Kepada yang menjalani sebaikbaiknya peran

Kepadamu yang menjalani sebaik-baiknya peran, dalam keheningan kata yang tersabari untuk keluar dalam bentuk cacimaki. Diam adalah sebaikbaiknya kata, yang kau utarakan lewat mata yang jua tersandarkan padaNya, agar tatapmu menembus hatinya, menyadarkan nuraninya, dan mengetuk keinsyafannya. Jika telah kau dapati sabar dalam bentuk teori, mungkin kini sabar dalam bentuk hakiki, yang lagi-lagi merupakan jalan yang kau pilih dengan diammu. Getarkan hatinya dengan getaran kalimat cintaNya, dan jika gunungpun luluh, apalah dengan hati yang mudah meluruh.

Kepadamu yang menjalani sebaik-baiknya peran, dalam cinta yang kau titipkan mewujud rupa gelisah dalam upaya menjaga fitrah kesucian cinta. Tak ada yang bisa mengalahkan cinta selain cinta yang lebih besar, maka jangan pernah terpikir untuk mundur, kembalilah, dengan cinta yang kau bawa dan kau upayakan untuk mengalahkan cinta yang ternampak belum waktunya. Dan cinta pun menyabari, dalam segala rahasia ketidaktahuan, geliat ketaknyamanan, dan rupa wujud sangkaan. Hingga, cinta pun menuju jalur fitrahnya, atas izinNya.

Kepadamu yang menjalani sebaik-baiknya peran, dalam rasa halus akan sebuah persaudaaran yang kau sadari kehadirannya. Tak memilah dalam pilih, hanya ingin berperilaku sebaik-baiknya manusia, menyampaikan amanah kasih sayang pada yang memang semestinya. Tak memihak kanan dan kiri, tak tumpang tindih dalam menengahi, sealaminya persaudaraan lebih kau nikmati, tanpa tatap sinis, senyum meringis dan dengki yang tipis.

Merangkul berbagai warna untuk kau ukir menjadi seindah pelangi. Bentangkan sayap sayap kebaikanmu agar warna pun terpadupadankan menjadi keindahan yang meneduhkan, tanpa kau sendiri yang kehilangan warna.

Kepadamu yang menjalani sebaik-baiknya peran, dalam gelora perbaikan umat yang tersandarkan pada pundak kokohmu. Kokohkanlah pula adab dalam persaudaraan yang kau jalin untuk sama-sama berjuang memperbaiki umat. Menjaga fitrah, menahan amarah, menentramkan segala rasa. Agar dalam upaya memperbaiki, terbaiki pulalah dirimu terlebih dahulu, hingga semua pun menyelaras dalam perbaikan bersama, indah dalam keridhoan Allah.

Kepadamu yang menjalani sebaik-baiknya peran, dalam mata yang berkaca-kaca tanpa kata yang menjelaskannya. Allah, Rabb kita selalu hadir dalam waktumu, berceritalah padaNya yang mengetahui segala rahasia, meski tak kau jelaskan lewat kata. Ia dalam lima waktu yang tercipta, bahkan menambahkan pula diwaktu-waktu terbaikNya, menciptakan tentram untuk hati-hati yang mulai menyerah. Kembalilah, hanya pada Ia.

Kepadamu dan kepada kita yang berupaya menjalani sebaik-baiknya peran, ada resah yang tak mampu teraba selain jika kau sandarkan pada Allah, yang menghilangkan segala resah, menghilangkan segala lelah, tanpa keluar dari fitrah, kataNya dalam surat cinta untuk kita, hanya dengan mengingat Ia hati kita menjadi tentram. Maka, tak ada cara untuk menyandarkan segalanya selain dengan lirih-lirih doa, tatap mesra mengeja ayat-ayat cinta, berdiri kokoh dan tunduk bersujud dalam keimanan serta menjaga persaudaraan dengan saudara-saudara yang saling menjaga. Hingga suatu hari, kita pun akan dikumpulkan bersama yang paling kita cinta, lelaki yang belum kita jumpai sebelumnya, ia yang mencintai kita melebihi segala, adalah ia, Rosul kita.

Shalawat serta salam tercurah penuh mesra untuk Rosul tauladan kita, semoga Allah mampukan kita untuk meneladani peran-peran terbaik yang ada pada ia, nabi kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger