Doa dalam Lelapmu..

Kepada Rafa yang hadirnya mewarnai..

Malam ketika memandangi wajahmu yang terlelap, ada hati teriris berteriak lirih berharap agar Allah menyelamatkanmu dari fitnah dunia yang kini semakin dimaklumi oleh penduduk bumi.

Duhai Rafa, kelak suatu hari, kau kan tumbuh menjadi lelaki gagah berani nan sholih atas izin Allah..
Tumbuh yang dengan cinta dan penjagaan dari kami, dan semoga kau merasakannya.

Rafa, jika di masa mu, maksiat adalah hal biasa, maka jadilah manusia luar biasa ya sayang, dengan tidak melakukannya, dengan menghentikan arusnya bukan dengan mengikutinya. Meski deras, berpegang teguhlah pada Allah agar arus maksiat tidak membawamu dalam jurang kepedihan dunia dan akhirat.

Kamu punya dua wanita yang kelak menjadi tanggung jawabmu, maka seperti nasehat orang tua yang bukan pada zamanmu, jika kau mencintai ummi dan adikmu, maka jagalah semua wanita yang menjadi penduduk bumi, jaga kehormatannya dengan tidak memasuki hati mereka atas sesuatu yang Allah haramkan. Jaga kehormatan mereka dengan tidak menyentuhnya, baik itu menyentuh fisik atau perasaan mereka. Karena, sungguh nak, itu adalah bukti cinta kamu terhadap ummi dan adikmu. Terlebih, bukti cintamu pada Allah.

Betapa banyak tugasmu sebagai lelaki sholih, tak perlu kau takut sayang, dengan perlahan ummi dan abimu serta kami akan membantumu untuk berkenalan dan mengakrabi serta kemudian bertanggung jawab atas apa yang akan menjadi tugasmu.

Ubahlah nak, ubahlah maksiat yang ada di sekelilingmu dengan cinta, jadilah penyampai kebenaran bukan penonton kemaksiatan. Agar surga, menjadi peristirahatanmu yang abadi.

Tidurlah dengan nyenyak, semoga Allah selalu menyayangimu..

-Aldiles Delta Asmara-

Sebab siapa semua bermula?

Ini tulisan yang sebenarnya telat banget buat ditulis, hasil pikir-pikir di tengah kemacetan Jatiwaringin malam hari setelah ngajar kemaren.

Lagi-lagi tentang remaja dan yang mengitarinya, orang-orang dewasa di sekitar remaja tersebut maksudnya. Orang dewasa yang sering protes sama remaja yang terlihat 'aneh' bagi mereka, tapi sering tidak sadar kalau orang dewasalah yang membuat mereka menjadi aneh. Apa sebab??

Beberapa pekan ini saya mengamati salah satu siswa lelaki kelas 7 yang terlihat berubah, sering berbuat ulah, cari perhatian beberapa pengajar (termasuk saya), serta perubahan-perubahan lainnya. Konon, tersebar kabar di antara pengajar bahwa siswa ini sedang suka-sukaan (agak aneh saya menyebutnya jatuh cinta) dengan salah satu siswi kelas 6. Oh yaaa??

Dan kabar itu pun kemudian tersebar di lokasi tersebut, beruntung saya bukan yang termasuk menyebarkannya karena sejujurnya saya tidak percaya dengan kabar itu, meski belum bertanya langsung pada siswa tersebut. Hingga pertemuan di kelas kemarin, saya sempatkan bertanya langsung pada siswa tersebut. Ternyata, itu semua berawal dari salah satu guru yang iseng meledek dia dengan siswi tersebut, meski siswa ini membantah tapi ternyata gosip itu terlanjur menyebar.

Tadinya masalah ini tidak terlalu menjadi pikiran bagi saya, hingga saat macet di jalan, tiba-tiba terlintas gambar-gambar yang selama ini sering muncul di media sosial, tentang remaja-remaja yang mesra dengan lawan jenis, yang jika dilihat usianya masih sangat teramat kecil (usia siswa SD) untuk berfoto mesra seperti itu, seolah tak ada celah baik sangka kalau mereka mungkin sepasang suami-istri seperti baik sangka yang kita tujukan kalau ada orang dewasa berfoto mesra. Lalu, apa kaitan dengan cerita siswa-siswi saya di awal mula tulisan ini? Iya, saya pun kemudian memuhasabahi, orang dewasa yang katanya prihatin dengan tingkah remaja serta ditambahi dengan kalimat 'zaman sekarang' kemudian melakukan pembandingan dengan zamannya dulu bisa jadi pada awalnya adalah yang menstimulasi remaja-remaja yang pada awalnya belum berpikir ke arah sana, kemudian jadi terbuka pikiran dan juga rasanya, rasa terhadap lawan jenis sebab keisengan dan ledekan kita.

Coba evalusi, pernah kah kita mengucapkan 'ciyeciye' pada anak-anak saat mereka terlihat akrab bermain dengan temannya yang meski lawan jenis? Kalau iya, dan jika dikemudian hari anak-anak tersebut semakin tumbuh dan menjadi remaja kemudian bilang suka pada temannya, beristighfarlah, mungkin itu sebab ulah kita. Sebisa mungkin segera luruskan, jangan diteruskan ledekan 'ciyeciye' jika kita sungguh-sungguh tak ingin lagi ada foto remaja yang mesra dengan pacarnya mampir di akun-akun media sosial kita.

Adik-adik remaja kita butuh teladan, termasuk teladan bagaimana mengelola rasa. Dan semoga, teladan itu adalah kamu, kamu, kamu. Kita, para dewasa. Karena jika kita enggan menjadi teladan, takutlah kondisi ini akan semakin darurat, meski kini sudah darurat. Atau kita rela, mereka meneladani artis yang kita berlindung kepada Allah dari segala tingkah-tingkahnya??

Naudzhubillah..

-Aldiles Delta Asmara-

Lihat, dengar, dan luruskan

Tentang remaja yang jatuh cinta, kita yang katanya dewasa siapkah mendengarnya?? Atau kah akan berkomentar "ckckcck anak jaman sekarang"

Padahal kalo kata dosen saya, anak jaman sekarang itu lahir dari orang dewasa jaman sekarang, jadi kelakuan mereka bermula dari kelakuan kita. Perhatikan perubahan-perubahannya, jangan hanya sekedar kaget kemudian bagai angin lalu..

Banyak remaja yang dalam kategori usia padahal masih dalam tahap anak-anak tapi bagian dari tiap cerita selalu seputar..
"Aku suka sama dia dari kelas 3 SD, karena dia dewasa bangeett kaya laki-laki yang udah mimpi basah".

 Ketika ditanya lebih dalam maksudnya bagaimana, hanya dengan jawaban "ya gitu deh"
-ngambang-

Atau, bisakah membaca tanda, ketika anak kesayangan kita sudah terlalu sering berinteraksi dengan HPnya, dan sering senyum2 sendiri? Tahukah apa penyebabnya?

Lagi-lagi, siswa yang masih kelas 5 bercerita dengan raut yang berubah-ubah
"Aaaakkk aku seneng banget, dia ngeline aku, tapi kak masa setelah itu dia ngeline lagi bilang kalo tadi diisengin temennya, aku sedih".

Kemudian galau sepanjang masa :(

Bukan meminta untuk menyelidiki isi dari hp anak2 kita, karena jika dilakukan mungkin akan membuat jarak semakin jauh dg mereka. Coba amati, kenali, kemudian dekati dengan hati, semoga mereka mau menjadikan orang tua sebagai sahabat tempat bertukarnya segala rasa.

Maka PR besar bagi kita untuk setidaknya mau dengar cerita mereka agar setelah itu meluruskan. Meluruskan dengan bahasa yang mudah dimengertinya. Meluruskan bahwa rasa yang fitrah itu tak semestinya diumbar. Meluruskan bahwa dirimu amat berharga dengan menjaga.

Agar perlahan, gak ada lagi yang kita lihat bermesraan di tempat umum, atau kasus2 yang bikin hati meringis teriris iris. Agar tak ada lagi BC di sosial media tentang anak2 yang penuh mesra dengan yang katanya kekasihnya.

Bismillah, jangan lagi ada dinding pembatas antara kita.
Jangan lagi hanya sekedar "ckckck anak jaman sekarang" di dunia maya, tapi diam di dunia nyata.

Yuk bergegas menyelamatkan, jangan menunggu 'punya anak' baru bergerak, karena banyak anak yang mesti diselamatkan, meski bukan dari rahim kita.

-Aldiles Delta Asmara-

#MiladRafa

Hari lahir, bagi kami yang katanya sudah dewasa ini memang sangat tidak berarti, tidak perlu diingat-ingat, tidak perlu dispesialkan, bahkan semestinya menjadi waktu tersendiri untuk memuhasabahi pribadi. Sudahkah utuh menjadi manusia penuh manfaat, ataukah masih sampai kini mengais manja berharap kasih dari orang tua. Ya, itu bagi kami, sekali lagi yang katanya sudah dewasa.

Tapi bagimu, dihari yang terkenang sebagai 2 tahun yang lalu. Ketika lahirmu adalah jalan juang, ketika tangis pertamamu adalah senyum merekah dari yang melahirkanmu, adalah suatu waktu yang teramat kami syukuri. Dua tahun, dalam pencapaian upayamu menjadi makhluk Allah nan sholih. Nak, semoga tahun-tahun setelahnya yang kau jalani nanti, adalah tetap tercatat sebagai tahun bakti bagimu untuk Allah(Rabbmu), Rosulmu, serta untuk ummi dan abimu.

Bersyukur sekali menjadi umma mu, meski bukan tiap menit bisa ku lalui dalam rekam jejak pertumbuhanmu, tetap saja, syukur ini berlimpah ruah ketika mendapati ragamu yang ceria, berlompat-lompat indah di rumah ini. Rumah masa kecil bagi ummimu.

Celoteh riangmu, ketakjubanmu pada ciptaanNya yang sering kau ungkap dengan "masyaa Allah" serta keriangan perkembanganmu lainnya semoga semakin membuat kami belajar, belajar untuk memahami bahwa duniamu adalah surga sebelum surga bagi kami. Semoga semakin membuat kami belajar, agar mendidikmu dengan meneladani sebagaimana nabi mendidik anak dan cucunya yang terdahulu, hingga engkau menjadi generasi yang tetap mengerjakan sholat, serta ketaatan dalam penghambaan padaNya. Dan semoga semakin membuat kami, terutama abi dan ummimu, belajar untuk mengungkap cinta agar kemudian kau ungkapkan lagi cinta untuk adikmu, dengan penjagaanmu, dengan kecup cintamu, dengan pengertianmu, dengam pengorbananmu, sebagai KAKAK untuk adik(adik)mu.

Ya sayang, semoga harapan-harapan ini tidak memberatkan pundakmu. Pundak yang dalam usia dua tahun sudah memikul kewajiban sebagai seorang lelaki yang bertanggung jawab dengan jalan surga bagi adik perempuanmu.

Tumbuh dalam keshalihan ya sayang...

*mencintaimu, sepanjang masa*

-Aldiles Delta Asmara-

Baik sangka lah...

Tentang suatu masa yang tidak kita tahu keadaannya, suatu masa yang masih rahasia, nampaknya kita harus terlebih dulu mengontrol prasangka, agar ia nya tidak mengarah pada buruk sangka. Karena yang kita tahu, musuh sejati kita selalu menyelinap dalam ruang hati dan akal kita, kemudian menjejak meninggalkan prasangka yang membuat resah. Padahal kita tahu, bahwa Allah bergantung pada prasangka hambaNya. Mungkin musuh sejati kita benar-benar ingin agar kita berburuk sangka hingga ia mewujud nyata. Naudzubillah..

Oleh karenanya, belajar lah untuk menepis segala keburukan dari tiap prasangka. Mengubahnya menjadi suatu kebaikan dengan baik sangka dan percaya, bahwa Allah tak akan menelantarkan kita, tak akan menerbangkan kebahagiaan kita hilang bersama udara, dan tak akan menjatuhkan kita sejatuh-jatuhnya. Sekali lagi jika kita percaya.

Mengawali masa dengan baik sangka sungguh membuat bahagia. Ia benar-benar sesuai sangka kebaikan yang kita upayakan. Tiada kesedihan, tiada kecewa, tiada kesulitan di dalamnya.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mengajarkan untuk berbaik sangka.

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺbersabda, Allah سبحانه وتعالى berfirman,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih).

-Aldiles Delta Asmara-

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger