Maka pada senja yg kemarau di tengah jiwa, ia merindukan hati yang berdoa...
Maka pada pagi yang menelantarkan terik, adakah peduli terusik?ataukah hanya menjadi penonton bagi gaza yang tercabik?
Maka pada malam yang tertaburi bintang dan bulan yang terpampang, kemanakah kau sandarkan kening? pada sajadah dalam harapan yang hening, ataukah pada bantal yang tak bergeming?
Maka pada terik yang tak berarti kemarau, ku sebut pinta dalam doa yang parau. Ia gelisah, menyebut pagi yang masih rahasia dalam usia, sedang angka kealpaan menjejak nyata.
Maka ketika pagi menyingkap kelam malam, akankah nurani terdiam? ataukah larut dalam doa-doa panjang yang mendalam, tentang kekejian yang terekam?
Maka pada deru takbir yang menderu, aku menyisakan harapku yang membeku, beratus, berjuta bersekian pun terangkum menjadi satu, yang aku mau kamu :)
Maka, ramadhan pun berlalu dalam suatu pinta yang kian syahdu. Aku tentang ibadahku dan pengharapanku..
Rabbku, Kau Maha Tahu :)
Taqabbalallahu minna wa minkum..
Jejak ramadhan 1435 H
@diles_delta
Kau memang layak berbahagia dengan segala keputusanmu tanpa mempertimbangkan pendapat dari yang lain, tapi? Tidakkah terpikir untuk menyertakan Ia dalam setiap pilihan, dalam setiap keputusan, dalam setiap sedu sedan?
Karena, tak mengapa jika tak ingin mendengar segala nasihat dari hamba Allah yang penuh maksiat. Namun, tetaplah Allah sebagai pertimbangan akhirat.
Dia menciptakan semburat cahaya, pada langit yang ternampak jingga, mengadu segala pesona pada alam nyata..
duhai dunia, adakah segala indahmu sepertinya?
Pada kerak bahagia, ada rasa yang membuncah meloncati asa.
ia tersedu tanpa sedan, sesekali berkelana mencari arti dari tiap definisi bahagia yang ada.
Tanpa Sang Pemilik Cinta, apalah arti segala rasa yang kita punya?
tanpa Sang Pemilik Asa, masihkah bahagia menyambut segala rupa takdirNya?
Tak mesti manis dalam tiap kata, jika pahitpun nyatanya membuat kita berkarya.
kita tak bisa meminta pada semua manusia, untuk menyembunyikan segala keburukannya, seperti halnya kitapun tak mampu memaksa diri menyembunyikan keburukan diri.
Ah prasangka, kau macam anak panah, pisau belati, silet tipis, atau gergaji bertaring..
siap mengolah dan mengaduk emosi jika tak dijaga sampai batas maksimal..
TanpaNya aku terpedaya, dengan segala tipu daya macam cerita cinderella..
Robbi, aku tak mau hidup hanya dunia khayal, karena yang ku tahu, dunia Mu adalah nyata..
Kemudian aku menginsyafi alfa pada denyut nadi yang tersisa. Bertarung melawan sunyi, mencabik segala dengki, menyayat segala iri hati. Terluka? namun lebih baik dari pada ku pelihara sejak dini.
Lalu rengekanku padaMu hadir lagi, rengekan yang nampak seperti isakan. Tak bertata dalam krama menyusun kata.
satu persatu hingga perseratus pun Engkau tetap sama, tetap mendengarkanku mengutarakan rasa, bahkan Kau bilang "Aku dekat"
Segala puji teruntukMu, duhai Robb alam semesta.
Tidak diterima di PTN pilihan kamu, itu bukan kiamat kan?bukan juga suatu aib kan?
Allah mencintaimu dg caraNya yg luar biasa, Ia sudah menempatkan kebahagiaan lain selain #PengumumanSBMPTN yg mengecewakan itu
Apapun, sy sbg guru BIP sdh sangat bangga dg kerja keras tmn2 dlm perjuangan meraih PTN ini.. semoga jd pemberat amal kebaikan di sisi Allah
Semoga, apapun yang terjadi kalian tetap menikmati, pahatan takdirNya #AYTKTM
Selamat bagi teman-teman yang diterima di PTN tahun ini, saat daftar ulang segera merapat ke Lembaga @Dakwah_Kampus yaa
Salam, dari kami para pengajar BIP di AKSEL dan Nurul Fikri
2 hari lagi
Apakah iya
Apakah tidak
Lalu kenapa?
Kita tetap menjadi hamba Allah kan apapun hasilnya?
Kita tetap berbaik sangka pada keputusan Allah kan?
Kita tetap percaya bahwa Allah Maha Tahu kan?
Lalu apa lagi?
Pada yang bermuarakan segala pinta, semoga berujung bahagia, pada apapun takdirNya..
*coretan buat adik2 yang menanti pengumuman SBMPTN*
@diles_delta
Pada yang Allah ciptakan selain kita, ada muhasabah yang Allah minta meski tak kita sadari caraNya.
Agar segala tuduhan kita kepada Allah pun terbantahkan.
Ya, tanpa kita minta, tanpa kita sengaja, kadang ada bisik "mengapa Allah tak adil kepadaku?"
Dan lihat? Lagi-lagi Allah mengajakmu membuka mata
Di sisi mana Allah tak adil?ketika Allah membiarkanmu hidup di negeri penuh kedamaian, meski kini agak terguncang bakda coprascapres. Setidaknya, kau tidak menatap langsung salah satu keluargamu atau bahkan satu persatu keluargamu pergi melepas raga menuju Rabbnya..
Di sisi mana Allah tak adil?ketika Allah membiarkanmu menyantap ilmu di sekolah-sekolah yang terbayang pun tidak oleh mereka, mereka yang kesehariannya dipenuhi sesak akankah masih hidup esok hari?
Di sisi mana Allah tak adil?ketika Allah mengizinkanmu menatap tawa ceria anak-anak bangsa yang tak pernah jadi luka menganga seperti mereka.
Di sisi mana Allah tak adil?ketika kau mampu membangun rumah hingga menggapai langit sedang di sana mereka hidup dengan sisa puing bangunan hati yang mulai terkoyak, terampas paksa oleh penjajah.
Di sisi mana Allah tak adil?
hei tak sadarkah bahwa sebenarnya kitalah yang tak adil pada Allah
Mereka yang hari dan hati terpenuhi duka, tak pernah sedikitpun terlupa akan nikmat Allah, hingga mereka menjadi kuat karena iman yang bergemuruh dalam dada, berbekal ayat Allah yang selalu tertanam dijiwa.
Mungkin itu rahasianya, rahasia mereka mampu berbahagia dengan segala kondisi mereka, karena hidup mereka bukan lagi menuntut keadilan Allah, tapi justru membawa firman Allah dalam tiap kata dalam rutinitas.
Kini jangan lagi menuntut bahagia, jika sumber bahagia pun tak kau dekati dan kau bawa dalam tiap agenda.
Berbahagialah dengan apa yang kau punya
Berbahagialah dengan dekat padaNya
Berbahagialah dengan syukur yang mengakar dalam jiwa
hingga kau rasakan indahnya surat cinta untukmu..
duhai jiwa, nikmat Aku yang mana yang kau dustakan?
Tak akan ada
Perkenalkan, tulisan ini adalah tulisan aldila delta asmara, saudari kembar yang sudah Allah anugerahkan anak yang Alhamdulillah akan 2. Semoga tulisan ini dapat mengevaluasi kondisi cinta di rumah kita.. demi terciptanya saat berharga untuk anak kita..
Cinta anak or cinta gadget?
Status ini bercerita tentang sebuah keluarga yg saya temui disebuah resto cepat saji amerika (inshaa Allah itu yg terakhir saya dan keluarga makan di resto zionis itu)
Kalau dari kaca mata saya, mereka keluarga tajirr,,liat saja dari 5 orang anggota keluarga tersebut, semuanya pegang gadget, si papah sibuk dengan tab-ny, mamah dengan BBnya, kk yg kira-kira umur 10-an asik dg tab-nya jg si tengah umur 7-an serius main game di tab juga, tinggallah si adek malang usia 4-an makan sendiri, ngajak ngomong papah dijawab seadanya, mamah jg, kaka boro2 dijawab.
Kalau sudah begini, untuk apa sih mereka makan bareng-bareng?
Kenapa ada orang yg full banget menghabiskan sisa umurnya(waktunya) untuk gadget?walau sedang bersama keluarga? sudah tak penting lagikah ngobrol atau bermain dengan orang-orang yg dicintainya?
Teringat waktu saya kecil, paling sebel kalau ada pertandingan tinju di tv krn ayah sama sekali gak bisa diganggu. Itu 1minggu sekali loh acaranya. Wooow gimana perasaan anak-anak kita ya? yg mungkin malah setiap saat ga bisa diganggu karena si ayah(atau mungkin ibunya jg) lbh memilih mainin gadget dari pada main sm mereka.
Yaaah kalo sudah begini sih,,harusnya ibu lebih berperan. Kalau lihat si bapak sibuk ngegadget, jangan sampe ibunya ikut-ikutan! kasian si anak,mungkin dr lubuk hati yg terdalam anak kita bisa menilai seberapa pentingkah dirinya bagi orangtuanya?
Ayo dong mak-bapak,ayah-ibu,ummi-abi fokuss dg anak kita,jangan habiskan waktumu dg benda mati itu,sebelum menyesaall.
Toh hidup ga akan berakhir-karir ga akan hancur-perut ga akan kelaparan kalo kita berhenti bergadget,setidaknya saat dirumah,saat berharga untuk anak kita.
Rindu yang tenggelam
Gelora semangat telah padam
Hati yang remuk redam
Luluh mengadu pada malam
Tubuh pun kelelahan terkapar
Kendati akal terus mengejar
Berusaha menjaga agar jiwa tak liar
Asa, masihkah ia bersemangat jingga?
Harap, tetapkah ada bersemayam di dada?
Pinta, teruskah naik mengangkasa?
Doa, benarkah tulus mengetuk ArsyNya?
#ElegiDuaJiwa.5.3
Nunu Karlina
***
Harapan yang setia
Dalam pinta tak pernah jera
Tentang suatu rahasia
Kata, lelah kah merajut mesra dalam tiap lima waktuNya
Setia, masihkah tetap bersabar menanti takdirNya?
Rabbana, kapankah Kau buka tabir rahasia?
Tak jera kita meminta padaNya
Tentang sebuah nama
Yang kitapun tak tahu siapa
Hanya Dia, Sang Pemilik Semesta
Penggenggam segala nama
Untuk mu dan untuk ku
Dalam bahagia, apapun takdirNya
#duaElegiRasa
Aldiles Delta Asmara