perjalanan menjemput dan mempertahankan hidayah


Satu lagi kisah tentang:
HIDAYAH..
Kisah ini dari beberapa aktivis, yang baik sengaja saya todong atau dengan suka rela menceritakan proses perjalanan mereka mendapatkan kebahagiaan hakiki, hidayah Allah. Bahwa hidayah itu harus dijemput, bukan hanya dengan duduk berpangku tangan, kaki, bantal atau apapun sambil bilang “ntar aja berubahnya kalo udah dapet hidayah”.
Gubrak, plaak...helloooo hidayah Allah gak gratis teman, surga mahal, tak akan didapat hanya dengan mengiba , menunggu bahkan bersantai ria sambil berharap hal yang tak mungkin kalau hidayah itu bisa ujugujug dateng sendiri, gak lah yak. Kejar dooonk!!layaknya untuk mendapatkan segenggam emas, emas yang mahal itu gak bisa yaaa kita dapatkan dengan dudukduduk doank, meski memang hidayah jauh lebih mahal dari emas, karena kalau emas mungkin bisa didapat dengan bersantai kalau orang tua kaya misalnya, kalau hidayah kan gak pandang tuh, orang tua soleh kalau kita gak berusaha menjemput hidayah juga gak bakal dateng sendiri lah. Di sini, saya bukan mau mendefinisikan apa itu hidayah, cukup dengan sebuah cerita sampai kalian sendiri yang mendefinisikan dari kisah yang telah saya buat.

Inspirasi 1:
Hari ini adalah jadwal mengisi halaqoh untuk mutarobbi usia SMP, senang bisa membina mereka karena semangat mereka begitu besar. Tapi hari ini ada yang berbeda, dia yang merupakan orang baru dalam kelompok ini, datang dan langsung menangis dihadapanku, ah ada apa ini, ini sangat berbeda dengan hari-hari cerah dia biasanya. Ku tunggu jeda tangisnya berharap ada yang ingin ia sampaikan padaku. Dan mengalirlah ceritanya...
Hari ini untuk kesekian kalinya, dia dilarang keras, dimaki dan dihina karena keinginannya untuk menghadiri agenda halaqoh itu, dan ini oleh ayahnya sendiri. Ini bukan pertama kalinya dia bercerita begitu sulitnya ia untuk hadir pada lingkaran itu, bahkan aku sering mendengar perjuangannya dalam hal lain, menutup aurat dengan sempurna misalnya, dia bercerita kalau keinginannya untuk berhijab sesuai syariat tidak mendapat dukungan dari kedua orang tuanya, bahkan menentang habis-habisan, menurutnya dia pernah diancam oleh ayahnya untuk membumihanguskan semua perangkat takwanya (jilbab, manset, kauskaki, gamis). Tapi itu tak membuatnya menyrutkan langkah untuk menyempurnakan ketakwaannya. Kau fikir gadis itu akan pergi dari rumahnya??tidak, justru dibalik tertekannya dia pada kedua orangtuanya, dia semakin berbakti pada mereka, karena menurutnya, itu adalah dakwah agar suatu hari dengan berlapang dada orang tuanya ikhlas menerima ketakwaannya
Akhwat itu baru berusia 14 tahun saat harus berjuang untuk menunjukkan keistiqomahannya dalam jalan ini, begitu ku tanya apa yang membuatnya begitu kuat dengan segala rintangannya, dia menjawab dengan tegas, “hidayah ini mahal, aku takkan melepasnya hanya karena apapun yang menyulitkanku, anggap saja ini sebagai  rasa syukurku pada Allah yang telah memberiku hidayah ini, takkan ku lepas!” jawabnya sangat mantap.
Harubirukelabu mendengarnya, aku jadi teringat tentang si fulanah, yang orang tuanya soleh tetapi justru fulanah tersebut tidak berusaha untuk menjemput hidayah itu, ia tetap dengan pakaian ala kadarnya. Beruntungnya akhwat tersebut, bisa menjemput hidayah dalam usia yang tergolong muda.

Inspirasi 2
Korban kekerasan seksual oleh kakaknya sendiri, sudah tidak punya harapan untuk menatap matahari, sampai merasa tak berharga sebagai diri, bahkan pernah mencoba membunuh nurani. Usahanya mendekati orang-orang soleh tak sia-sia, hidayah itu sudi menghampirinya, kini dengan segala keterpurukannya, ia bangkit walau sesekali tersandung, tapi tak pernah lama, karena menurutnya, “aku punya Allah”. Ya, akhwat ini benar, Allah takkan meninggalkannya.
“kau tahu?kalau bukan karena hidayah ini, kalau bukan karena Sang Pemberi hidayah ini, aku takkan bisa sekuat ini, dan mungkin kau takkan menemuiku dimasjid ini, seperti biasanya kita bertemu. Ya, Allah yang menyelamatkanku, Allah yang menyembuhkanku dari sakit masa laluku”.
Satu lagi perempuan tangguh yang ku temui dalam hidup ini, entah bagaimana jika aku yang berada pada posisi hidupnya. Seseorang yang kesholihah-annya merupakan inspirasi bagiku.
Lagi-lagi karena, hidayah Nya yang sangat mahal, yang membuat ia berjuang untuk tetap ada di sini, walau dengan sakit karena masa lalunya.

Inspirasi 3:
Siswa baru itu terlihat anggun, dengan jilbab sangat lebar datang ke sekolah ini. Tetapi sayang, ternyata pihak sekolah memandang aneh penampilannya, memberikan ultimatum jika tidak segera mungkin mengubah penampilannya tersebut, menurut mereka ini terlalu berlebihan, mereka ingin murid mereka yang biasa-biasa saja, maka memaksalah pihak sekolah pada akhwat ini.
Hari ini, aku menunggunya, menunggu kedatangannya, apakah ia akan datang dengan penampilan baru atau tetap dengan keanggunannya. Itu dia, dia datang, akhirnyaaa...
Dia datang masih tetap dengan keanggunannya, sepertinya pihak sekolah belum berhasil memaksanya untuk mengubah penampilannya tersebut, harapku, semoga ia akan tetap seperti ini, tetap dalam anggunnya berbusana sesuai syariat.
Huh, bencinya aku terhadap sekolah ini, di mana letak keberimanan mereka sebagai seorang muslim, bukannya mendukung mereka malah semakin gencar memaksanya mengubah penampilan itu, dan kali ini aku sangat benci dengan cara mereka, pihak sekolah yang seharusnya mendukung setiap kebaikan dari muridnya, bukan dengan menyebarkan fitnah. Ya, saudariku ini difitnah, sangat kejam dan keji bagi perempuan sesolehah dia, dia difitnah HAMIL makanya memakai busana yang serba besar itu. Ya Allah, semoga akhwat itu tetap kuat dan menjaga penampilan takwanya.
Berita yang ku dapat membuat hatiku membenci sekolah ini, saudariku, karena fitnah tersebut, kini mengalami frustrasi tingkat tinggi, bahkan menurut cerita yang ku dengar, dia selalu mengalami psikosomatis saat bertemu dengan salah satu pihak sekolah yang memfitnahnya, badannya terasa menggigil kencang. Ah aku mengerti perasaannya, fitnah ini terlalu kejam bagi seorang perempuan soleh sepertinya. Aku jadi teringat kisah istri Rosulullah Salallahu alaihi wassalam, Aisyah, yang juga pernah di fitnah. Padahal, siapa yang meragukan ketakwaan seorang Aisyah pada Allah. Semoga, kelak ia bisa setangguh Aisyah ra.
Emmm, menurutmu, bagaimana keadaan ia sekarang, apakah masih tetap dengan keanggunannya?? Seorang saudari yang sangat ku cinta ini, sampai saat ini, tetap terjaga dengan keanggunan busana takwanya, bahkan kini ia sudah membesarkan seorang anak yang ia jaga agar juga anggun dalam balutan takwa, meski baru menginjak 2 tahun usianya kini.
Berharap semoga Allah selalu menjaga hidayahmu saudariku yang ku cintai karena Allah.

Inspirasi 4
Dia, teman seperjuanganku di OSIS saat SMA dulu, seorang lelaki yang menjadi idola bagi angkatan kami, adik kelas, bahkan bagi kakak kelas kami, tapi maaf, saya tidak termasuk yang mengidolakannya. Aku tahulah, bagaimana perempuan-perempuan di sekolah ini berlomba untuk mendapatkannya, dan aku pun juga tahu, ini sudah yang keberapa kalinya ia menjalin hubungan pacaran dengan seorang perempuan. Sampai hidayah itu ia jemput.
Ternyata temanku yang juga di OSIS berhasil mengajaknya untuk bergabung di rohis, bukan cuma dalam kegiatan-kegiatan rohis, tapi juga mengajak untuk terus menghadiri agenda halaqoh seperti yang biasa dilakukan oleh teman-teman rohis. Ku lihat dari wajahnya sepertinya dia agak keberatan, tapi aku yakin dia ragu untuk menolak. Singkat cerita, ia tenggelam dalam indahnya ukhuwah yang ia dapatkan dalam rohis ini, ia menjadi sedikit lebih soleh menurutku. Usahanya untuk menjemput hidayah berhasil, hidayah itu datang dan mengubah hidupnya.
Ternyata, tidak banyak yang senang akan perubahannya, terutama kaum perempuan itu, mereka kecewa karena idola mereka kini tak mau lagi berjabat tangan dengan mereka, tak mau lagi berdekatan dengan mereka, bahkan kabar yang ku dengar, ia sudah tidak mau lagi menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Lagi-lagi memang karena hidayah Allah yang membuka hatinya.
Kabar terakhir tentangnya, kini ia menjadi salah satu pembesar dakwah di salah satu kampus di Bogor, semoga tetap istiqomah kawan!

Inspirasi 5
Saya adalah seorang siswa yang senang berorganisasi, maka dari awal perjumpaan saya dengan SMA ini pun saya mulai dengan organisasi. Saya bergabung di OSIS, dan iseng-iseng di Rohis. Ya, kau pasti tahulah agenda rutinan OSIS, yap benar, akan selalu ada orientasi siswa, dan itu merupakan ajangku untuk menjadi terkenal, karena keterlibatan saya di acara tersebut, jadilah saya seseorang yang dikenal oleh adik kelas saya. Banyak yang berusaha untuk mencari perhatian, dari mulai meminta no telp, kirim-kirim salam, bahkan hal yang jadoel pun mereka lakukan, kirim surat. Ugh, sudah berapa lembar surat yang saya dapatkan dari adik kelas saya. Dan ternyata, ada satu orang yang membuat saya merasakan virus itu, kalau kata banyak orang siyh virus merah jambu, sampai pada akhirnya kami pun jadian. Banyak yang tidak terima dengan keputusanku ini, bukan karena saya salah satu anggota rohis, tapi lebih karena anggapan “kenapa dia, kenapa bukan gue yang jadian sama dia”. Haha, begitulah mereka mengidolakan saya. Bahkan banyak yang masih berusaha untuk mendapatkan saya.
Waktu berlanjut sampai saya kelas 12, ah ini sangat menyebalkan, saya harus bertemu dengan sesuatu yang menakutkan, Ujian Akhir Nasional. Saya kuatkan diri untuk tetap fokus pada UAN ini, sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan saya dengan perempuan tersebut. Ya dengan alasan untuk fokus ujian pastinya, keputusan ini sangat menyakitkan baginya, tapi ini demi keberhasilanku.
Sampai akhirnya, saya lulus dan di terima di salah satu universitas negeri yang ada di Jakarta (padahal universitas negeri di Jakarta Cuma ada satu), saya berkomitmen untuk mengubah diri saya, berkomitmen untuk memperbaiki diri, tak mau lagi mendekati hal-hal yang akan mengingatkan pada masa lalu. Beruntunglah saya bergabung pada suatu komunitas keIslaman yang ada di fakultas saya, berawal karena promosinya yang menurut saya menarik. Tapi siapa yang menyangka, saya bahagia berada di sana, bahkan, saya pun kembali bergabung dengan halaqoh yang dulu sempat saya tinggalkan. Oh Robbi, dalam usaha menjemput hidayahMu ini tetaplah tak semudah yang saya bayangkan, ternyata banyak cobaannya teman. Sampai pada akhirnya Allah pun ridho memberikan hidayah yang telah lama saya cari selama ini. Saya berkenalan dengan dunia dakwah, dunia yang seharusnya dulu saya adalah obyek yang harus didakwahi,didekati dan disinari, kini, saya lah yang mengemban amanah yang berat itu, saya harus menyinari kampus ini, karena dari kampus inilah yang mengenalkan saya pada jalan mulia ini. Lagi-lagi karena keridhoan Allah yang memberiku hidayah dalam perjalanan ini.
Dan sebagai wujud syukurku pada Rabb yang memberiku cahaya, saya harus memberi cahaya pada yang lain, agar tidak hanya saya yang merasakan cahaya yang berasal dari Rabb ini, ini adalah sebuah kenikmatan yang mahal, kenikmatan yang melebihi kejayaanku saat SMA dulu.

***
Teman, 5 kisah ini adalah pelajaran bahwa hidayah itu butuh usaha kita, seperti yang saya ungkapkan dari awal, tak akan datang dengan sendiri menghampiri kita yang tengah duduk bermaksiat. Kita yang membutuhkan hidayah itu, karena keimanan yang kita dapat adalah sebuah kenikmatan yang harus kita jaga dan pelihara, bahkan nikmat ini harus kita perbarui, sebagai wujud terima kasih kita pada Allah yang telah memberi kita cahaya.
Kalau ada yang bertanya, ini kisah nyata atau bukan, saya akan katakan, ini adalah nyata, sangat nyata, inspirasi-inpirasi ini saya dapatkan dari orang-orang dekat yang berada di sekeliling saya. Kami ingin, agar kisah dalam menjemput hidayah ini menginspirasi kalian agar tidak duduk termangu menanti datangnya hidayah, sekali lagi, hidayah tak datang sendiri teman!!

*Selamat menjemput hidayah

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger