bintang jalanan (bintang hatiku)

Dan mereka, anak-anak jalanan itu, dengan mudahnya mengambil hatiku. Entah mengapa, dalam segala kekurangan mereka, layaknya mereka telah menyihir mata dan hatiku, seakan aku melihat keindahan dalam pakaian kumalnya, dan kulit terbakar mereka. Ada bahagia terselip saat mengamati mereka dari jauh, tertawa, bahagia, walau mungkin hanya sesaat dari derita yang mereka punya. tetapi tetap mereka telah mengalihkan duniaku, menghilangkan rasa kantuk yang menyerang saat berada di dalam angkutan umum.
Apa yang membuat mereka begitu menyihirku??
aah aku ingin segera menjadi bagian dari mereka, mengajak mereka tertawa dengan makna, dengan tawa lepas dan bukan tawa ejekan.

mari nak, kita bernyanyi bersama, dalam tawa lepasmu..
ajarkan aku bahwa bahagia itu mesti diusahakan dan dibagi..
bukan hanya milik sendiri..
dan kau tahu, bahwa kalian berhak bahagia
saat ini ataupun nanti..
izinkan aku menjadi bagian dari hidupmu
meski hanya sebagai pengagum rahasiamu
yang tak kau sadari kehadirannya..

kami (mahasiswa PPL)

"Baru PPL tahun ini aja niyh yang omongannya nikaaahhh mulu, kayaknya udah pada pengen nikah yak?"
komentar salah satu bidang studi di tempat aku dan teman-teman PPL.
dan kita yang jadi tersangkanya hanya cengarcengir malu karena label ABG pada akhirnya melekat pada diri kami berempat.
Sekelumit kisah di tempat PPL ini membuat waktu terasa singkat sampai akhirnya tanpa kami sadari jatah kami di sini tinggal dua minggu lagi. Antara horeeee dengan yaaaaahhhh udah gak di labschool lagi.
yeheehehe..
antara senang dengan sedih pastinya.
Sekolah yang menjadi tempat kami untuk "kuliah lagi", menjadi tempat kami untuk latihan sebagai guru yang sebenarnya. Membahas kasus bersama, diskusi-diskusi tentang anak jalanan, pola asuh orang tua sampai diskusi tentang bagaimana merawat diri, alias luluran dan maskeran pake cara yang alami. hihi ^^

hhhh ba'da ujian bimbingan klasikal hari ini berasa plong banget, legaaaaaaaaaa...
tinggal satu langkah lagi dan kami akan berpisah dengan semua ini.

kisah matahari, burung, dan pohon

Matahari bersembunyi di balik pepohonan..
katanya, belum tiba giliranku untuk memperlihatkan diri..

Dan burung terbang dengan indahnya..
terlihat bahagia dan telah tahu akan kemana..
berkata dia, aku harus melanjutkan perjalananku..

Dan pohon, dengan segala keteduhannya menjadi saksi atas tingkah sang matahari dan burung..
bersorak ia pada mereka, aku akan tetap di sini untuk kalian dan menjadi saksi atas hidup kalian..
wahai matahari dan burung..

*sudut gelap hatiku

:(


kau tahu?
bahagia itu tak melulu harus bersama..
ada garis yang memang berbeda untuk kita..
langkah kita pun tak selalu beriringan..
maka wajar jika ada yang lebih cepat sampai diantara kita..
khawatir itu tak perlu,,sebab..
aku pasti akan menyusulmu..
hingga kelak kita bisa beriringan kembali..

*sudut gelap mataku

Sang Penguasa

Dan kuasa Mu melampaui kekuasaan mereka..aku yakin itu!
Dan kini ku yakin Kau hendak menguji keikhlasanku dalam takdir Mu..
Menyeruak, terbuka dan pada akhirnya aku tahu bahwa ini mencipta menjadi bahagia dari Mu..
Sang Penguasaku...

*dalam linangan air mata yang tertahankan

Menyesuaikan takdir

Ternyata memang kita tak kuasa mengubah takdir Allah, tak sedikitpun bisa..
karena...
Mengintip pun kita tidak Allah izinkan, apalagi mengubahnya.. :)
meskipun begitu kita harus sebaikbaiknya berusaha..
agar kelak kita dapat menyesuaikan usaha kita dengan takdir Allah..
dan semoga takdir baik yang kita dapatkan..

*hasil coratcoret di hape baru,,hehhe

Anugerah Terindah yang pernah ku miliki

Lagilagi, untuk kesekian kalinya tersadarkan bahwa memang setegar apapun seorang anak, sekuat apapun dia menjalani kehidupan, setangguh apapun dia menahan air mata, dia tetap membutuhkan sosok yang dapat memeluknya dikala dia menangis, dan menenangkannya dari keterpurukannya. Dan sosok itu tak ada yang lain selain ibu, umi, mama, bunda, apapun panggilannya. Benar kan?
Dan membaca artikel ini benar-benar membuat saya bersyukur bahwa saya masih hidup bersama mama, mama yang masih bersedia memasakkan makanan buat saya, yang setiap pagi mau berangkat selalu mencium dan memeluk saya. Yang jika setiap malam saat saya sudah di dalam kamar, selalu mengetuk dan bertanya pada saya "ada yang mau diceritain hari ini?"
aah mama, terlalu indah untuk hanya di tulis dalam sebuah blog, mama memang tak sekolah tinggi, tak pernah mengenal psikologi perkembangan, tak pernah mengenal teknik berkomunikasi, tapi mama tahu bagaimana caranya membuat seorang anaknya merasa bersyukur telah memiliki dirinya, sebersyukurnya aku hari ini karena Allah telah mengaruniakan sosok ibu yang luar biasa.
Dan itu juga yang akan aku lakukan untuk mama, menjadi seorang pribadi yang karenanya mama bersyukur telah memilikiku sebagai anak, bersyukur karena telah merawatku hingga kini, bersyukur karena telah menyekolahkanku sampai setinggi ini. Walau aku tahu, bahwa telah banyak air mata yang tertumpah karena ku, berharap air mata itu air mata bahagia yah ma :)

Membayangkan jika hidup tanpa mama....
gak bisa,,,,,,dan gak mauuuuu,,,,,




Menjadi guru untuk anak sendiri

Betapa memang pendidikan dari orang tua itu lebih penting dari segala pendidikan mahal yang ada di dunia. Mungkin seseorang bisa berhasil dengan pendidikan tingginya yang dari luar-luar, bisa menjabat jadi menteri, direktur, pengusaha, ah apalah itu namanya. Tapi itu tak menjadi berguna jika pendidikan karakter dari orang tua tidak ditanamkan sejak mereka kecil, jadilah mereka pribadi-pribadi tanpa akhlak. Ugh

Lihat saja mereka, remaja-remaja itu, murid-murid kita, binaan-binaan kita yang bermasalah di sekolah, coba dekati mereka, tanyakan bagaimana orang tua mendidik mereka, dan saya sudah menemukan sebagian besar, remaja-remaja yang dipandang bermasalah oleh lingkungan sekitar adalah mereka yang "diabaikan" oleh kedua orang tua mereka. Ayah  yang jarang pulang, mama yang sibuk ke salon, arisan ini itu, atau juga bekerja seperti suaminya. Seolah mereka berpikir bahwa perjumpaan tiap sabtu minggu itu sudah cukup untuk membahagiakan anak-anak itu. 

Saya tidak ingin mendidik dengan cara seperti itu, seakan amanah mendidik anak hanya sekedar memberinya harta, mencukupkan mainannya, jalan-jalan ke luar negeri, itukah bahagia. Remaja seperti itu, benar-benar merasa terabaikan. Tak bedalah dengan orang tua-orang tua dari anak-anak jalanan, yang juga kurang kasih dari orang tuanya, yang juga jarang berjumpa dengan mereka. Tak beda.

Saya tidak ingin kelak anakku menjadi seperti remaja-remaja kaya atau remaja-remaja jalanan yang terabaikan itu. Memilih menjadi guru hanya untuk anak-anakku, mendidik mereka, bukan hanya sebatas matematika, fisika, atau kimia. Tapi saya jugalah yang akan mendidik karakter mereka, menjadi Murobbi bagi mereka, mengajarkan mereka baca qur'an, mengecek hafalannya, mendengar cerita-cerita harian mereka, menikmati setiap fase perkembangan mereka. Setinggi apapun kelak saya sekolah nanti, akan mencurahkan, mempraktekan teori yang saya dapat untuk anak-anak saya, tak ridho jika mereka menjadi anak pembantu, yang dekat dengan pembantu, yang tidur dengan pembantu, yang mandi dan makan dengan pembantu. Tidak.. Tidak..

Saya jadi teringat perkataan seorang kakak inspirasi saya, seorang psikolog, perempuan dengan pendidikan tinggi yang memilih menjadi ibu rumah tangga, guru untuk anak-anaknya, dan ada satu ucapan beliau yang menjadi motivasi saya:
"mba mah klo berpikir niyh anak yang penting gede, yang penting hidup, itu mah gampang, tapi kan bukan seperti itu yang mba mau, mba mau nya anak-anak mba, mba yang didik, mba yang perhatikan."
 Sedikit tapi memotivasi, terima kasih mba. semoga seperti itu juga denganku. Menjadi ibu yang semata-mata mendidik anaknya.
Semoga..

*inspirasi dari mengamati kasus di sekolah, dan perbincangan dengan para guru: "untuk apa mendidik anak-anak orang tapi anak sendiri terabaikan? mending jadi guru buat anak sendiri aja!"

Untukmu ibu, coba lihat anak-anakmu
yang menanti suapanmu
yang menanti tatap kasihmu
yang menanti peluk hangatmu 
bukan dari mba yang merawat mereka
tapi mereka mengharapkan itu dari ibunya..

Untukmu ayah, memang nafkah ini adalah tugasmu
tapi taukah bahwa mereka juga butuh bermain kuda-kudaan denganmu
berharap kau mau mendengar cerita mereka tiap harinya
bukan mendapatkan ayah yang pulang dengan segala lelah

belum usai

aku tahu, bahwa kita tak mungkin selamanya bersama..
ada takdir Allah yang memisahkan kita..
dan aku juga tahu, bahwa di sana sudah terdapat catatannya..
yang sama-sama tidak kita ketahui isinya..

dialog hati dari amah untuk Faris

Semakin mencintai faris, usianya belum genap 3 tahun, tapi dia sudah pandai mengatur emosinya dan menyelesaikannya dengan berkomunikasi. Dan entah sudah berapa kosa kata yang dia kuasai, sampai-sampai saya pun sebagai amah nya sering takjub akan kepintarannya dalam berbicara.
Seperti malam ini, malam yang cukup penat bagiku, saat harus menyicil tugas laporan. Faris meminta tidur dengan amah nya, bukan dengan abi umi nya, tetapi sayang, hari ini karena tugas ini, faris sedikit terabaikan olehku yang asik memandangi layar laptop. 
Dan jadilah dia merasa terasingkan, dia mulai mencari perhatianku dengan mengganggu, memencet-mencet tuts laptop, membuang-buang kertas menggoyang-goyangkan layar laptop dan aku cukup terganggu dengan tingkahnya ini, dan dengan suara yang mungkin cukup tegas saya menegurnya:
saya "faris, amah gak suka!"
dan itu tidak menghentikannya, faris tetap menggangguku, tapi setelah beberapa lama, dia diam sambil melempar-lempar kertas, dan saya melanjutkan mengetik di laptop.
tidak lama, karena merasa bersalah dengannya, saya menegurnya:
saya: " faris marah yah sama amah?"
faris: "iya"
saya: " emm maafin amah yah, tadi amah lagi kerja. mau kan maafin amah?"
faris: "gak mau"
saya; "amah peluk ya?"
faris: "gak mau..."
saya: "faris maunya apa nak?"sambil memeluknya dan mencium keningnya.
faris: "ais mau bobo sama umi"
saya: "loh kan tadi dah janji sama amah, kalau bobo sama amah, gak minta pulang"
faris: "bobo sama abi, sama umii" dan air matanya jatuh.
saya: " yaudah amah telp abi yah biar di jemput, tapi amah minta maaf yah sama faris, faris mau maafin amah"
faris: "iyaaa, ais mau sama abi"

dan pulanglah dia dijemput abinya. Sedih karena bikin faris BT, tapi lucu juga mengingat dia yang sudah bisa menyampaikan kekesalannya padaku dan mengingat ekspresinya saat kejadian tadi. Hmmm malaikat kecil....
* berharap bisa terus bersamanya dan terus ada pada tiap fase perkembangannya






Jenuh

Jenuh itu saat sudah menyiapkan waktu untuk ngobrol, tapi ternyata yang ngajakin ngobrol bilang "besok aja yah". padahal dah nunggu satu setengah jam :(
Bukan gak ikhlas sama waktu, ini faktor hidup dibayang-bayangin oleh laporan PPL, jadi yang ada dalam pikiran bahwa gak boleh menyia-nyiakan waktu, mending duduk depan laptop dan kerjain deh tugasnya, bukannya menunggu satu setengah jam dengan kesia-siaan.
Gak sabar?
emang! yaaa gimana yah, jenuh aja, menanti cerita yang seharian terpendam karena gak ketemu, penasaran, galau, gelisah, deg-degan, menyiapkan hati, tapi eeeeeeehhhh.
Yaudahlah, mungkin ini yang dinamakan proses menyiapkan hati, menyiapkan hati dari kekecewaan.
Maaf buat saudari yang terkena imbas jenuhnya, memang sedang tak minat membahas yang lain selain tugas. Semoga aja ni tugas cepet selesai.

*baru kali ini curhat di blog

#ruang hati antara penasaran, jengkel, jenuh bercampur jadi satu.

6 warna pelangi itu


6 warna pelangi itu.
Pelangi itu bernama ukhuwah, jika aku kuning, maka kau pasti biru, hijau, ungu, merah atau merah jambu. Kita memang berbeda, itu yang kita tahu dari ukhuwah, karena perbedaan yang kita miliki, maka kita membentuk sebuah pelangi, pelangi ukhuwah. Dan izinkan aku menceritakan tentang menyatunya pelangi ini.
Juli 2008
Sedang sibuk-sibuknya mendaftar ulang diperguruan tinggi, menghitung-hitung uang, clingakclinguk mencari teman, membaca-baca lagi ijazah SMA, antri di loket, duduk termenung mikirin jalan pulang atau kost yang menjadi tempat tinggal selama 4 tahun, ah itulah pemandangan sebagian besar di kampus itu pada hari itu, pendaftaran ulang mahasiswa baru Universitas Negeri Jakarta. Dan di sana kita bertemu, seseorang yang mirip dengan gayaku selama ini, jilbab lebar, bermanset dan berkaus kaki, menyapa satupersatu dari mereka, dan ternyata kita satu jurusan ^^, 6 orang itu. Dan aku pun iseng bertanya, liqo di mana??hehhee *padahal itu pertanyaan rahasia katanya.
Ternyata benar, dari sana hati kita mulai bersatu, bukan karena kita ekskulisif, kita tahu itu. Kita hanya sekelompok orang yang berkumpul untuk saling memuhasabah ibadah kita. Dhuha, tilawah, makan siang, sholat zhuhur, ashar, kita selalu bersama, sampai kita bikin majelis syuro sendiri kan *eh yang ini harusnya rahasia
Kita merencanakan program-program dakwah untuk kelas kita, membuat strategi-strategi untuk mendekati mereka, membaur dengan mereka, yang setiap bulan kita evaluasi bersama kekurangan-kekurangan itu. Merindukan masa itu. Oke sekarang saya mau menceritakan tentang warna pelangi itu.
Aku:
Seorang yang kalian kenal yang suka bengong-bengong di kelas, tidur di kelas, dan orang yang paling kebingungan jika di minta menceritakan masalah, kata-kata andalannya “bingung, sepertinya saya gak punya masalah” dan kalian akan menjawab “itu masalah lo, merasa tidak punya masalah”. Dan makin bingung lah aku mendefinisikan kata-kata kalian. Dan kalau ada tugas yang jangkanya sebulan, maka kalian pasti akan menemukan aku menjadi orang yang paling santai sekelas, karena yang lain sudah mengerjakan jauh-jauh hari, tapi kalian menemukan aku yang baru mengerjakan satu hari sebelum deadline. Saat orang lain memandang aneh kepadaku, dan berisik berkomentar, maka kalian pun yang membela “tenang aja, ntar juga pasti selesai dia mah”. Dan kata-kata itu yang paling aku suka, seolah kalian sudah sangat mengenal ku.
TY:
Akhwat yang galak menurutku, hehe. Yang tidak menoleransi kesalahan, yang tidak bisa memanipulasi ketidaksukaan pada orang lain(hampir mirip sebenarnya denganku, tapi dia lebih, hehe) kritis di kelas, kalau yang ini berbeda denganku yang seringnya bengong-bengong. Ampun-ampun kalau menegur orang, yang sampai kami, saudarinya saja ngeri dengernya, tapi aku suka berbicara membahas umat dengannya, karena pasti dia akan sangat meluap-luap membahas permasalahan umat. Yang biasanya saya balas dengan anggukan-anggukan tanda setuju.
RA:
Dibilang pendiam enggak, cerewet gak juga, hmmm. Misterius sepertinya menggambarkan dirinya. Saat saudari-saudarinya rapuh, biasanya saudariku yang satu ini yang paling peka, mengelus-elus pundak kami, memberi kekuatan pada kami, terlihat sepertinya dia tidak memiliki masalah. Tapi saya paling tidak tega jika sudah melihatnya menangis, itu artinya masalah yang dihadapi sudah berat. Saudari yang tangguh, terbukti dia mau menerima amanah saat kami menolak, dia dengan anggukan yang pasti menerima amanah itu. Dan dia orang yang paling lembut hatinya, saat kami sedang tidak menyukai salah satu teman di kelas, maka dia yang menetralisir emosi kami. Dan saya menyukai gaya dia berbicara, memimpin dan cara belajarnya.
NIR:
Seorang saudari yang membuat kami iri, entah ini pujian atau hinaan baginya, kami sering mengucapkan: “ah kamu mah udah liqo dari sejak dalam kandungan, dan begitu lahiran juga udah dijilbabin” dan dibalas dengan tawa kecil yang manja darinya. Seorang saudari yang bagiku, masih terlihat seperti remaja(karena mungkin dia yang paling muda diantara kami) yang suka ngambek di rumah, yang suka bermanja-manja pada kami, ah tapi aku suka dengan manja, karena dari situ saya melihat dia bisa mengekspresikannya dengan tulisan, dan saya salah satu pengagum rahasia dari semua tulisannya ^^v
YNFJ:
Hmmm ini dia, yang kami anggap pemimpin kami dalam perjalanan ukhuwah ini, dia yang mengevaluasi ibadah harian kami, yang mengecek hafalan surat kami, mengecek kehadiran pekanan kami, yang hafalan qur’annya paling banyak, yang pasti membuat kami iri, dan saya selalu mengingat dia saat saya tilawah, karena biasanya saya selalu menegurnya saat kami tilawah bersama, bacaan qur’annya itu loh, secepat kilat, ngebut tanpa rem, hehehhe. Tapi itu yang membuat saya selalu ingat dengan dirinya, hoooo
Khae:
Dia saudari yang sepertinya sering saya dzolimi, saudari yang lucu dan menggemaskan sehingga tiada hari bagiku untuk menggodanya, afwan yah ukhtiku. Dia, saudari yang sangat kritis, yang pemikirannya luar biasa, sampai-sampai aku sering kewalahan menjawab pertanyaannya, terlalu sulit bagiku,hehehe. Tapi aku kagum, walaupun pemikirannya tanpa batas, ia tetap dalam koridor ketaatan pada Allah. Dan aku suka itu.

Benar-benar sebuah warna dalam pelangi, kita saliing melengkapi dan mengisi segala kekurangan kita. Yang saling mengerti, memahami, dan memaknai persaudaraan ini dengan sangat indah. Merindukan kebersamaan kita saat pertama berjumpa, melakukan segala hal dengan bersama.
Semoga masih ada dalam memori kalian, saudariku yang ku cintai karena Allah, yang tak pernah absen dari daftar robitohku. Semoga seperti itu pun aku di dalam robitoh kalian. ^^

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger