Bagaimana jika?

Bagaimana jika..
saat tawa itu begitu merekah
hatimu justru merasa sakit luar biasa..

Bagaimana jika..
perkumpulan yang kau harap membawa kebahagiaan
justru kau rasakan rumit dan sebagai beban..

Bagaimana jika..
perrtemuan yang sangat kau harapkan
justru membuatmu kecewa..

Bagaimana jika???

Bagaimana jika??

Bagaimana jika??

Jika..

Jika bagaimana??


aaahh...semoga istiqomah dan di istiqomahkan

dialog dari sudut hati


Kak biarkan aku mencari
Meskipun orang lain memandangku lirih
**
Dek, bagaimana bisa aku membiarkanmu
Sedangkan kau tak tahu apa yang sedang kau cari
**
Kak, aku tahu, hanya saja aku terlalu ragu melangkahkan kaki
Semua abu-abu
Tak ada yang terlihat jelas bagiku
Kadang jalan yang ku tempuh terlihat nikmat
Tapi kadang justru mencelakakan aku
Membuatku jatuh
Ah ka, aku benci dengan tatapan mereka
Tatapan yang menganggap aku tidak bisa apa-apa
Aku bisa kak, aku bisa..
Aku bisa meyakinkanmu, meyakinkan mereka
Bahwa aku bisa, aku mampu, dan aku berhak!
**
Hmmm dek, aku percaya, sangat percaya
Bahwa kau mampu
Aku tak kan memaksamu mengikuti jalanku
Tapi tak juga ku biarkan kau lepas dari genggamanku
Aku hanya melihatmu dari jauh
Dan tentu dengan penguasaan dari Rabb mu
Aku percaya itu, terlalu percaya bahkan..

Mendidik adalah mencintai

Mendidik adalah mencintai
mencintai pekerjaanmu
mencintai anak didikmu
mencintai masalah yang terjadi pada mereka..

jika mendidik adalah mencintai
maka tak kan ada lagi keluh
tak kan ada lagi lelah
yang ada hanya rasa syukur yang berlimpah

karena mendidik adalah cinta
maka selayaknya setiap desah nafas, gerak langkah, dan ucapanmu
adalah untuk mendidik

Hal lain dari cita-cita


Minggu 11 September 2011
Percakapan siang itu..
“jadi guru kan enak, tunjangannya banyak.”
*glek, dia berbicara atas dasar apa yah??
Hmm..jadi teringat sekitar 4 tahun lalu, saat itu saya masih kelas 12, sedang bingung-bingungnya mencari pendidikan lanjutan yang baik untuk masa depan saya, yang waktu itu sering berganti, dari yang ingin jadi polwan, ahli rontgen, penerjemah bahasa Jepang, dan pada akhirnya, hati saya melabuhkan pilihan. Dan saya sadar bahwa ini pilihan tepat. Menjadi guru, seorang pendidik. Dan bukan atas iming-iming tunjangan besar pastinya, ah entah kenapa dari dulu saya paling malas mendengar seseorang yang memilih pendidikan lanjut karena iming-iming gajinya yang besar. Tapi yasudahlah, itu hak mereka.
Lanjut ke saya.
Motivasi terbesar saat saya memilih jurusan ini, adalah karena dakwah *ciellah
Yap benar, tidak ada iming-iming gaji yang besar,yang ada dalam pikiran saya adalah bahwa saya akan menjadi seorang guru, yang dengannya dapat membimbing manusia menuju jalan kebenaran, kalau bahasa kerennya dakwah. Emmm, mendidik juga termasuk dakwah kan? Menyeru kepada kebaikan. Dan untuk itu, saya tidak perlu ragu dengan masa depan saya saat memilih profesi ini. Janji Allah toh? Dalam surat Muhammad ayat 7: “wahai orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. Allah tak mungkin mengabaikan kita, apalagi untuk seseorang yang menyebarkan kebaikan. Tak pernah ragu.
Dan cita-cita ini sudah menjadi kebiasaan saya sejak sebelum lulus SMA, mendidik. Mengajar privat, anak-anak sekitar rumah. Dan dari sana saya sudah menemukan kenikmatan yang luar biasa sebagai pendidik. Ah tak salah memang saya memilih jalan ini, dan tak salah juga saya menjadikan hal ini sebagai sebuah hobi. Dan yakin bahwa jalan ini benar-benar jalan yang baik.
*berterima kasih pada mereka yang sudah membantu saya menemukan hobi mulia ini. Dan sangat bersyukur karena Allah meridhoi saya untuk meneruskan pendidikan ditempat saya bias menyalurkan hobi mendidik ini. Dan saya bangga telah menjadi bagian dari kampus pendidikan ini. Universitas Negeri Jakarta.

Surat Dacil Syarah


aku tahu, kalau aku pulang nanti pasti kak diles enggak nangis soalnya sudah keliatan dari wajahnya.
**(sedih membaca ini, karena ternyata saya belum maksimal mencintainya sehingga dia beranggapan seperti ini)

tapi aku sudah anggap kak diles sebagai bintang yang bersinar menerangi hidupku. Dan matahari yang telah menerangiku. Tapi kalau aku sudah pergi ke Padang, kak diles tak menangis tak papa, aku tidak perlu itu. Tapi yang terpenting kasih sayang darimy. Tolong perhatian padaku, tapi kalau kak diles tidak bisa lakukan itu tak apa aku enggak marah. Terima kasih

Syarah cantik
kak dila keren
kak diles cakep
aku dan kamu forever
i love kak dila dan kak diles

******
Allah, benarkah apa yang disampaikannya??
mungkin iya, mungkin memang benar dia merasakan hal itu
merasakan bahwa aku tidak mencintai dan menyayangi secara tulus..
Rabb, bantu kami memperbaiki ini
agar tak ada lagi rekayasa dalam cinta kami
agar ketulusan itu benar-benar menyelimuti kami

Ramadhanku..

bismillahirrahmanirrahim..

kurang dari sehari lagi akan berjumpa dengan bulan yang termata mulia, ada kekhawatiran, apakah Allah mengizinkan aku untuk tetap hidup dan melalui ramdhan ini. mudah bagi Allah dalam hitungan detik pun untuk menyabut nyawa hambanya. Semoga Dia masih mengizinkan ku untuk melewati ramadhan tahun ini.

*****
Tulisan ini di buat sebelum tamu agung hadir, dan saat ini..
 8 hari sudah kita ditinggalkan oleh tamu agung, berarti seharusnya sudah ada refleksi tentang perjalanan 1 bulan penuh mulia itu. Dan, ternyata belum sesempurna yang aku targetkan. Rabbana, masih saja membuang-buang kesempatan yang mungkin tidak bisa ku jumpai lagi.
sedih melihat waktu sia-sia orang-orang sekitar saat bulan mulia ini tiba. kalau boleh, aku ingin meminta waktu mereka untuk ibadahku, haha..
Hmmm...saatnya memperbarui amalan di bulan syawal ini. bersiap-siap menjemput ramadhan tahun depaaaaaannnn....

*azzamku..

Yakin dari Allah

Dek kamu yakin??
atau dek sudah yakin kah??

aku tidak tahu, jujur saya pun tengah mencari keyakinan itu..
di tiap pertiga malam terakhirnya..


hanya Allah yang dapat meyakinkan aku..
dan sampai saat ini pertanyaan itu belum bisa ku jawab dengan anggukan pasti..
masih menunggu Allah yang meyakinkan ku..
dan saat masa itu tiba, semoga bisa ku bedakan antara keputusan Allah
dengan inginku yang memaksa

keyakinan untuk berkata iya, ataupun berkata tidak..
Bismillah..
^_^

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger