Sebab siapa semua bermula?

Ini tulisan yang sebenarnya telat banget buat ditulis, hasil pikir-pikir di tengah kemacetan Jatiwaringin malam hari setelah ngajar kemaren.

Lagi-lagi tentang remaja dan yang mengitarinya, orang-orang dewasa di sekitar remaja tersebut maksudnya. Orang dewasa yang sering protes sama remaja yang terlihat 'aneh' bagi mereka, tapi sering tidak sadar kalau orang dewasalah yang membuat mereka menjadi aneh. Apa sebab??

Beberapa pekan ini saya mengamati salah satu siswa lelaki kelas 7 yang terlihat berubah, sering berbuat ulah, cari perhatian beberapa pengajar (termasuk saya), serta perubahan-perubahan lainnya. Konon, tersebar kabar di antara pengajar bahwa siswa ini sedang suka-sukaan (agak aneh saya menyebutnya jatuh cinta) dengan salah satu siswi kelas 6. Oh yaaa??

Dan kabar itu pun kemudian tersebar di lokasi tersebut, beruntung saya bukan yang termasuk menyebarkannya karena sejujurnya saya tidak percaya dengan kabar itu, meski belum bertanya langsung pada siswa tersebut. Hingga pertemuan di kelas kemarin, saya sempatkan bertanya langsung pada siswa tersebut. Ternyata, itu semua berawal dari salah satu guru yang iseng meledek dia dengan siswi tersebut, meski siswa ini membantah tapi ternyata gosip itu terlanjur menyebar.

Tadinya masalah ini tidak terlalu menjadi pikiran bagi saya, hingga saat macet di jalan, tiba-tiba terlintas gambar-gambar yang selama ini sering muncul di media sosial, tentang remaja-remaja yang mesra dengan lawan jenis, yang jika dilihat usianya masih sangat teramat kecil (usia siswa SD) untuk berfoto mesra seperti itu, seolah tak ada celah baik sangka kalau mereka mungkin sepasang suami-istri seperti baik sangka yang kita tujukan kalau ada orang dewasa berfoto mesra. Lalu, apa kaitan dengan cerita siswa-siswi saya di awal mula tulisan ini? Iya, saya pun kemudian memuhasabahi, orang dewasa yang katanya prihatin dengan tingkah remaja serta ditambahi dengan kalimat 'zaman sekarang' kemudian melakukan pembandingan dengan zamannya dulu bisa jadi pada awalnya adalah yang menstimulasi remaja-remaja yang pada awalnya belum berpikir ke arah sana, kemudian jadi terbuka pikiran dan juga rasanya, rasa terhadap lawan jenis sebab keisengan dan ledekan kita.

Coba evalusi, pernah kah kita mengucapkan 'ciyeciye' pada anak-anak saat mereka terlihat akrab bermain dengan temannya yang meski lawan jenis? Kalau iya, dan jika dikemudian hari anak-anak tersebut semakin tumbuh dan menjadi remaja kemudian bilang suka pada temannya, beristighfarlah, mungkin itu sebab ulah kita. Sebisa mungkin segera luruskan, jangan diteruskan ledekan 'ciyeciye' jika kita sungguh-sungguh tak ingin lagi ada foto remaja yang mesra dengan pacarnya mampir di akun-akun media sosial kita.

Adik-adik remaja kita butuh teladan, termasuk teladan bagaimana mengelola rasa. Dan semoga, teladan itu adalah kamu, kamu, kamu. Kita, para dewasa. Karena jika kita enggan menjadi teladan, takutlah kondisi ini akan semakin darurat, meski kini sudah darurat. Atau kita rela, mereka meneladani artis yang kita berlindung kepada Allah dari segala tingkah-tingkahnya??

Naudzhubillah..

-Aldiles Delta Asmara-

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger