Sebait harap pada Pemilik Harap

Aku merugi, kataku tempo hari.
Ketika kaki tak kulangkahkan untuk mencari ridhoNya. Padahal aku tahu, tersebab ridhoNyalah kini aku masih menapak jejak bahagia di bumi yang Allah anugerahi cinta.
Langit pun menyatakan dengan teriknya, menguji iman dalam syukur yang tanpa caci maki keluh. Simak saja desau anginnya, sekerontang apapun siangmu, angin tak pernah absen untuk hadir demi membelai lembut ujung jilbabmu. Dalam angin yang mengicaukan kesejukan, adakah ucap syukurmu?

Aku malu, hanya itu ucap yang terdengar. Memutar-mutar waktu yang terpenuhi dalam hari, terucap sering kah namaMu? dalam bahagia dan penatku, ataukah ucapku tentangMu hanya berisi deret paksa suatu pinta?

Pinta yang terlalu banyak, sedang syukur yang masih sedikit. Cukupkah hanya dengan malu yang aku utarakan padaMu duhai Robbi? Luasnya Rahmat dan RahmanMu, bagaimana bisa terlewati dengan jejak-jejak syukur dalam lisan yang terbata-bata dalam menyebut namaMu?

Maka ampuni, kelalaian yang membuat kami merugi. Hingarbingar jalanan tak jua menyadarkan kami untuk kembali, menyebut namaMu dalam sujud panjang siang dan malam hari.
Kami ini apa?
Kami ini siapa?
Kami ini bukan apa dan siapa jika bukan karena Mu, duhai Pemilik hidup kami.

Selayaknya Nabi Musa dalam doanya; Maka, terhadap apa yang Engkau turunkan, kami sangat membutuhkan.

Terbaik dariMu, pastilah baik bagi kami.
Mohon anugerahi iman, untuk mempercayai....

Genggam kami, dalam maghfirohMu.
Selalu....

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger