDUKAN.

(Al-Baqarah):25 - Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu"...


-Aldiles Delta Asmara-

-koma-

Datanglah pada malam tempat kau semayamkan harapan.
Mendengungkan bisik-bisik dalam kemarau panjang kerinduan tak berkesudahan.
Kerinduan yang hanya Ilah yang tau penawar peredamnya.

Allah Maha Tahu,
Katamu sejak dulu.
Allah Maha Penentu,
Kataku sejak pekat menenggelamkan siang.

Bukan tentang pagi yang datang perlahan memaksa tuk memperbaiki diri.
Bukan tentang siang tempat peluh bertumpuk dalam ujung pakaian usang.
Bukan tentang malam dalam hilangnya suka berbalut kedukaan yang semakin tenggelam.

Bukan tentang itu.

Maka datanglah, dan kembalilah, pada malam dalam sujud panjang penuh isakan.

-Aldiles Delta Asmara-

Menggenap

Bahkan meski semua "tukang jodoh" diturunkan, tak kan mampu mengubah kehendak Allah kalau memang belum waktunya.

Saya katakan hal itu padanya ketika ia meminta saya segera menggenap dengan meminta bantuan pada kakak saya yang dikenal "tukang jodoh" dan selalu mengisi kajian tentang jodoh menjodoh. Sering seperti itu bukan? Kita terkadang merasa bahwa penentu takdir yang satu itu adalah seseorang. Entah murobbi/ah, ustadz, anggota keluarga, bahkan orang yang sudah terang-terangan memilih kita mendampingi. Terlupa bahwa penentuNya adalah Allah, dalam hal apapun, termasuk urusan yang satu itu. Maka tugas kita? Percaya.

Maka biar saja, meski orang lain dengan tidak sabarnya menuntut kita untuk segera menggenap. Nyatanya Allah siapkan semuanya tanpa meleset dan namun penuh dengan kebahagiaan yang melesat, berlipat-lipat. Jika kita percaya.

Maka biar saja, meski adik kelas, teman main, sahabat karib satu persatu menggenap dalam takdir bahagia dengan perjanjian yang berat. Kita masih akan tetap menjadi hamba Allah, dalam genap ataupun ganjil. Apapun fase takdirnya.

Maka biar saja, meski orang dekat, orang jauh, yang sudah lama dikenal, bahkan yang baru dikenal menatap dengan tatapan ragu tentang segala usaha. Faktanya memang hanya sekadar bertanya, ingin tahu, tanpa memandang perlu membantu.

Maka biar saja, meski tiap kali jengah terhadap segala yang melulu dikaitkan dengan hal itu. Nyatanya, Allah tiada lelah, bosan bahkan jengah menjadi tempat tumpahnya keluhmu.


Maka biar saja, meski mereka mengulang-ulang tanya, mengulang-ulang sindiran, mengulang-ulang apapun tentang hal itu. Selama kau pun mengulang-ulang doa kepadaNya, mengulang-ulang meminta ampunNya, mengulang-ulang bait cintaNya, agar semakin dekat, semakin rapat dan semakin taat. Bukankah lebih baik keadaannya? Agar terbiasa dalam taat meski sudah menggenap.

Maka biar saja, Allah tahu bahkan Maha Tahu atas apa yang telah diupayakan dan apa yang telah dipersiapkan. Tunggu saja, terhadap segala ketetapanNya yang begitu memesona.

Bukankah ganjil dan genap sama-sama bagian dari takdirNya? Meski tiada pernah tahu, nyatanya tinggal menghitung waktu.

Jika kau percaya. 

-Aldiles Delta Asmara-
Syawal yang ujung

Adalah...

Biarkan ku daki beberapa harap dalam doa.
Ketika kau lengkungkan kabar berturut duka, tentang beberapa langkah yang mesti ku tempuh dengan nyata..

MengEsakanMu dalam sinar yang menembus keberadaan pekat penuh pesona..
Memimpikan ampunanMu menjadi penghapus segala remuk rasa..

Kini aku tahu, bahwa penjagaanMu tak melulu tentang bermanis-manis dalam rupa nasihat yang rajin ku pinta, penjagaanMu bahkan dapat menjelma menjadi suatu kecewa agar berkali-kali aku mampu berbaik sangka..

TerhadapMu dan tentang segala macam rupa takdirMu..

Bahwa yang terbaik adalah dariMu, keinginanMu. Bukan keinginanku, dari mimpiku.

Dan Engkau adalah Maha Penyayang diantara semua yang penyayang.. Al-a'raf 151

-Aldiles Delta Asmara-

Merasa, dan mengakui rasa. Apa bedanya?

Suatu hari...
"Kamu lebih pilih mana: Merasa bersalah atau mengakui perasaan kalau memiliki salah?"

Bahwa setiap hamba Allah yang memiliki nurani akan selalu bisa merasa bersalah, bersalah atas sikap, bersalah atas ucap, bersalah atas segala yang tak terungkap. Sekadar merasa, apa susahnya?


Lain hal nya dengan 'mengakui perasaan kalau memiliki salah', butuh keberanian yang dilatih berkali-kali, berulang-ulang dan sesering mungkin. Ia bukan spontanitas belaka suatu kata bahwa "oh iya, salah bersalah" tapi lebih kepada; saya salah, dan saya ingin memperbaikinya.

Bagai Abu Dzar Al-ghiffari yang meletakkan kepalanya di tanah berdebu sebagai sebuah pengakuan atas kesalahan dalam berkata pada sahabatnya, Bilal. Ia mengakui, bahwa baru saja dirinya melakukan cela atas ucap yang menyakiti Bilal, tidak hanya sekadar merasa bersalah, tapi ia nya mengakui bahkan meminta Bilal untuk membalas segala ucapannya dengan menginjak kepala Abu Dzar sebagai sebuah penebusan dosa.

Dan ada kah kita berani mengakuinya?

Diakui atau tidak, dalam proses 'mengakui kesalahan' kita membutuhkan seorang saudara yang mampu menjadi alarm nasehat yang dapat menyala ketika kita khilaf sedikit saja, dalam sikap, ucap, bahkan tatap. Saudara, yang Allah pilihkan untukmu, yang engkau cintai karena Allah, dan kaupun dicintai olehnya juga karena Allah. Seperti halnya Abu Dzar yang diingatkan langsung oleh Rosulullah dengan ucap "dalam dirimu masih terdapat unsur jahiliyah",semoga begitu pula engkau dengan saudaramu. Saudara yang bukan hanya mendukung kemarahan-kemarahanmu, saudara yang bukan hanya mendengar tiap keluhmu, saudara yang bukan hanya mengikuti alur sedihmu. Tapi saudara yang berhasil membuat kita mengakui kesalahan dan dengan santunnya berucap..

"Aku pernah merasakan apa yang kamu rasakan, hingga aku pun mendapati nasehat untuk membaca firmanNya Q.S Al-Imron: 133-140, semoga mentadabburinya adalah jawaban dari tiap masalahmu".

('Āli `Imrān):135-136 Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.


Akui salahmu, perbaiki dirimu, hingga surga dirasa begitu dekat karena ampunanNya.

*nasehat untuk mentadabburi ayat-ayat ini tak akan berhenti hanya sampai diri ini, akan berterusan, akan berkelanjutan, sebagai penentram bahwa surgaNya terbuka selalu, bagi jiwa-jiwa yang berani mengakui kesalahan dan berikhtiar memperbaiki keadaan.

Jazakumullah khoiron, atas tanya yang berkelanjutan sebagai perenungan hingga menciptakan suatu nasehat, pun suatu pengingatan bahwa dalam kitabNya tersimpan segala rumus kehidupan.

-Aldiles Delta Asmara- yang mendapat tanya dari mba Nunu Karlina, dan mendapat nasehat dari Khaerunnisa yang sebelumnya ia dapat juga dari mba Nunu Karlina :D

Saya -tidak toleran-

Bicara toleransi, saya adalah hamba Allah yang paling tidak toleran. Ets tapi ini tentang dunia maya saja kok. Saya bukan termasuk pengemis followback dalam tiap akun sosmed yang saya punya, karena bagi saya, memfollow adalah meminta manfaat, jadi kalau saya tidak difollow, artinya saya tidak bermanfaat, tapi saya akan tetap follow dia, siapapun orangnya, jika saya rasa akun tersebut manfaat buat diri saya.

Banyak yang bilang, suka-suka si pemilik akun yaa mau posting apapun di 'rumah' mayanya. Artinya suka-suka saya juga untuk memilih siapa yang layak singgah di beranda 'rumah' saya. Jika kedapatan si pemilik akun selfie dengan benar-benar muka dan dimain-mainkan, maka mohon maaf, tombol unfoll selalu jadi pilihan. Termasuk jika akun tersebut namanya alay, atau bahkan seringnya curhat dan 'buang sampah' doank (padahal ini curhat ^^v ). Yang begitu saja langsung saya unfoll apalagi jika akun menghina Islam, memposting hal-hal yang Allah murkai, mengadu domba, dan kejahatan-kejahatan yang serius plusss kalau akun tersebut selalu komen dengan komen yang tidak beradab. Maaf.

Saya teringat pesan seorang teman yang bilang "ini akun lo, lo berhak ngapain aja, jangan buka keran, terlebih dari lawan jenis"

Jadi maaf kalau yang tiba-tiba tidak menemukan nama saya dalam daftar followers kalian. Hehe, sok keren kan saya? Emang.

Begitupun dengan dunia perpesanan. Tanpa ragu, saya akan mengklik tombol left pada tiap grup yang bagi saya ga manfaat, cuma haha hihi.

Jadi maaf betul, leftnya saya, unfollnya saya, unfriendnya saya, tidak semata-mata karena saya benci. Hanya sekadar menjaga hati, karena jika bukan diri sendiri yang jaga, siapa lagi? Silaturrahim akan tetap berjalan dengan jalur pribadi dan pertemuan langsung, insyaa Allah. Karena mengunfollow, unfriend, dan left bukan berarti memutus silaturrahim, semoga tidak ada prasangka setelah ini.

Mohon maaf atas ketidaktoleran ini.

-Aldiles delta asmara-

Menghafal Al-qur'an semudah tersenyum

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

Ada yang berbeda dari i'tikaf 10 hari terakhir di masjid At-tin tahun ini. Sejak tahun 2012, saya dan mama sudah rutin tiap harinya di 10 hari terakhir ramadhan untuk beritikaf di sana. Kegiatan yang tak berbeda pada umumnya dari tahun ke tahun. Bakda sholat taraweh dilanjutkan dengan kajian sampai kira-kira jam 22.00 untuk kemudian lanjut qiyamul lail jam 02.00

Tapi tidak untuk tahun ini, selepas taraweh ada kegiatan menghafal Alquran terlebih surat An-Najm dengan tema "menghafal alqur-an semudah tersenyum". Jama'ah sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut, terlebih dimalam 26 sampai malam 29 akan ada perlombaan menghafal surat An-Najm yang berhadiah umroh. Wah masyaa Allah. Banyak sekali yang ingin mengikuti perlombaan tersebut meskipun seleksinya susahnyaaaaa masyaa Allah. Jama'ah bukan hanya diminta untuk membacakan surat An-Najm sampai selesai, tetapi juga menghafal plus arti, bukan lagi arti tiap ayat, tapi arti tiap kata. Susah.

Maka jama'ah dibuat berdecak kagum diiringi takbir berkali-kali ketika melihat ada peserta yang dengan mudahnya menjawab semua pertanyaan yang diajukan sang ustadz. Seolah berkata, ini adalah keajaiban al-qur'an, karena begitu mudahnya dipahami. Plus membuat sebagian yang masih bermalas-malasan menghafal malu karena masih abai dalam kewajiban menjaga al-qur'an.

Suatu pagi saat berada di parkiran motor masjid At-tin, saya mendengar dua orang pemuda terlibat pembicaraan serius mengenai perlombaan berhadiah umroh ini. Pemuda 1 berkata:
"kita hafalin An-Najm yuk, siapa tau kita bisa dapet umroh".
Pemuda 2 membalas "hei kalau gitu, niat menghafalnya bukan lagi karena Allah, ayo lurusin niat".

Saya langsung tertegun mendengar pernyataan pemuda 2. Banyak sekali godaan-godaan dalam menghafal al-qur'an, salah satunya adalah hadiah-hadiah dunia yang diberikan kepada para penghafal. Bulan ramadhan ini Allah beri kesempatan pada saya dan teman-teman untuk menjadi kakak mentor dalam program hafizh quran di Trans7, betapa kami berkali-kali mengingatkan pada mereka bahwa tujuan menghafal adalah menjadi juara di hadapan Allah, bukan untuk juara diacara ini.

Berkali-kali, karena seringnya terlihat niat yang agak berbelok dari para hafizh cilik. Kami hanya takut, motivasi mereka menghafal bukan karena Allah, tetapi hanya karena ingin juara dalam acara ini. Alhamdulillah, mereka paham, dan berjanji bahwa program menghafal mereka tak akan berhenti meski mungkin tidak juara dalam acara ini.

Sulitnya menjaga niat, setan begitu jahatnya membuat kegiatan baik jadi hangus hanya karena salah niat. Dan salah satu sebab hafalan bisa tetap melekat adalah dengan meluruskan niat. Saya berkesempatan mewawancarai salah satu penerima umroh dari program menghafal di At-tin. Yang menjadi pertanyaan inti saya adalah "amalan rahasia apa yang membuat kamu bisa mendapat anugerah Allah menuju rumahNya". Jawabnya "ga ada amalan khusus, yang terpenting adalah menjaga hati saat menghafal al-qur-an, menjaga hati dari niat yang salah, serta menjaga hati dari keburukan-keburukan lainnya".

Masyaa Allah, semoga Allah tak salah memilihmu menuju rumahNya duhai saudari.

"Menghafal Al-qur'an itu mudah, yang sulit adalah menjaga hati agar gak pamer kalo sudah punya hafalan". Tambahnya, yang membuat saya dan teman-teman yang bersamanya saat itu merasa ditampar berkali-kali.

Semoga kita mampu, menjadi penghafal al-qur'an yang terjaga keikhlasannya, agar kelak di hari akhir nanti, kita bukan salah satu makhluk yang bangkrut amalnya hanya karena salah niat. Aamiin, insyaa Allah..

Ya Allah.. curahkanlah rahmat kepadaku dengan Al-Qur’an, dan jadikan Al-Qur’an sebagai pemimpin, petunjuk, dan rahmat bagiku.

-Aldiles Delta Asmara-
3 Syawal dengan azzam yang baru.


Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger