SURGA YANG DIRINDUKAN

Tugas kita hanya taat, meski karakter bawaan kita mungkin ingin menolak. Menolak taat dengan berburuk sangka, menolak taat dengan kedzholiman yang nyata, menolak taat dengan berbagai alasan yang disengaja.

Tugas kita hanya taat. Dalam lapang maupun berat. Karena taat tak pandang tempat. Tak pandang keadaan. Harus tetap taat pada tiap takdir yang ditetapkan.

Tugas kita hanya taat. Bagai nabi Sulaiman yang tetap taat meski balutan harta, tahta, dan rupa begitu memikat. Akan berat jika ia tak dibalut dalam taat. Dan Fir'aun adalah cerminan, tentang balutan harta, tahta, rupa namun menolak taat. Ditenggelamkan dalam lautan. Begitupun dengan Qarun sang hartawan yang juga menolak taat, ia kata "semua ini karena upayaku". Lupa bahwa ada Allah pemilik kehidupan, dan karakternya pun memilih memberontak. Hingga dibenamkan dalam tanah yang gelapnya tindih bertindih.

Tugas kita hanya taat. Bagai nabi Ayub yang tetap taat meski diuji teramat berat. Sakit, miskin, dan ditinggalkan terkasih. Ia tetap memilih taat, dalam puji maupun uji. Adakah ujian kita lebih berat darinya?
Akan berat jika ujian tak disertai dalam taat. Akan memaki tanpa membenahi, akan melaknat tanpa menginsyafi, akan mendurhakai tanpa memuhasabahi. Dan ketidaktaatan takkan mengubah takdir menjadi lebih baik. Maka taatlah, meski karakter kita betul-betul ingin menolak.

Dan jika suatu hari, jiwa-jiwa kita telanjur menolak taat, maka kembalilah dengan jalan taubat. Bagai nabi Musa, kembali pada Robbnya dengan penuh sesak di dada menyebut-nyebut segala khilaf, berdoa penuh khusyu lagi dengan sesal yang berjejalan.
(Al-Qaşaş):16 - Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku".

Maka kembalilah dengan jalan taubat. Bagai nabi Yunus yang "melarikan diri" dari amanah memperbaiki umat, marah disertai ancaman yang menyayat. Kemudian sesal hadir, dengan pengakuan zholimnya diri, bukan zholimnya umat.
 (Al-'Anbyā'):87 "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim".

Laaaaaa ilaaha illaaaaa anta subhaanaka inni kuntu minadzhoolimiiin.

Pintu taubat terketuk, diselamatkannya nabi Yunus dari uji yang berlapis-lapis. Serta setelahnya, kembali dalam umat yang juga dalam keadaan taubat, menuju taat.

Tugas kita hanya taat, meski ada bisik-bisik bahwa kita bukan malaikat yang selalu taat. Karena kita manusia lah maka ditugaskan untuk taat, bukan disifati taat seperti malaikat. Maka berupayalah dalam menjalankan tugas menjadi taat, karena kitapun bukan iblis yang menolak taat kan?

Tugas kita hanya taat, untuk SURGA YANG DIRINDUKAN.

(Al-Baqarah):25 - Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu"...


-Aldiles Delta Asmara-

-koma-

Datanglah pada malam tempat kau semayamkan harapan.
Mendengungkan bisik-bisik dalam kemarau panjang kerinduan tak berkesudahan.
Kerinduan yang hanya Ilah yang tau penawar peredamnya.

Allah Maha Tahu,
Katamu sejak dulu.
Allah Maha Penentu,
Kataku sejak pekat menenggelamkan siang.

Bukan tentang pagi yang datang perlahan memaksa tuk memperbaiki diri.
Bukan tentang siang tempat peluh bertumpuk dalam ujung pakaian usang.
Bukan tentang malam dalam hilangnya suka berbalut kedukaan yang semakin tenggelam.

Bukan tentang itu.

Maka datanglah, dan kembalilah, pada malam dalam sujud panjang penuh isakan.

-Aldiles Delta Asmara-

Menggenap

Bahkan meski semua "tukang jodoh" diturunkan, tak kan mampu mengubah kehendak Allah kalau memang belum waktunya.

Saya katakan hal itu padanya ketika ia meminta saya segera menggenap dengan meminta bantuan pada kakak saya yang dikenal "tukang jodoh" dan selalu mengisi kajian tentang jodoh menjodoh. Sering seperti itu bukan? Kita terkadang merasa bahwa penentu takdir yang satu itu adalah seseorang. Entah murobbi/ah, ustadz, anggota keluarga, bahkan orang yang sudah terang-terangan memilih kita mendampingi. Terlupa bahwa penentuNya adalah Allah, dalam hal apapun, termasuk urusan yang satu itu. Maka tugas kita? Percaya.

Maka biar saja, meski orang lain dengan tidak sabarnya menuntut kita untuk segera menggenap. Nyatanya Allah siapkan semuanya tanpa meleset dan namun penuh dengan kebahagiaan yang melesat, berlipat-lipat. Jika kita percaya.

Maka biar saja, meski adik kelas, teman main, sahabat karib satu persatu menggenap dalam takdir bahagia dengan perjanjian yang berat. Kita masih akan tetap menjadi hamba Allah, dalam genap ataupun ganjil. Apapun fase takdirnya.

Maka biar saja, meski orang dekat, orang jauh, yang sudah lama dikenal, bahkan yang baru dikenal menatap dengan tatapan ragu tentang segala usaha. Faktanya memang hanya sekadar bertanya, ingin tahu, tanpa memandang perlu membantu.

Maka biar saja, meski tiap kali jengah terhadap segala yang melulu dikaitkan dengan hal itu. Nyatanya, Allah tiada lelah, bosan bahkan jengah menjadi tempat tumpahnya keluhmu.


Maka biar saja, meski mereka mengulang-ulang tanya, mengulang-ulang sindiran, mengulang-ulang apapun tentang hal itu. Selama kau pun mengulang-ulang doa kepadaNya, mengulang-ulang meminta ampunNya, mengulang-ulang bait cintaNya, agar semakin dekat, semakin rapat dan semakin taat. Bukankah lebih baik keadaannya? Agar terbiasa dalam taat meski sudah menggenap.

Maka biar saja, Allah tahu bahkan Maha Tahu atas apa yang telah diupayakan dan apa yang telah dipersiapkan. Tunggu saja, terhadap segala ketetapanNya yang begitu memesona.

Bukankah ganjil dan genap sama-sama bagian dari takdirNya? Meski tiada pernah tahu, nyatanya tinggal menghitung waktu.

Jika kau percaya. 

-Aldiles Delta Asmara-
Syawal yang ujung

Adalah...

Biarkan ku daki beberapa harap dalam doa.
Ketika kau lengkungkan kabar berturut duka, tentang beberapa langkah yang mesti ku tempuh dengan nyata..

MengEsakanMu dalam sinar yang menembus keberadaan pekat penuh pesona..
Memimpikan ampunanMu menjadi penghapus segala remuk rasa..

Kini aku tahu, bahwa penjagaanMu tak melulu tentang bermanis-manis dalam rupa nasihat yang rajin ku pinta, penjagaanMu bahkan dapat menjelma menjadi suatu kecewa agar berkali-kali aku mampu berbaik sangka..

TerhadapMu dan tentang segala macam rupa takdirMu..

Bahwa yang terbaik adalah dariMu, keinginanMu. Bukan keinginanku, dari mimpiku.

Dan Engkau adalah Maha Penyayang diantara semua yang penyayang.. Al-a'raf 151

-Aldiles Delta Asmara-

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger