Catat Kebaikan

Bismillaahirrohmanirrohim..

Mungkin kita perlu mencatat dengan rinci tiap-tiap kebaikan yang orang lain lakukan. Mencatat dengan jelas pada buku harian, bahkan jika perlu menempelnya di dinding rumah kita. Kebaikan yang dilakukan pada diri kita secara pribadi maupun kebaikan yang ia lakukan pada makhluk Allah lainnya yang pernah kita tangkap dalam memori. Mencatat tiap lekuk kebaikan, dari kata yang terucap santun, dari maaf yang mudah terulur, dari raga yang terjaga dari memukul, dari sedekah yang sekali dua kali atau lebih yang kita rangkum.

Agar jika suatu hari orang tersebut digelincirkan setan melakukan keburukan pada kita, lisan tak akan mudah membicarakan keburukannya, tangan kita tak ringan menulis segala lalainya, -apalagi di jaman keburukan dengan mudah tersebar luas dengan sekali tekan- dan yang terpenting hati kita yang luka akan mudah terobati dengan ucap "wahai saudara, aku maafkan, sebab kebaikanmu berjuta banyaknya dibanding lalaimu yang hanya satu".
Indahnya :)

Tapi, hidup bukan hanya diiringi oleh orang-orang dengan kebaikan yang banyak dan keburukan yang sedikit, ada bahkan yang berkebalikannya. Banyak keburukan, sedikit kebaikan. Lalu kita harus apa?

Tak banyak, hanya semoga kita tak sampai hati terlupa meminta penjagaan dari Allah agar kita tak menjadi salah satu darinya. Meminta penjagaan Allah agar kita tak membalas keburukan dengan keburukan. Meminta penjagaan Allah agar keburukan yang dilakukan pada kita adalah kebaikan bagi hari penghitungan di masa mendatang. Meminta penjagaan Allah, agar kita bisa menjadi salah satu jalan agar orang tersebut berubah menjadi penuh dengan kebaikan.

Bukankah Allah sebaik-baik pemberi balasan? :)

Jangan ragukan dan jangan lelah menjadi hamba Allah yang baik.

Sebab, tak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula.

Q.S Ar-Rahman: 60

-Aldiles Delta Asmara-

Kala Aku Berbaik Sangka

Kala aku berbaik sangka

Aku pernah kecewa oleh janji yang ingkar, dan kata yang hampir dusta
Namun, kala aku berbaik sangka
Kecewa lenyap tanpa membekas, bermetamorfosa menjadi penjelasan yang terang benderang.

Aku pernah murung atas perlakuan yang bagiku tak setara
Padanya begini padaku begitu
Padanya manis, padaku kecut selalu
Namun, kala aku berbaik sangka
Allah ganti kesedihan dengan kebahagiaan yang berlipat ganda, tak terhitung lagi banyaknya.

Aku pernah marah pada hal yang membuat hatiku tak nyaman, rumah yang tak kunjung rapi, uang yang mudah habis, badan yang cepat lelah, keinginan yang tak terpenuhi, pada semua apapun pemantik kemarahan.
Namun, kala aku berbaik sangka
yang marah jadi ikhlas, yang keluh jadi syukur, yang belum terpenuhi jadi sabar.

Aku pernah menyalahi kebodohan yang ku lakulan, yang berujung ucap kata "harusnya tak begini jika tak ku lakukan itu"
Namun, kala aku berbaik sangka
Aku temukan bahwa ada hikmah dibalik kesalahan, ada ilmu dibalik kekeliruan, dan ada kebaikan dalam kesabaran.

Aku pernah mengeluh atas takdir yang terjadi
"oh Allah, mengapa padaku terjadi seperti ini?"
Meski tak selalu, meski hadirnya diujung-ujung waktu.
Namun, kala aku berbaik sangka
Aku mantap menjawab segala takdirku "Ya Allah, terima kasih sudah memilihku, mohon sertai aku tiap waktuku".

Aku pernah menangis tersedu-sedu, terisak-isak, dan berteriak tanpa suara.
Ketika ada luka yang dalam pada rindu yang datang mencekam.
Namun, kala aku berbaik sangka
Allah kirimkan obat rindu dalam hadiah yang tak disangka dan tak terduga. Ajaib, kataku suatu hari.

Aku pernah, dalam upaya pencarian makna hidupku, merintih menagih, menuntut agar segera, bertanya mengapa belum juga, dan segala daftar tuntutan lainnya.
Namun, kala aku berbaik sangka
Allah mengajariku makna sabar, dan menghadiahi sebab sabar dengan jawaban doa yang berlipat-lipat tebal kebaikannya, penuh barokahnya, berkali-kali ucap syukurnya.

Oh ya Allah, kala aku berbaik sangka, padaMu maupun pada hambaMu, betapa banyak kebahagiaan tertera di dalamnya.

Maka, jika berbaik sangka adalah kebaikan, jangan hilangkan hal ini pada seluruh kebiasaan hidup hambaMu.

Agar duka berganti suka.

Kala kita berbaik sangka.

-Aldiles Delta Asmara-

Sebuah Pertanyaan

"Adek kenapa mau nerima Emas yang gak ganteng, gak kaya, yang cuma orang biasa aja??".

- Sebab menerimamu artinya aku memiliki tiga emas, emas atas segala rasa yang aku tahan untuk tak berserakan di beranda lini masa, emas berupa lelaki yang tanpa tebar pesona di sini dan di sana, langsung mantap menjawab iya dan emas berupa amanah Allah yang dititipkan pada kita, yang akan kita jaga sampai akhir usia.

Dan atas keberanianmu sejak 30 Januari 2016 yang lalu justru membuat Emas terlihat ganteng, kaya, dan bukan lagi orang biasa bagi singgasana jiwa.

Justru aku bertanya, mengapa dulu Emas begitu mantap memilih seorang wanita yang tak bisa apa-apa?

8 bulan kebersamaan ini, kita sama-sama penuh dengan pertanyaan bukan? Hingga masing-masing dari kita menjawab sama "sebab Allah ridho, atas pernikahan kita".

Memilikimu adalah jawaban atas jerih payah dalam panjangnya masa, dan memperbarui sakinah bersamamu adalah upaya menuju impian kita berupa jannahNya.

Jalan kita masih amat panjang, semoga Allah bimbing kita.
-Aldiles Delta Asmara-

#catatanSyahiDiles #merendaKeluarga #SyahidDalamDeltaAsmaraNya

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger