Bertambahnya kesempatan hidup di bumiMu, hari demi hari, waktu demi waktu benar-benar membuat ku bersyukur. Banyak sekali makna dan kesempatan yang sudah saya dapat, terlebih sebuah nikmat. Nikmat dalam mencintaiMu dan mencintai hambaMu -saudara yang Allah pertemukan di jalanNya-
Ada satu lagi nikmat, yang semakin hari semakin nikmat saja, yaitu mensyukuri takdirMu, dan mengikhlaskan takdir yang sudah Kau pahat sedemikian rupa untukku, hambaMu yang manis (kata mama saya manis). Berjalan, dan menentukan tujuan tak ada sedikitpun ragu, karena hambaMu yang manis ini sangat yakin bahwa KemahatahuanMu tak pernah meleset sedetik pun, sedikitpun, maka adakah celah bagiku meraguMu?
Dalam
lantunan Thaha Al-Juneyd dini hari tanggal 16 September 2013, lagi-lagi Allah
menegur dengan halus ditengah derasnya "hujan"
Heiiiii, nikmat mana yang akan kamu dustakan diles??
Ah, aku malu setelah diingatkan oleh Allah, kemudian ada lagi yang
mengingatkanku, dalam tulisannya:
Sebut nama-Nya, dekat dengan-Nya, pinta pada-Nya. Segala
perkara hidup dan cintamu Indah pada waktunya. Takdirkan cinta atas
restu-Nya, atas pilihan-Nya. Serahkan seluruh urusan cinta dan hidup hanya pada
Allah.
Hanya
pada Allah, pada Allah, pada Allah..
Lalu apa yang membuatmu ragu wahai diri?
Ketika begitu banyak janji yang Allah
ucapkan dalam firmanNya..
Bukankah kau juga tahu bahwa Allah anti
dari memberi harapan palsu?
Maka, bergegaslah menuju cintaNya
Cinta yang Allah isyaratkan melalui
ridhonya...
Bismillah
Jika shalat
berarti doa, dan doa berarti berharap..itu artinya kita membutuhkan shalat,
karena manusia tak pernah jauh dari harapan.
Jika tak ada
harapan berarti tak ada permintaan,jika tak ada permintaan berarti merasa
tercukupi,jika merasa tercukupi berarti sombong,maka..
tak shalat berarti
bentuk kesombongan..
Jika diberi
sesuatu oleh manusia kita pasti berterima kasih, maka pada Rabb yang Maha
Memberi lebih wajib berterima kasih..caranya??
"mengapa kamu
shalat?" tanyaku pada salah satu siswa.
"karena
shalat sebagai bentuk syukurku atas pemberian Allah" jawabnya pasti..
maka,,shalatmu
adalah bentuk syukurmu
-kembali- Jika
shalat adalah bentuk syukur, maka tidak shalat adalah bentuk....
pantas saja
Rasulullah bilang, “Batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran
adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Marilah kita
shalat..yang Allah bilang "dirikanlah shalat"
-Dan berharaplah
pada Yang Mampu Mengabulkan segala harapan, Allah-
Ketika mengajar kemarin,
ada satu jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan yang membuat saya merasa
“kasihan” dengan siswa yang memberi jawaban. Sebenarnya sih saya mengajukan
pertanyaan yang sederhana, yang saya pikir jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan
juga sederhana, hanya ya atau tidak. Saya salah, oke akhirnya saya akui itu,
dan akhirnya kasihan sendiri dengan yang menjawab. Saya bertanya pada semua
siswa –bahkan pada setiap siswa yang saya ajar- apakah mereka muslim atau
bukan.
Tidak bermaksud apa-apa,
karena ini terkait dengan materi yang akan saya berikan untuk kelas kali ini.
Biasanya siswa akan menjawab dengan pasti, “iya kak, saya muslim” atau “saya
nasrani kak” dan sebagainya. Berbeda untuk kejadian kali ini di siswa kelas 6,
ketika saya tanyakan hal yang sama, justru siswa tersebut kebingungan “gak tau
deh kak, saya bingung” jawabnya ketika itu. Saya yang mendengarnya pun ikutan
bingung, meski saya sudah menebak bahwa pasti karena perbedaan agama dari kedua
orang tuanya.
Yap tenyata benar, dia
bingung karena papanya muslim sedangkan mamanya nasrani, dan dia diminta
memilih agama mana yang akan dia yakini. Kasihan yah? meski mungkin dia tidak
ingin dikasihani, tapi tetap saya merasa kasihan, yaaa karena sampai usianya
kini yang beranjak 12 tahun dia belum juga memiliki suatu kepastian tentang
agamanya, hal yang penting bagi saya untuk menentukan jati diri.
Saya berpikir, mungkin
ini maksud baik Allah agar kita memilih pasangan hidup yang seaqidah, ini
penting, penting untuk sang anak nantinya. Allah yang Maha Baik tidak ingin
membuat banyak anak yang kebingungan tentang jati diri mereka. Meski pada
nyatanya semua bayi yang pertama kali ditiupkan ruh juga telah bersaksi bahwa
Allah adalah RabbNya, tapi ya ketika mereka terlahir otomatis mereka mengikuti
agama dari orang tuanya.
“Dan ingatlah, ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini
Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul Engkau Tuhan kami,kami menjadi saksi.’ (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan,
’Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)’.” (Al-a’raf: 172)
Terselip doa untuknya,
kelak jika suatu hari dia sudah memutuskan dan ketika ada yang bertanya lagi
berharap akan dengan bangga dia menjawab “asyhadu bianna muslimuun” “Saksikan,
bahwa aku seorang muslim”
Semoga Allah menjawab
kebingunganmu nak dan menempatkanmu dengan agama yang diridhoiNya...
Kita memandang pada langit yg sama
dengan sebuah harapan yg juga sama..
bersama J
Pada langit yang kita tatap,ada harap pd Allah tempat
kita biasa meratap..
bersama menetap J
Mata kita terhenti pada satu titik yg berbeda,
menelusuri masing2 titik yg ternyata terhenti pada garis yg sama..
air mata menitik :’(
Lagilagi..rindu yg kita rasa tak
ada habisnya, bahkan ketika waktu memberi isyarat..
bersama kembali J
Menyebrangi matamu ketika akhir bertemu adalah yg ku
rindu,karena di sana aku melihat sebuah doa..
untukku dan untukmu -bersama-
waktu yg kita pakai, tak pernah lusuh menceritakan masa
lalu. Pun tak bosan merajut masa depan..
bersama denganmu
Aku berkata "keikhlasanku bahagiamu"| dan kau
juga berkata "kesabaranku kebaikanmu"
kita bersama
Terhentikah harapan kita pada suatu keadaan? Di mana
jarak sungguh sangat mengganggu..
bersama dalam rindu
Bersama dalam rahim dulu membuatku sungguh2 ingin
bersamamu,
selalu..
Aku
merasakan lagi,bahwa Allah sungguh Maha baik pada kita -seorang hamba yang Allah titipkan kelalaian
dari berbagai sisi- dengan mengirimkan seorang pendamping -yang tidak mesti selalu tentang suami- dan
dia adalah saudari, saudari yang Allah sertakan dalam perjalanan malam ini. Aku
yakin bahkan sangat yakin bahwa malam ini sudah tercatat dalam “buku rahasia”
milikNya, tentang kecerobohanku. Bahagia bertemu denganmu bahkan membuat aku
melupakan hal yang penting dan berharga hingga kita melangkah dalam laju yang
bersama. Kau memelukku dengan bahagianya sambil bercerita sepanjang perjalanan
dan aku pun bahagia dengan perjumpaan malam ini. Sampai suatu ketika aku teringat
akan hal penting yang aku lupakan. Sungguh, dibalik keresahanku, Allah mengirimmu
untuk menjadi penenangku.
Aku jadi malu tentang kisah kita malam
ini, berniat bahwa aku akan mengiringimu sampai setengah perjalanan pulangmu justru
malah kamu yang mengiringiku sampai setengah perjalanan pulangku. Jika mala m ini aku lalui tanpamu,apa yang akan
terjadi ya?pasti ceritanya akan lain, tidak seperti jika kita bersama.
Sampai detik ini, aku tak tahu kata apa yang aku harus
ucapkan untukmu. Maaf telah memperpanjang perjalanan malammu, dan terima kasih
yang teramat banyak telah menyertai perjalanan malamku. Membuat aku tegar
berdiri dipinggir jalan raya, yang jika tanpamu mungkin aku bagai seorang
linglung yang berdiri lemah meratapi perjalanan malam..
aaahh lagidanlagi, terima kasih..
*special untuk saudari terkasih, Afri Wulandari
Jakarta,10 September 2013
Jika cinta pernah
terhenti, maka itu bukan cinta dan ku pastikan itu bukan cintamu, Mama dan
Ayah. Jika cinta pernah berduri, itu pun bukan milikmu, aku yakin itu. Namun,
cinta pernah membuat sepasang malaikat ini merintih, perih dalam takdir yang
tak henti dijalani. Merangkai hari dalam doa tiada henti merajut mimpi tentang
sebuah harapan pasti menjadi manusia berarti dengan ilmu. Ilmu yang
diisyaratkan Rosulullah agar tak henti dalam mencari, ilmu yang dengannya Allah
berjanji memuliakan kami.
Padamu dua
malaikat bumi yang doanya mengangkasa tinggi di Langit Cinta Sang Maha.. Jerih
dalam 19 tahun mencukupi pendidikan ku sampai saat ini, terbayarkah dengan satu
lembar ijazah Sarjana ini?
Padamu ayah, meski
sudah 7 tahun pergi aku tak juga lupa bahwa skripsi ini ku tulis sambil
mengingatmu, mengingat tiap tetes keringatmu yang mengantarkanku sampai di
titik ini. Padamu ayah, usahamu dulu membuat anakmu mampu menyusun kata demi
kata dalam satu tahun pembuatan skripsi ini.
Padamu mama, saat
tangis malammu bercerita pada Rabbmu bagi kesuksesanku, adakah ini yang kau
minta padaNya??mendampingi wisudaku, membahagiakanmu..
Padamu yang bahkan
sejak dalam rahim menemani hari-hari panjangku, kau lebih tau dari seluruh
penduduk bumi tentang perjuanganku menggenapkan gelar sarjana ini, adakah
bahagia yang juga kau rasa meski tak di sini??
Ya Allah, terima
kasih atas cinta yang Kau titipkan pada mereka dalam hidupku. Jika tanpa
mereka, lantas bagaimana hidupku? dan jika tanpa Mu masih layak kah perjuangan
ini???