Cinta?

Lalu kenapa jika kamu cinta?
Semesta perlu tahu kah?

Lalu kenapa jika kamu menyimpan rasa?
Dunia wajib mendengarkannya kah?

Lalu kenapa jika kamu belum punya?
Perlu dengan sandi apa lagi kau hendak menyampaikannya?

Bukankah emas tak pernah berserakan liar di beranda?

-Aldiles Delta Asmara-

Pasangan Kita Lebih Berhak!

Bismillahirrohmanirrohim..

Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 24 Oktober 2015

Harmonisasi Pasutri -dalam pembahasan Islamic Parenting-

Oleh: Ust Bendri Jaisyurrahman

Pasangan kita lebih berhak, untuk segala kebaikan-kebaikan yang kita lakukan di luar rumah.

Jika kita bisa bersabar menghadapi cerita seorang teman, maka semestinya kita harus lebih sabar menghadapi cerita pasangan.
Jika kita bisa memberikan senyum terbaik pada karyawan, teman kantor, dan yang lain, maka pasangan kita LEBIH BERHAK mendapat senyum paling manis dari wajah kita.
Jika seorang wanita bisa berdandan paling cantik untuk suatu acara di luar rumah agar membahagiakan orang lain, maka semestinya suaminya lebih berhak untuk mendapatkan kecantikannya yang paripurna.
Begitulah Islam, memulai sesuatu dari pihak terdekat.
(Al-'Isrā'):26 - Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, ....
(Ar-Rūm):38 - Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, ....

Indikator kebaikan seseorang lihat bagaiman ia bersikap pada pasangannya.

Mengapa kita sering stres menghadapi pasangan dan mengurus anak? Sebab sering salah dalam meletakkan prioritas. Pada orang lain memberikan yang terbaik dari diri, sedang untuk keluarga diberikan yang hanya sisa.
Maka sabarmu, senyummu, perhatianmu, lebih berhak kau berikan kepada pasanganmu, kepada anak-anakmu.

Apa saja harmonisasi yang harus kita lakukan pada pasangan?
1. Harmonisasi terkait visi dan misi
Menjadi salah satu dasar untuk meraih keberkahan dalam hidup berumah tangga. Visi misi keluarga muslim haruslah jauh ke depan, yaitu surga. Mencari kejayaan akhirat.
(Al-Qaşaş):77 - Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi ....

Akhirat adalah prioritas utama, sedang dunia tak boleh dilupakan. Jadikan kegiatan rutin keluarga adalah yang berkaitan dengan akhirat.

Akan terjadi perdebatan jika antara istri dan suami berbeda visi, tidak sama harus bervisi surga. Suami ingin sampai akhirat, sedangkan istri hanya ingin di dunia(atau sebaliknya). Maka antar pasangan harus memiliki visi yang sama, yaitu surga, visi akhirat. Agar langgeng sampai ke surga. Itulah mengapa dalam harmonisasi pasutri dimulai dari memilih pasangan sebelum menikah.

Bukan berarti mengabaikan dunia. Tetapi akhirat harus jadi prioritas baru setelah itu dunia. Bukan dunia baru setelah itu akhirat. Jangan dibalik dan jangan terbalik.
Jika visi akhir adalah surga, maka akan mudah bagi suami untuk bersabar pada istrinya, dan istri sabar pada suaminya.

2. Harmonisasi spiritualitas; terkait dengan ibadah
Karena urusan mengikat hati bukan urusan praktek romantisme, urusan mengikat hati adalah urusan Allah.
(Al-'Anfāl):63 - dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka...

Yang membuat pasangan saling mesra adalah kesamaan spiritualitias. Sama-sama taat pada Allah. Maka perceraian atau konflik faktor utamanya adalah karena spiritualitas yang tidak sama. Maka saling mengingatkan pasangan agar tetap taat pada Allah adalah kunci untuk selalu mesra sepanjang hayat.

3. Harmonisasi dari sisi aturan
Aturan terkait menjalani rumah tangga. Suami/istri tidak boleh membuat aturan sendiri. Termasuk dari harmonisasi dalam aturan yaitu meneguhkan siapa yang menjadi otoritas pemilik aturan. Yaitu suami, sedang istri memberi masukan.

4. Harmonisasi komunikasi
Berkaitan dengan bagaimana komunikasi saat marah, apa yang dilakukan saat pasangan marah. Memahami istri bahwa ketika marah butuh bicara, maka fasilitasi waktu yang tidak terburu-buru, agar tidak menyakitkan istri. Menunda mendengarkan cerita istri sampai suami punya waktu luang untuk mendengarkan semua sampah emosi istri adalah lebih baik dibanding mendengarkan saat itu juga tapi suami terburu-terburu dan berpura-pura simpatik, akan malah menyakitkan istri. Itulah komunikasi.

5. Harmonisasi program pengasuhan
Membuat target program-program pengasuhan di setiap jenjang usia anak.

5 poin harmonisasi ini harus senantiasa didiskusikan dengan diawali dialog. Salah satu kebiasaan pasutri yang tidak boleh hilang adalah dialog sebelum tidur. Seperti yang dicontohkan Rosulullah kepada para istrinya. Itulah ciri khas rumah tangga surgawi.
(Aş-Şāffāt):50 - Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap.
Al-Ĥijr:47 - Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.

Salah satu kebiasaan harmonisasi penduduk surga adalah duduk berhadap-hadapan sambil berdialog. Jika hal itu jarang dilakukan maka harmonisasi antar pasutri akan berkurang, sebab 5 poin harmonisasi akan terlihat saat berdialog. Saling tahu visi misinya, saling membangun spiritualitas, membicarakan aturan, berkomunikasi, dan membicarakan pengasuhan. Semua dengan dialog, duduk berhadap-hadapan.

Maka mulailah harmonisasi keluarga kita dengan berdialog, berdiskusi, duduk berhadap-hadapan, agar bersama membangun keluarga hingga ke surga.
Insyaa Allah..

(Masih bersambung di pertemuan berikutnya)

Notulis:
Aldiles Delta Asmara

Karunia

Membutuhkan ketetapan yang telah Engkau tetapkan, dalam rahasiaMu, dalam ketidaktahuanku.
Sebab, Engkau Maha Tahu, sedang aku cuma sok tahu.

Melepaskan pengharapan-pengharapan
Melepaskan penilaian-penilaian dunia
Hingga mengabdi penuh pada pilihanMu.
Yang Maha Tahu.

Dan Kau buat aku mengerti.
Atas segala karunia yang berlapislapis.

-Aldiles Delta Asmara-

Kapan pagi?

Masihkah aku bisa merasakan pagi?
Saat langit kini tiada beda dalam pergantian waktu.

Bukan terik seperti langit di belahan bumi lainnya saat musim panas.
Bukan terik, justru kami merindukan terik
Yang tertutup kabut.

Inikah kabut?
Inikah asap?
Inilah luka.
Luka atas empati yang musnah
Luka atas jerit anak kami yang cuti sekolah
Luka atas tarik ulur nafas yang tersumpal darah

Mata anak kami merah
Para orang tua marah
Sedang kami hanya diminta pasrah

Kamu ke mana pak?
Pergi ke ujung belahan bumi mencari apa pak?
Ah atau itu hanya tipu daya media ya pak?
Aku berharap seperti itu, sebab kabar yang dibuat media bahwa kau pergi ke Amerika sungguh membuat luka pak.
Itu bohong kan pak?
Bapak pastinya sudah berjerih payah mengobati kami yang makin nelangsa.
Bapak pasti sudah berupaya pinjam meminjam harta untuk menciptakan bahagia bagi anak berwajah duka.

Semoga kami sabar, menunggu wujud nyata kerja seorang bapak.
Meski sabar kami mengembangkempis seperti napas senin kamis.
Semoga kami sabar meski bayi-bayi belum tahu sabar itu apa?

Sabar itu indah kan pak?

-Aldiles Delta Asmara-

Sebab peduli tak perlu menunggu merasai


Perlukah iri?

Kisah mengajar 20102015

"Apa yang paling membuat kalian bersyukur selama hidup di dunia?" Tanya saya pada 3 siswi di kelas itu.

Ada salah satu siswi jawab "ketika semua permintaan saya dikabulkan sama umi".

2 siswi lainnya menatap dan komentar iri "iiihhh enak banget jadi kamu, mamaku gak gitu".

Iri pasti hadir ya, apalagi diusia yang ukuran kebahagiaan adalah banyaknya harta. Pasti bahagia memiliki orang tua yang Allah mudahkan untuk mengabulkan semua permintaan anak. Atas iri yang dirasakan teman-temannya, kenapa dia tidak bangga?

"Apa hal yang paling menyenangkan bagi hidup kalian?" Tanya saya lagi.

Dan lagi-lagi ketika giliran siswi itu yang menjawab, jawabannya membuat saya dan teman-temannya kaget.
"Saat ummi ga marah-marah dan ga membandingkan saya dengan orang lain, tapi itu jarang". Jawabnya sambil menunduk menahan tangis.

Hmmm sampai di sini, saya menarik nafas yang berat. Sederhana, sederhana saja keinginan rata-rata setiap anak. Ketika orang tua tidak membandingkan. Itu saja.

Dan kalimat pembuka tersebut membuatnya meluapkan segala sampah emosinya, tentang sikap orang tuanya selama ini. Ada kemarahan yang luar biasa. Ada kekecewaan yang luar biasa, hingga mengalahkan cerita kebaikan sebelumnya. Andai kau bisa merabanya duhai ummi.

Sebab perbandingan yang sedikit saja akan menciptakan luka, apalagi jika ditambah dengan bentakan dan marahan.

Hingga di akhir pertemuan saya akhiri dengan satu pertanyaan "gimana teman-teman? Masih mau iri dengan takdir orang lain?".

"Enggak kak". Kompak menjawab, dengan mata yang memerah.

Semoga mata yang memerah malam ini menjadi bukti kesabaran menghadapi orang tua ya sayang.

Peluk siswi-siswiku, semoga tetap berperilaku baik pada ayah ibu, meski sulit, meski sakitnya menembus kulit.

-Aldiles Delta Asmara-

Mendidik itu mencintai

Harmonisasi Pasutri..

Bismillahirrohmanirrohim..

Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 17102015

Islamic Parenting
Oleh: ust Bendri Jaisyurrahman

Prinsip-prinsip pengasuhan yang ada di Al-Qur'an

-Masih dalam pembahasan harmonisasi pasutri-

Dalam pengasuhan terdapat relasi keluarga yang ditulis dalam Al-qur'an, yaitu;
1. Dari orang tua ke anak =  al-qur'an menyebutnya Qoulan Sadida

2. Antar suami istri = al-qur'an menyebutnya qoulan ma'rufa. Perbaiki hubungan suami istri, sebab jika tidak diperbaiki artinya merencanakan 80% kerusakan pada anak.

3. Dari anak ke orang tua = al-qur'an menyebutnya qoulan kariima.
Berbuat baik kepada orang tua semestinya bukan karena balas jasa atas kebaikan dan pengorbanan yang dilakukan orang tua. Sebab berbuat baik adalah perintah Tuhan ( Al-Isro: 23) meskipun orang tua tidak berperilaku baik kepada anak. Hal ini dibutuhkan penguatan aqidah agar anak berperilaku baik pada orang tua karena perintah Tuhan.

Menciptakan harmonisasi pasutri dengan memahami masing-masing peran antar suami istri. Al-qur'an membagi peran tersebut menjadi 4, yaitu;
1. Annisa: 34 "kaum lelaki itu pemimpin untuk kaum wanita..."
Suami sebagai pemimpin (qowwam), sedangkan istri sebagai yang dipimpin.
Suami akan hilang jiwa qowwam ketika suami sering berkeluh kesah. Sebab fungsi qowwam berarti menegakkan, meneguhkan keluh kesah istri. Pintu perselingkuhan terjadi karena diawali oleh suami yang menghilangkan fungsi qowwam sebagai penegak keluh kesah istri. Suami tidak mau mendengar bahkan menuduh istri selalu mengeluh. Padahal ketika istri berkeluh kesah kepada suami, sesungguhnya adalah penghargaan bagi suami karena artinya istri masih mempercayai suami. Terimalah keluh kesah istri sebagai bentuk keqowwaman suami.

Dampak dari keberhasilan keqowwaman suami yaitu ketika suami berhasil 'membintangkan' istri. Setiap suami harus memiliki target untuk perbaikan istri. Seperti Rosulullah yang sukses keqowwamannya ketika potensi para istri muncul. Sebab ciri pernikahan barokah jika berhasil mengembangkan potensi antar suami dan istri.

2. Suami sebagai petani yang bertugas menjaga dan melindungi istri sebagai ladang yang dimiliki.
(Al-Baqarah):223 - Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

Dari ayat ini ada beberapa makna bagi suami,

a. Fungsi penjagaan: ladang tak akan baik jika tak pernah dijaga oleh petani. Maka tugas suami adalah menjaga jiwa dan raga istrinya. Memperhatikan kebutuhan-kebutuhan istri, dan penjagaan lainnya.

b. Intensitas pertemuan: hasil ladang baik jika sering ditengok oleh petani.

c. Sabar memetik panen: panen raya suami adalah ketika muncul cint yang tulus dari istri. Ketika awal menikah tidak boleh memaksakan istri harus mencintai 100%, suami yang sukses memanenlah yang berhasil membuat cinta istri semakin lama semakin besar dengan komunikasi yang baik antar pasutri. Kegagalan panen suami adalah ketika cinta tak bertambah seiring bertambahnya usia pernikahan. Bagaimana agar cinta semakin lama semakin besar? Sabda sang nabi bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk, yang jika dikasari akan patah, namun jika diabaikan akan bengkok, maka agar wanita tetap sesuai fitrahnya dan tumbuh cinta yang besar, suami harus sering membelai istri agar ia tetap menjadi jiwa yang lembut penuh cinta.

Mari membuat keluarga semakin harmonis dengan menjalankan seutuhnya peran suami dalam makna sebagai petani.

3. Suami dan istri setara, sama-sama berperan sebagai pakaian
Albaqoroh: 187
"... mereka adalah  pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka..."
Suami istri adalah pakaian, yang memiliki makna;

a. Melindungi: Suami harus melindungi istri meski dalam kondisi berselisih.
Suami harus memastikan bahwa istri aman di rumah, terhindar dari kelaparan, terlindungi dari bahaya, meski dalam keadaan semarah apapun suami kepada istri. Jika suatu hari berselisih, maka yang sebaiknya keluar rumah untuk menenangkan diri adalah suami bukan istri, suami harus memastikan istri tetap dalam rumah, biar suami yang keluar rumah untuk sementara. Inilah hakikat pakaian bagi suami. Tetap melindungi bagaimanapun keadaan hati.

b. Menutup aurat: Baik suami ataupun istri tidak boleh saling menceritakan keburukan pasangan dengan orang lain kecuali untuk menyelesaikan masalah, inipun harus dengan orang yang tepat, bukan pada sembarang orang. Baik keburukan kecil maupun keburukan besar. Suami istri haruslah saling menutupi.

c. Meningkatkan citra diri: Dalam berpakaian, yang memakai pakaian mestilah memiliki keinginan agar ketika berpakaian citra dirinya terjaga atau bahkan terangkat. Begitupun makna pakaian bagi suami istri. Tanda pernikahan gagal adalah ketika di antara keduanya malu untuk menunjukkan pasangan masing-masing, malu untuk diajak berkumpul, malu untuk diajak ke manapun. Jadilah kebanggaan suami, dan jadilah kebanggaan istri, dengan kesholehan yang dimiliki.

d. Disesuaikan waktu dan tempat: ketika berpakaian haruslah disesuaikan menurut tempatnya. Begitupun dalam berperan menjadi suami istri. Sesuaikan peran sesuai keadaan, apakah sebagai peran teman diskusi, sebagai kekasih, sebagai konselor atau peran lainnya. Suami tidak mesti selalu berperan jadi atasan, agar istri nyaman berada di dekat suami.

4. At-Taubah: 71
"... sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain..."

Saling tolong menolonglah dalam menjalankan peran sebagai suami istri, tanpa perlu memilah ini tugas siapa, itu tugas siapa. Harmonisasikan semuanya dan saling mengerti dan tolong menolong agar semua permasalahan yang dialami menjadi ringan.

Itulah empat peran suami istri yang dibahas dalam Al-qur'an. Buatlah peran tersebut menjadi suatu relasi yang harmonis antar pasutri, agar anakpun bahagia memiliki ayah ibunya, dan terselamatkan dari kerusakan yang disebabkan oleh rusaknya hubungan antara ayah dan ibu.

Robbi, bimbinglah kami menjalankan peran ini.

(Masih) Bersambung di pertemuan berikutnya.

Notulis: Aldiles Delta Asmara

Islamic Parenting

Bismillahirrohmanirrohim...

Resume pertemuan SAHAJA, 11 Oktober 2015

Islamic Parenting
Oleh: ust Bendri Jaisyurrahman

Bagaimana prinsip-prinsip pengasuhan yang ada di Al-qur'an?

('Āli `Imrān):33 - Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).

1. Harmonisasi pasutri
Belajar dari keluarga Ibrahim dan Imron bahwa harmonisasi muncul dari pasangan(istri) yang luar biasa. Sebab pasangan yang baik menentukan kualitas pengasuhan. Seperti Hajar, istri Ibrahim, yang tak pernah berkeluh kesah, tak curhat sembarangan berkaitan ujian yang dilewatinya karena ditinggal suami di padang gersang bersama bayinya.
"Kalau begitu, Dia tidak akan menyia-nyiakan kami."

Hingga Ibrahim pun pergi mengembara dengan tenang karena keteguhan dan keyakinan yang diucapkan oleh Hajar.
('Ibrāhīm):37 - Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Segala kerusakan-kerusakan pada anak yang terjadi saat ini bermula dari kerusakan persepsi antar orang tua. Ayah mengeluhkan sikap ibu kepada anak, ibu mengeluhkan sikap ayah kepada anak. Terbentuklah kecewa kepada orang tua yang dirasakan oleh anak. Atau bahkan anak sengaja menciptakan keributan karena ketidakkompakan orang tuanya dalam mendidik anak, jika tidak bisa mendapat sesuatu dari ayah, maka memintalah kepada ibu, dan sebaliknya. Hindarilah menceritakan keburukan pasangan, apalagi menceritakannya pada anak. Meski niat awal menceritakan hanya sekadar pelampiasan, nyatanya pelampiasan tersebut bukan hanya merusak nama baik pasangan di depan anak tetapi juga merusak anak itu sendiri sebab kekecewaan pada orang tuanya. Rumus ini juga berlaku bagi pasangan yang sudah berpisah, harap menahan diri dari menceritakan keburukan (mantan) pasangan agar anak tak rusak karenanya.

Selain itu, dalam menjalankan hubungan pasutri, haruslah dengan ma'ruf, seperti yang tertulis dalam Q.S Annisa: 19 menjelaskan tentang
"....Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) dengan baik..."
Terdapat kata al-ma'ruf yang dalam bahasa arab merupakan turunan dari kata 'urf yang berarti adat atau kebiasaan. Ma'ruf untuk pasutri menandakan relasi hubungan juga terikat dengan 'urf (adat) setempat selama tak bertentangan dengan syariat sebagaimana kaidah fiqhiyyah yang mngatakan
"Kebiasaan atau adat dapat menjadi hukum" atau
 “Yang berlaku berdasarkan ‘urf, (seperti) berlaku berdasarkan dalil syara.”

Contoh: panggilan ummi&abi dalam konteks bahasa arab bisa menjadi haram karena kebiasaan dan adat di sana karena panggilan abi&umi hanya untuk orang tua sedangkan jika ditujukan ke pasangan sudah terhitung sebagai zihar. Tapi di negara kita panggilan abi&ummi itu tidak bisa dihukumi zihar karena konteksnya penduduk Indonesia memahami panggilan tersebut sebagai panggilan dalam rangka pembahasaan panggilan anak kepada orang tuanya.

Maka berperilakulah yang ma'ruf kepada istrimu agar anak dapat meneladani kebaikan ayah kepada ibunya. Dan cara terbaik membina anak adalah dengan saling memuji pasangan ketika pasangan kita sedang tidak berada di dekat anak. Dengan begitu akan tercipta rasa bangga dan hormat dari anak kepada orang tuanya. Itulah sebabnya tanggung jawab pengasuhan yang pertama kali dilakukan untuk anak dari masing-masing orang tua adalah dengan memilih pasangan yang baik. Ayah/ibu yang hebat bermula dari suami/istri yang hebat.

Mari memperbaiki diri untuk menjadi ayah/ibu yang hebat.

(Bersambung dipertemuan berikutnya)

Notulis: Aldiles Delta asmara

Haru

Haru..

Judulnya begitu saja ya, ini murni keharuan saya atas catatan hati para ibu yang tercurah hari ini pada obrolan personal dengan saya. Seorang ibu yang memilih menggenggam erat anak-anak mereka demi terjaganya jiwa dan raga dari bahaya moral yang saat ini sudah begitu menakutkan. Seorang istri yang juga sudah menjadi ibu, yang memilih mendukung apapun peran suaminya, apapun, tanpa ada dikte, sebaliknya memberi dukungan dan saran. Lihat saja.

Ibu 1: keinginanku untuk kerja di luar meninggalkan anak-anak dan menitipkannya sama orang, sudah aku hapus. Walaupun nanti aku kerja saat mereka mandiri (jadi gak perlu dititip), tetap aja mereka butuh pengawasan. Lupakanlah gelar dan ijazahku.

Haru pas dibagian "lupakanlah gelar dan ijazahku". Semoga Allah berkahi pilihanmu dan menjaga dengan sebaik-baik penjagaan.

Ibu 2: aku ikut suami untuk pindah rumah. Aku ga boleh ngatur-ngatur untuk masalah tempat tinggal. Berikan kebebasan pada suami untuk menentukan. Istri tinggal memberi saran dan  mengikuti.

Haru pas dibagian "berikan kebebasan pada suami". Semoga surga Allah 'dekat' dengan rumah yang dipilihkan suamimu.

Ah ya, saya yakin semua ibu dan istri pasti berusaha untuk menjadi hebat, apapun  peran yang diambil dan dipilih. Meski mereka sadar atau tidak bahwa mereka hebat, meski mereka peduli atau tidak bahwa mereka hebat. Surga tetap berada di bawah telapak kakinya. Semoga pilihan-pilihan yang para ibu ambil adalah cara agar surga benar-benar berkenan menetap pada kakimu. Ya ibu.

Mari Aldiles, belajarlah menjadi ibu hebat, yang dirindukan...

-Aldiles Delta Asmara atas secuil kisah yang telah didapat dari Aldila dan Elvriani-

Sebab kecewa

Tak bisakah kebaikan-kebaikanmu yang terdahulu menghapus kemarahan dan kebencian ini?
Duhai jiwa, yang tidak mensyukurinya :(
Jangan bertanya membenci siapa, sebab aku pun tak ingin.
Yang menyelamatkan dari terperosoknya jurang kelam
Yang memberi cahaya dari ingarnya malam pekat
Yang menarik, yang menggenggam, yang merangkul dengan kasih yang meski sedikit menagih.
Sebab besarnya kecewamu tetap selalu tak bisa mengalahkan kebaikan masa lalu.
Sebab kecewamu, ah bahkan aku ragu layakkah ini kau kecewakan?
Sebab kecewamu? Aku atau kamu?
Sebab kecewa? Iya kecewa.
Yang menutupi segala kebaikan, cinta, hormat, dan segala-segala-segala.
Maka jangan berharap lebih pada tutur kata yang manis, pada tarik garis wajah ceria penuh pesona, pada riuh rendahnya cerita akrab dalam cengkerama.
Ada rasa yang dalam sekejap menghilangkan perlakuan manis itu, meski aku tak ingin.

Robbi, Berdosakah jika kecewa?

-Aldiles Delta Asmara, sebab menulis tak melulu membongkar rasa :)

Islamic Parenting

Bismillahirrahmanirrohim..

Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 04 Oktober 2015

Islamic Parenting

Oleh: ustadz Bendri Jaisyurrahman


Ada keistimewaan dalam mengasuh anak jika pengasuhan sesuai dengan  Islam yaitu memiliki role model masing-masing, dalam mengasuh anak laki-laki ataupun perempuan. Harus ada beda dalam mengasuh laki-laki dan perempuan, jika model pengasuhannya disamakan bersiaplah menunggu dua kemungkinan; salah satu rusak, atau keduanya rusak. Maka Islam menghadirkan model pengasuhan yang tepat untuk anak laki-laki melalui hasil didikan Ibrahim dan hasil didikan keluarga Imron untuk anak perempuan.
Target mendidik anak haruslah tinggi, sebagaimana Ibrahim mendidik Ismail dan Ishak untuk menjadi nabi, sedangkan keluarga Imron terhadap Maryam yang menjadi role model wanita suci.
('Āli `Imrān):42 - Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).

Maka tugas orang tua adalah:
1. Mendidik anak lelaki menjadi nabi, yang dalam konteks saat ini berarti ulama (ahli ilmu). "Ulama adalah pewaris nabi". HR Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam shahihnya.

Mendidik anak laki-laki haruslah menjadi ahli ilmu yang ahli dalam bidangnya, bukan menuntut anak untuk ahli di semua bidang. Kesalahan pengasuhan saat ini terjadi salah satu sebabnya karena memaksa anak untuk belajar semua bidang tapi tidak fokus untuk menjadikan mereka ahli di salah satu bidang.

Menilik cara Rosulullah mendidik sahabat untuk menjadi ahli dalam bidangnya masing-masing
1. Khalid bin walid yang dididik untuk menjadi ahli dalam strategi perang
2. Abdullah bin Mas'ud yang dididik untuk menjadi ahli al-qur'an
3. Umar bin Khatab yang dididik u tuk ahli dalam urusan ketatanegaraan.

Maka mendidik anak lelaki zaman sekarang haruslah mencetak mereka menjadi seorang ahli yang memiliki jiwa iqomatuddin(menegakkan agama) (Q.S As- Syuro: 13) agar mereka menjadi ahli yang berpihak kepada agama Allah. Sebab menjadi ahli tanpa memiliki jiwa tersebut adalah suatu kesia-siaan. Jadi nabi di zaman ini identik dengan dua hal:  ahli ilmu dan mempunyai semangat menegakkan agama.

Kemudian didiklah anak laki-laki menjadi pemimpin, sebab fitrah mereka Allah ciptakan adalah sebagai Al-Qowam (Q.S Annisa: 34).
Maka didiklah anak lelaki kita dengan patut dan sesuai fitrah penciptaanya.

2. Mendidik anak wanita agar menjadi wanita suci yang akan menjadi pencetak nabi.
a. Menjadi wanita suci yang bukan hanya sekadar perawan. Sebab kini banyak wanita yang masih perawan tapi sudah tidak suci. Maka mendidik anak wanita haruslah mengingatkan mereka untuk betapa pentingnya menjaga kesucian mereka, berawal dari memperkenalkan mereka dengan rasa malu. Saat mereka sudah berusia 7 tahun atau beberapa ulama menyebutkan ketika anak sudah bisa membedakan kanan dan kiri maka seorang ayah tidak lagi memandikan anak perempuannya. Katakan pada anak kita "ayah malu melihat auratmu" sebagai teladan bagi mereka untuk malu melihat aurat orang lain dan malu memperlihatkan aurat pada orang lain.

Role model pengasuhan wanita untuk menjaga kesuciannya terdapat dalam diri Maryam.
Maryam:20 - Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"

Tidak pernah seorangpun yang menyentuh Maryam. Semoga kelak anak wanita kita menjaga kesuciannya sebagaimana Maryam menjaganya.

Terkait kesucian,  bukan hanya berkaitan menjaga kesucian tubuh tapi juga kesucian dalam menjaga kehormatan dirinya.
Bagai Khadijah yang memiliki keinginan menikah dengan Rosulullah, ia sampaikan kepada orang yang berhak agar menyampaikan kepada Rosulullah bukan dengan mengutarakan langsung kepada Rosulullah sebagai bagian dari adab dan sekaligus melindungi kehormatannya. Sedangkan kini betapa banyak wanita yang urusan hatinya tumpah ruah menjadi milik bersama.

b. Mendidik anak wanita untuk memiliki misi yang utama, yaitu mendukung dan mencetak 'nabi', mencetak seorang ahli. Bangun kecintaan anak terhadap profesi mulia menjadi seorang ibu, menjadi penyokong utama dakwah yang mendukung ayah, suami, dan anak. Jika kini belum Allah takdirkan memiliki suami dan anak, maka misi mulia yang semestinya ditanamkan kepada anak wanita adalah menjadi guru, yang akan mencetak anak lelaki yang menjadi muridnya. Sebagaimana Asiyah yang mendidik Musa dan sebagaimana Aisyah setelah Rosulullah wafat.

Maka didiklah anak wanita agar menjadi wanita-wanita mulia yang menjaga kesucian diri selayaknya Maryam, menjaga kesucian hati dan kehormatan bagai Khadijah, dan menjadi pendukung dakwah bagi ayah, suami, dan anak atau bahkan anak lelaki orang lain seperti Asiyah dan Aisyah, serta menjadilah seperti wanita mulia lainnya.

Sebab anak lelaki dan perempuan itu beda. Semoga tak salah langkah.

(Bersambung di pertemuan selanjutnya, insyaa Allah)

Notulis: Aldiles Delta Asmara


Pemilik Hujan, Penggenggam Matahari

Hai kak, ini cuaca sudah terik, mohon teduhi dengan syukur yang membuatmu menarik.

Syukur yang menyirami gersangnya bumi bagian hati, ah tidak, kita bukan sedang bicara hati, ini tentang cuaca bumi.
Hujan tak turun lagi, entah memang ia sedang menanti waktu yang tepat atau ia kini tengah trauma akibat maki saat hadirnya rutin merapat.

Mengaku saja, kau pernah mengeluhkan hadirnya bukan?

Kini ia bersembunyi, hingga Allah meridhoi ia kembali diiringi sudut gelisah dari tiap desah akan kerinduan yang telah tumpah ruah.
Maka, syukuri terikmu. Agar menjelma menjadi setitik bahkan bertitik-titik deras titah Tuhannya untuk turun menyirami kegelisahan akan kabut tak bersahabat serta mengurangi kesedihan pada jiwa yang tak terengkuh peduli para pembesar negeri.

Tidak wahai jiwa, jangan selipkan kegaduhan prasangka pada doa kita. Totalitaskan harapan dengan penuh pada Allah. Pemilik hujan, Penggenggam matahari.

Ya Allah, mohon turunkan hujan yang bermanfaat bagi kami..

-Penduduk bumi yang kemarau, Aldiles Delta asmara-

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger