Di mana?

Lalu di mana iman, ketika masa depan kau dahului dengan tanya ragu?
Letakkan saja ragu, dan genggam dengan erat imanmu.
Sebab iman adalah percaya, bahwa Allah sebaik-baik pemberi ketetapan.
Kau yakin, atau masih ragu?
Maka itulah kadar imanmu, wahai diri..


Ini tentang aku bukan kamu.

-Aldiles Delta Asmara-
Menuju Januari 2016 :)

Keluarga

Keluarga adalah 'Sekolah' pertama.

Di dalamnya ada guru dan kepala sekolah
Ada murid dengan ragam karakter penuh warna
Ada bangunan tempat kita belajar bersama

Keluarga adalah 'guru' yang utama

Yang mengajari tentang bagaimana menjalin kasih
Mengajari bagaimana semestinya menempatkan peduli
Mengajari bertutur manis menahan diri
Mengajariku membenamkan prasangka agar damai terpeluk mesra
Memberi ilmu dengan teladan
Memberi cinta dengan pertanggungjawaban
Menasehati dengan kebersamaan

Keluarga adalah 'daftar pustaka' tentang segala rasa

Yang mengubah marah tertekuk maaf
Melarut prasangka dengan baik sangka
Menumbuhkan cinta tanpa membuatnya jatuh
Mendefinisikan kasih sebagai kata kerja mewujud tanggap rasa

Keluarga adalah 'irisan makna'

Tentang kesabaranku, yang bergandengan dengan syukurmu.
Kebahagiaanku dan berlipat bahagiamu
Kelemahanku, keteguhanmu.

Keluarga memang tak pernah sempurna
Ia penuh warna, dalam letup-letup memahami
Mendewasakan tiap jiwa dengan bijak menanggapi
Marahmu dengan takdir maafku
Maafmu dalam ego marahku

Keluarga?
Adalah rumah, menyatukan asa, meninggikan cita, menebalkan cinta.

Apa yang paling diharapkan dari sebuah keluarga?
Adalah berkahNya.

Mari peluk mesra menggapai berkahNya.. -251215-

Menjaga Fitrah

"De, ini batu timpuk ayamnya pake batu". Kata seorang kakak kepada adek usia sekitar 2 tahun.

Menyaksikan ini saya jadi merenungi kembali, bahwa jangan-jangan yang menjadi perusak pertama seorang manusia adalah orang-orang terdekatnya. Mengapa saya bilang 'perusak'? Sebab, bukankah manusia lahir dengan fitrah kebaikan? Kebaikan yang meliputi alam dan semesta, kebaikan tentang keyakinan, kebaikan tentang karakter bahkan kebaikan tentang memutuskan dalam memilih idola, hanya saja, ia terdapat campur tangan orang tuanya.

Maka amat berat amanah menjadi orang tua, untuk menjaga fitrah kebaikan pada anak dan juga memberi pemahaman pada orang sekitar untuk juga menjaga fitrah kebaikan tersebut. -Robb mohon bimbing kami-

Pernah suatu kali, saat bersafari mengenalkan nama-nama binatang pada Rafa, Raisya di lingkungan sekitar, saya harus menenggelamkan sedikit rasa takut pada beberapa binatang, anjing misalnya. Saat anjing menggonggong dengan galak, dan kami melihat dari jarak yg lumayan dekat, saya perkenalkan bahwa itu anjing. Tadinya saya berpikir bahwa Rafa dan Raisya yang usianya baru 2 dan 1 tahun akan takut, tapi ternyata mereka antusias, bahagia dan tidak sedikitpun takut -padahal ummanya sudah istighfar dalam hati-. Ah ya, yang mengenalkan takut pada anak-anak kan orang dewasa juga, orang dewasa yang mengambil jalan pintas untuk menaklukkan hati anak-anak.

"Ish de, jangan keluar rumah, ada anjing, nanti digigit"
"Ish de, jangan pegang-pegang kucing ntar dicakar loh"
"De, kalo ga nurut nanti mama bilang polisi biar adek ditangkep"
"De makan, kalo enggak nanti bunda bawa ke dokter biar dede disuntik"

Maka terciptalah anak-anak yang penakut. Mengapa tak kita bawa saja anak-anak kita untuk hanya takut pada Allah, takut membuat Allah tak sayang lagi dengan kita, dengan kesalahan yang kita perbuat? -tentu dengan bahasa yang disesuaikan lagi dengan usia anak-

Juga dengan tingkah sayang menyayangi terhadap makhluk Allah.

"De, pegang kucingnya pakai tangan ya sayang, bukan pakai kaki".

Maka jadilah anak-anak yang menyayangi. -semoga-

Robb, bimbing aku menjadi orang tua yang menjaga fitrah.

*catatan*
Untuk hewan yang memang Allah haramkan untuk disentuh, maka cukup perkenalkan dengan tidak menyentuh.

-Aldiles Delta Asmara dalam nasehat untuk pribadi-

Tanya-Jawab. Tetap

Ya Allah aku gelisah
Kau sebaik-baik penenteram resah
KepadaMu, muara atas jawab gundah yang mewabah.
Mohon tetap dampingi, duhai Robb...
Dalam tenang rasa dan berkah

Dan jiwa pun melantun tasbih
Atas takdir yang beriring tersingkap tabir
PadaMu atas segala tanya
Kau jawab dengan semanis-manis kejadian.

Bismillah, ku siapkan hati dengan sebut namaMu, Ilahi..

-satu malam menuju ketetapan-
Aldiles Delta Asmara

Di Atas Harta Karun

Harta Karun

Tulisan ini ringan saja ya, hasil memuhasabahi diri bakda nemenin Rafa nonton UpinIpin tema 'Harta Karun'. Dikisahkan bahwa UpinIpin dan geng ciliknya menuju tempat yang amat jauh, melewati bukit, gunung berapi, semak belukar, batu raksasa hingga suku pedalaman yang amat jahat, namun mereka berupaya, bersungguh-sungguh dalam menuju tempat yang konon adalah tempat harta karun itu berada.

***

Jika suatu hari ada yang memberimu pesan rahasia bahwa di suatu tempat yang tidak kau ketahui tempatnya, tak terbayang jauh dekatnya, tak teraba semak sulitnya, namun dipenuhi iming-iming limpahan harta, menarik hati untuk menujunya kah?
Pada sebagian manusia mungkin iya, mungkin juga tidak. Oke kalau tema 'harta karun' terlalu jatuh tempo dalam pembahasan, maka mari kita ganti tema yang kekinian tapi sama dalam makna, 'Gaji Besar'.

Jika suatu hari ada yang memberimu kabar bahwa nun jauh di sana, ada suatu kerja yang akan mengantarkanmu berpenghasilan 2 digit angka di depan titik kedua -atau bahkan lebih- dengan kerja yang tak terlalu sulit, dengan syarat yang semua orang pasti mampu, berlombakah menujunya? Berupaya kah mengejarnya?
Iya, karena sungguh apapun tentang harta amat begitu menarik. Mungkin kita akan mengerahkan segala daya agar mendapatkannya, apapun cara. Menyusun strategi, mengatur posisi agar setidaknya yang memiliki tempat kerja melirik kita sebagai orang yang layak untuk menjadi pekerjanya. Ah begitu manusiawi, meski mungkin tak beraroma surgawi :(

Lalu bagaimana jika kini-tak menunggu masa suatu hari- Allah kabarkan tentang suatu tempat yang menjadi pijakan beristirahat teramat santai, teramat indah, tak terbayang imajinasi, tak pernah mewujud rupa dalam keindahan dunia, Allah hadiahkan untukmu. Apa upayamu menujunya??

(Al-Baqarah):25 - Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Dan adalah Rosul membekali kita bagaimana menuju surga yang indahnya Maha Indah, maka tugas kita adalah mengikutinya, mengikuti akidahnya, mengikuti akhlaknya, dan mengikuti segala yang Rosul lakukan. Mari jadi pengikut Rosul hingga ke surga. Sebab surga adalah 'Harta Karun' yang sebenar-benarnya.

Semoga setelah ini, kau semakin berupaya, siap berlelah-lelah, tak takut berpayah-payah demi 'hadiah' Allah yang amat indah, dan semoga Allah, Sang Pemilik Surga, melihatmu layak menjadi penghuninya, wahai diri.

-Ya Allah aku mau surga :)
Aldiles Delta Asmara


Jika Kamu

Jika pagiku adalah kamu
Aku ingin malam cepat berlalu
Menyelisihi keteraturan waktu
Bersegera memuaskan egoku bertemu kamu

Meski malam mungkin saja cemburu
Hingga bertanya, mengapa terburu-buru?
Tak apalah, ia terlalu dingin untukku
Aku ingin mendekap hangatmu
Mengambil pancaran sinarmu

Bertanya malu, tak bertanya ragu
Hei, rindukah kau padaku?
Kamu tahu? Aku suka melihat ceritamu di berandaku
Membuat aku sedikit lega, aku tahu kabarmu

Kamu? Tetaplah menjadi pagi bagiku
Agar aku bersemangat menujumu.


-Bersatunya aksaraku dan kamu-
-Aldiles Hawra-


Aksara

Kembalilah engkau aksara
Tak perlu bermegah-megah
Cukup yang sederhana namun menggugah
Setidaknya bagi pribadi
Yang banyak silap alfa
Setidaknya bagi diri
Yang berundak dosa

Kembalilah engkau aksara
Menjadi peneguh
Kala dunia seakan runtuh
Menjadi pelipur
Kala hidup tak lagi menghibur
Menjadi teman setia
Kala banyak jiwa pencipta kecewa

Kembalilah engkau aksara
Ramuan dalam kata yang kau tanam
Seakan kokoh menyuburkan hati agar tetap tenang
Menghadapi bisik-bisik rindu yang nakal

Kembalilah engkau aksara
Aku ingin sembuh dalam hidup yang normal
Meski dalam rupa yang samar
Tak apa asal aku tersadar

Kembalilah engkau aksara
Dalam lantunan kata-kata mutiara
Yang diselimuti dalam bungkus doa seorang hamba
Adalah aku yang memahatnya
Mengadu dalam kata yang tak tahu urutannya
Hanya Ia yang memahaminya

Robbku, aksaraku milik Engkau
Mudahkan aku dalam beraksara
Yang tertuntun dikala duka
Dan menuntun bagi para hamba yang terluka

Kembalilah engkau aksara
Atas izin Robb yang Maha Kaya dalam kata

-Aldiles Delta Asmara-

Menyayangi akan disayangi

Barangsiapa tidak menyayangi maka tidak disayangi” (HR. Al Bukhari)

Nah kan, jadi memang dalam hidup ini ada hukum tak tampak yang berlaku bagi kita. Seperti yang tertera pada hadits, jika kita ingin disayang oleh penduduk bumi, maka mestilah kita menyayangi penduduk bumi terlebih dulu. Saat sudah menyayangi, tentu tak mungkin penduduk bumi akan lalai dalam menyayangi kita, alih-alih Allah pun yang akan menyayangi kita, langsung, tanpa hijab. Aih, siapa pula yang tak ingin disayang Allah? :)

Rumus hidup yang mudah kan?

Tentu bukan hanya tentang sayang menyayangi. Hal lain pun mestinya juga seperti itu. Ingin dibantu? Maka lebih-lebih kita harus mengasah kepekaan kita terlebih dulu agar ringan dalam membantu. Dan bantuan saat kita sulit adalah suatu niscaya. Ingin dimudahkan urusannya? Tahu dong apa yang harus dilakukan? Yap, mudahkan pula urusan orang lain, agar kemudahan pun kembali pada kita.

Ingin dicintai? Ehm, mudah saja. Lepaskan gembok kebencian dalam diri, tak perlu ribut sanasini, lihat kanankiri, kemudian cintai. Maka cinta semesta akan bertekuk lutut padamu. Dan yang perlu kamu lakukan adalah cintai Allah, pelajari tentang keMahaCintaanNya, sebarkan ke bumi, izinkan yang lain mengenal cinta Allah melalui cintamu, maka semuapun akan penuh cinta.

Ingin orang lain peka terhadapmu? Hehe, sudah seberapa banyak dan sering kau latih kepekaanmu terhadap orang lain? Kalau sudah terlampau banyak tapi masih ada yang tak peka terhadap kondisimu, ah tak apa. Jangan berlelah-lelah memikirkan yang tak peka, sementara orang yang peka sudah mengantri dalam hidupmu.

Maha sempurna ya ajaranNya, betapa ternyata semesta mengikuti apa yang diri ini lakukan. Maka jangan menuntut jika hidup rasanya sempit, terhimpit, dan rumit. Coba benahi, mungkin kitalah yang sering menciptakan kesempitan itu, himpitan itu, dan kerumitan itu terhadap hidup orang lain, hingga kemudian berbalik pada kita.

Ayolah, kau tak perlu waktu lebih lama untuk memikirkan hadits ringan ini wahai diri. Mari pelajari bagaimana Rosulullah menjadi pribadi yang paling ditakjubi, agar hidup kian berisi.

Jika sudah kau lakukan namun penduduk bumi masih banyak yang 'jahat' padamu, ah tenang saja, bukankah cinta Allah tak bertepi? Biarkan, terus berbuat baik agar surga seakan tinggal beberapa senti.


Sebuah nasihat bagi pribadi.
-Aldiles Delta Asmara-

Tiada Pergi

Atas celah kesalahanku, semoga tercipta pula celah maaf bagiku, darimu, kepadaku, atas kehendakmu.

Pada yang lalai, Allah siapkan yang tegas mengintai, berasaskan cinta, beraromakan kasih. Semoga itu engkau, semoga itu untukku. Semoga masih ada waktu.

Beraroma sedu sedan dalam nafas panjang tertahan di suatu malam, adakah ia membawa pesan maaf? Ataukah terkunci dalam lisan yang menajam.

Membutuhkan ketetapan dari yang Maha menetapkan. Pada kebaikan-kebaikan yang beriring sejalan. Akan sebuah perjanjian.

Sudah, akankah rasa itu selesai? Siapakah yang menang? Marah atau cinta?

Dan kepasrahanku hadir lagi, bahwa Allah tiada pernah pergi.

-Aldiles Delta Asmara-

Desember-Januari

Hai Desember 2015.
Kamu adalah wujud akumulasi dari doa-doa yang terpanjat bahkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tak apa kan?
Toh yang kita pahami tentang doa bukan hanya bentuk pengabulannya yang dalam waktu singkat, melainkan karunia yang berlipat-lipat. Tahun ke tahun. Bulan ke bulan. Jum'at ke Jum'at.

Karunia yang berlipat. Mewujud sabar, senyum dalam ikhlas, tawa dalam rona keakraban, matang dalam penentuan. Tak lagi terburu-buru, tak lagi berebut waktu.
Semoga itu karunia. Nikmatnya berlapis bukan?

Tarbiyah Allah memang selalu lebih indah dari apapun jua. Tarbiyah Allah, mematangkan apa yang harus menjadi matang. Menyiapkan yang belum siap. Meluruh dzon buruk menjadi berkali-kali dzon baik.

Tarbiyah Allah dalam karunia, berbentuk dalam asa, terpresentasikan dalam doa. Semakin indah, semakin merekah. Hingga tiba masa.

Hai Desember.
Tahun lalu atau tahun kini, kau masih memesona.
Sebab setelah Desember akan selalu ada Januari bukan?

-PadaMu penjaga Hati-

Aldiles Delta Asmara

Menikah, Berupaya..

Bismillaahirrohmanirrohim..

Apa yang kamu pahami tentang pernikahan? Jodoh?
Pernikahan adalah perjuangan. Ini bukan tentang berjuang untuk mendapatkan ‘dia’ yang kita cintai untuk bersanding bersama di panggung mewah berhias sekumpulan bunga. Sebab terlalu remeh jika hanya karena ‘dia’, sebab kita tak benar-benar tahu apakah dia yang tersangkut pada hati adalah yang Allah pilihkan untuk kita, sebab mungkin saja jika diperjuangkan bukan menjadikan Allah mengulurkannya dengan mesra, sebab.. ah lagi-lagi bukan tentang dia. Berjuang bukan tentang mendapatkan ’ia’. Harus ada upaya yang sungguh tampak dalam menujunya. Menuju pernikahan.

Ribuan tahun lalu sebelum kita terlahir ke dunia, Allah sudah mencatat dengan begitu rapih siapa yang kelak menjadi jodoh kita di dunia maupun di akhirat. Jadi, tak perlulah kita bersusah payah mengupayakan apa yang sudah pasti. (WS)

Ia memang bagai rizki yang misteri, yang sudah ada ketetapannya. Tapi ia juga mesti diupayakan,  diperjuangkan, meskipun kehadirannya sudah pasti. Layaknya rizki yang juga kita upayakan untuk kita cari. Ingat analogi cicak? Cicak mesti berjerih payah dulu dalam mencari rizki, menempel pada dinding dan merayap secara diam-diam. Hal tersebut merupakan bagian dari ikhtiar cicak mencari rizki.

Maka apatah lagi tentang jodoh, menikah, menggenap. Harus ada ikhtiar, apalagi jika menikah bervisi membangun peradaban. Harus ada ikhtiar, jika yang kita yakini bahwa menikah adalah bagian dari ibadah, sebab tak ada ibadah yang tak diganggu oleh syaithon, maka berikhtiar dari godaan-godaan menujunya adalah kewajiban.

Lalu, apa yang mesti diperjuangkan dari sebuah pernikahan? Benarkah kita tak perlu berjerih payah mengupayakannya?

Tetap perlu dinda, kita tetap perlu memperjuangkannya. Memperjuangkan agar yang mendekat dan yang didekatkan adalah yang sesuai visi utama kita dalam menikah, apa katamu? Membangun peradaban?  Berjuanglah agar jagat raya tahu visimu, minimal keluarga besarmu tahu dan paham visimu. Agar tak sekadar bertanya 'kapan menikah?', 'Mana pacarnya?' 'Mau sama yang mana?' Dan pertanyaan-pertanyaan lain. Tapi kelak supaya mereka paham bahwa sampai saat ini kau tengah berjuang membaguskan kualitas dirimu, menjaga dari perasaan semu, menjaga agar Allah layakkan dirimu menjadi seorang ibu. Berjuanglah, agar mereka tahu bahwa menikah bukan sekadar tentang bersatunya dengan yang manis rupa, bukan tentang bersatunya dengan si pemilik rumah dua atau tiga, bukan tentang bersatunya dengan si ‘mapan loh kerjanya’. Bukan itu. Ini kerja berat dan tak singkat. Perlu beberapa waktu agar ketika Allah menurunkan titah pertemuannya, keluarga menyambut dengan tangan terbuka. Berjuanglah, meski bukan dengan lisanmu, setidaknya dengan akhlakmu, yang darinya orang-orang akan tahu visimu.

Kau harus berjuang, dalam perjalanan panjang ibadah dengan bingkai pernikahan. Meremukkan godaan atas bayang semu kebahagiaan yang belum waktunya. Menahan mata-mata jelalatan. Menahan kriteria-kriteria duniawi, menahan dari yang hanya mampu PHP sana-sini. Berjuanglah, dan perjuanganmu tak mudah bukan? Bahkan saat menikah mewujud nyata, kau tetap harus berjuang, untuk membuat keluarga kecilmu menjadi miniatur surga. Surga sebelum surga. Mengubah emosi buruk menjadi emosi baik, mengubah tatap garang menjadi semerekah senyum, mengubah gemasnya cubitan menjadi belaian. Tak mudah, kau harus berjuang dari kini. Melatih diri.

Itulah perjuangan.

Apa jadinya ketika kau tak mempersiapkan itu semua?
Apa jadinya ketika bekal tak ada?
Apa jadinya ketika kau mengoptimalkan amal yang satu tapi melupakan amal yang lainnya?
Apa jadinya ketika kau santai sekali mengikhtiarkan masa depanmu? Masa ketika pernikahan mungkin lebih panjang usianya dibanding masa sendirimu.
Bagaimana dengan peradaban yang hendak kau bangun?

Maka menikah, ikhtiar bertemu jodoh adalah perjuangan. Hingga bagai cicak yang diam-diam merayap kemudian nyamuk datang menghampiri, hap, lalu ditangkap menjadi rizki.
Kau pun seperti itu. Diam-diam memperbaiki diri, sibuk menata hati dan ilmi, membenah emosi dan menjaga pribadi, keluarga terkondisi, kemudian 'ia' datang menghampiri, juga dengan perjuangan yang tak kalah hebatnya untuk membersamai.

Menjadilah hebat dengan perjuanganmu menuju ibadah ini, dengan baik sangka yang kau perbarui, dengan cibiran yang kau senyumi, dengan kegagalan yang kau tadabburi. Hingga kemudian Ia meniupkan kuncup bunga kebahagiaan, bermekaran pada waktu terpilih, dengan seseorang yang sangat amat teramat sesuai, untukmu.

(An-Nūr):32 - Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

-Aldiles Delta Asmara-

1 Desember, 2 bulan kemudian.




Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger