Pinta kami -Hari Guru-

Nak, boleh ibu meminta sesuatu sebagai gurumu?
Begini.
Apalah arti sebatang coklat, setangkai bunga, sebait puisi pada hari ini?
Ah ya, romantis memang.
Membuat mata kami berkaca-kaca memang.
Membuat hati kami haru memang.
Tapi, semu :(
Tapi sekejap waktu :(

Bolehkah jika hadiah itu melebur pada akhlakmu?
Agar abadi bahagianya, agar awet kebaikannya.

Hadiahi kami dengan tutur manismu sepanjang waktu.
Bukan, bukan hanya pada kami, tapi juga pada teman-temanmu. Pada pedagang yang kau temui di kantin, pada tukang sapu yang tiap hari berlelahan memungut sampahmu, pada semua orang yang kau temui dalam hidupmu.
Bisakah nak, bertutur manis pula pada mereka?

Hadiahi kami dengan kepekaanmu melihat lingkungan belajar kita, memunguti sampah bekas makan dan minum yang berserakan, menasehati dengan santun teman yang masih khilaf membuang sampah sembarangan, dan menahan diri untuk membuang sampah meski kecil saja.

Hadiahi kami dengan keshalihanmu, dalam saf-saf berjejer rapi tiap waktu solat saat di sekolah, dalam doa-doa rahasia untuk kami, dalam salam penuh doa tiap jumpa dengan kami, dalam lantunan doa tiap kita akan memulai dan mengakhiri aktifitas ilmu. Nak, kami kadang lupa, maka ingatkan kami saat terlupa, agar selalu berdoa sebelum dan sesudah menemanimu meraup ilmu.

Hadiahi kami dengan santunnya akhlakmu, bukan hanya pada kami, tapi juga pada yang lainnya. Mudah meminta maaf, menahan diri untuk tidak menyakiti teman, tidak merusak peralatan belajar kita, tidak memandang remeh orang yang tak seberuntung dirimu.

Dan yang terpenting dari permintaan ini, jadilah pemuda pemudi yang menjaga dirinya. Betapa hidupmu berharga, jalanmu teramat panjang, pencapaianmu gilang gemilang jika kau tak hanya sekadar sibuk mengurusi urusan hatimu, sibuk menjelajah perasaanmu, sibuk menghabiskan waktu dalam detakdetik yang justru menjeratmu. Jagalah nak, seberusahanya engkau menjaga prestasimu agar tetap baik. Jagalah nak, sebab waktumu begitu singkat untuk kau lalui.

Maafkan, maafkan betapa banyak permintaan ini. Sungguh ini lebih membahagiakan, berlipat-lipat dan berlapis-lapis tebalnya kebahagiaan kami jika permintaan ini mewujud nyata dalam keseharianmu.

Sulitkah nak?
Akan kami bimbing, mohon terima selalu bimbingan kami, mohon bantu kami dalam membimbingmu.

Terima kasih sudah bersabar menjadi murid kami.

Salam cinta yang amat tebal,

Gurumu.

-Aldiles Delta Asmara-

#MendidikituMencintai

Bukan

Maaf ya, maaf sekali.

Aku tak nyaman. Aku utarakan ini pada lingkaran kata yang aku harap tak kau mengerti maknanya, agar apa? Agar kau tak perlu merasa bersalah.

Aku tak nyaman, dengan segala rengekanmu yang mewujud hinaan. Masalahmu di mana? Oh maaf, salahku atas takdir ini di mana? Kau tahu apa?

Kemudian kau berkilah bahwa ini wujud cinta?
Haha, mari kita tertawa.
Cintakah jika membuat luka?
Cintakah jika tercabik hati yang satunya?
Cinta bukan seperti ini.

Maaf, bahkan siswiku yang memiliki keterbatasan lebih tahu lebih dalam makna cinta.
Ia punya doa.

Kau punya apa?
Sekadar lisan bertutur tak beradab atas kepongahan diri.
Milikmu kah kebahagiaan itu?
Kuasamu kah kenikmatan itu?
Bukan.

Bahkan seujung kuku pun itu bukan milikmu dan kuasamu.
Maka, apa yang pantas kau banggakan?
Maka, apa yang pantas kau hinakan dariku?
Maaf, sebab aku cinta.
Maka cintaku mewujud diam, agar tak perih hatimu, hatiku, hati kita.

-Aldiles Delta Asmara-

251115

Takhta Penjagaan

Bertakhta dalam penjagaan, seumpama hujan yang tertahan oleh terik. Allah jaga dengan sebaik-baik penjagaan, menunggu untuk menjatuhkan hujan pada waktu yang tepat.

Meski kau dari sejak dulu berlirih menagih dengan pedih, Allah suka saat kau pinta.
Maka mengulang-ulanglah doa menjadi ramuan dalam pedih yang semakin mendidih, dalam rindu, dalam harap, dalam ruang yang entah dipahami siapa.

Hingga Ia, berujar dengan hikmah.

Dan kemudian kau pun terpana, dengan segala kemurahan hatiNya dalam mengabulkan pinta.

Allah sebaik-baik penjaga, Allah sebaik-baik tempat meminta.

Allah sebaik-baik penjaga permintaan hambaNya.

Al-Mu'minun:60 - Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu...."

Al-'A`rāf:55 - Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Maka, tak perlulah kau berisyarat pada yang selain Allah.

-Aldiles Delta Asmara-

Dalam detik-detik

Ayah

Ayah..
Hari ini orang-orang sibuk memposting foto dengan ayahnya. Sambil bertuliskan "Selamat Hari Ayah"

Ayah..
Kapan terakhir kali kita foto bareng?
Ah entahlah ayah, dek lupa.
Sebab, zaman sebelum kau pergi bukan zaman foto dalam genggam.
Masih tersimpan atau tidak foto itu juga dek gak tau ( tapi tenang Yah, kenangan bersamamu tak hilang. Masih tersimpan dan rajin dek putar ulang)

Yang dek ingat, hanya..
Engkau cinta pertamaku.
"Ayah, dek cinta ayah"
Yang kau sambut baik dengan peluk hangat.

Ayah..
Hari ini semua berlomba-lomba bercerita tentang 'ayah'nya.
Dek boleh ikutan ya Yah?
Cuma mau bilang, terima kasih telah memilih mama sebagai tanggung jawab pengasuhanmu yang pertama.
Mama yang teramat hebat, masyaa Allah..

Ayah..
hari ini ataupun esok, tetap sama.
Tetap hari untukmu, ayah.
Yang kini dalam doa.


Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu.


-Aldiles Delta Asmara-
Anak bontot kesayangmu yang dulu suka engkau panggil "anak bontot ayah iniiih"


Peduli

Kesholehan itu mestinya satu paket dengan peduli. Tanggap dalam rasa maupun raga. Sebab pribadi sholeh yang peduli bisa mengundang orang lain untuk menjadi sholeh, sedang jika pribadi sholeh minim peduli, ah entahlah.
Masihkah menjelma menjadi panutan dalam masyarakat?

Bukankah sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat untuk ummat? Untuk masyarakat?

Lalu bagaimana cara menjadi manfaat jika bukan dengan peduli?

Jangan sampai ketidakpedulianmu membuat orang lain enggan menjadi sholeh.

Bukankah dulu Islam menyebar luas karena nabinya terkenal sebagi pribadi yang amat sangat peduli?

Ah, semoga kamu paham.

-Aldiles Delta Asmara-
7Nov15

Kala

Ada kala
Rindu tak terbendung dari anak kecil 2 tahun di ujung Kalimantan sebelah sana
Mengambil alat penghubung menuju Jakarta
Menekan tombol nomor
Kemudian berbicara
"Umma, abang kangen, umma pain?"

Ada kala
Rindu tak terobati hanya dengan sekadar kata
Ia menjelma menjadi bertitik-titik perwujudan doa dari seorang umma kepada 2 malaikat kecil di sana.

Ada kala
Anak kecil 2 tahun kembali pada fitrahnya
Bermain, eksplorasi, berpetualang
Hingga meletakkan sejenak rindu pada tempatnya
Berujung kata
"Ummi, abang ga mau telpon umma, abang main"

Ada kala
Umma dengan setia menantimu bermain
Hingga kemudian kembali menggenggam rindu
Dan membisikkan
"Abang sayang umma"

Dan ada kala
Kita akan berjumpa
Di suatu masa
Yang Allah ridhoi waktunya.

Semoga. -Aldiles Delta Asmara-

#tulisanDiles #Rindu #Rafa #Samarinda #Jakarta #ummakangen

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger