Menggenggam Memori Bersama

Nulis apa yah?

Hmmm, tiba-tiba teringat 10 tahun yang lalu, tahun-tahun sulit tentang pencarian identitas diri. Sepuluh tahun yang lalu, artinya saat saya masih berusia 14. Kamu tahu apa makna usia ini untukku? Kadang saya berharap untuk melupakan tahun itu, tapi daya ingatku justru menarikku kembali pada 10 tahun yang lalu, ketika hidayah menyapa penuh cinta untukku.

Alhamdulillahirobbil 'alamin, segala puji adalah milik Ia, Robb semesta alam. Yang menghadirkan mereka, orang-orang yang dikemudian hari tercatat sebagai penyelamatku, sebagai mata rantaiku dalam menuju hidayahMu, hidayah yang nyatanya tak semua orang memilikinya. Maka, nikmat Allah yang mana yang kau dustakan?

10 tahun yang lalu, tercatat sebagai siswi kelas 8 SMP. Siswi yang paling malas berhadapan dengan guru agama, siswi yang meski sudah mengenakan jilbab namun nyatanya akhlaq belum juga terjilbabi, maksudnya, masih suka berbicara kasar, malakin temen, ngumpul sama woco-woco, ah menyeramkan lah pokoknya. Tak perlu dibahas lagi. Ini yang membuat saya malu untuk mengingat 10 tahun yang lalu, saat usia beranjak 14 tahun.

Ya, tapi semua itu perlahan berubah, ketika ada salah satu teman saya yang menjadi "korban" palakan saya, mengajak saya untuk "ngaji" namun berbalut kata-kata yang lebih menarik saya untuk ikut aktivitasnya tersebut. Namanya Yondi fitriana, saudari yang tak lelah mengajak pada kebaikan meski saya tak juga kunjung baik *hiks (nangis sok imut). Suatu hari dia mengajak saya untuk ikut rohis, dengan redaksi yang masih saya ingat sampai sekarang.
"Diles, kasian deh rohis sekolah kita, sekarang udah sepi, ga ada kegiatan. Ikut aktifin kegiatan-kegiatan di rohis yuk, sedih kalau ngeliat kegiatan-kegiatan keIslaman kurang di SMP kita" katanya dengan tanpa paksaan.

Waktu dia bercerita hal ini (lebih tepatnya ini adalah ajakan) sebenarnya saya mualeeess banget, hah meski saya terlahir dari keluarga yang selalu jadi aktivis rohis, tapi saya gak pernah ngebayangin untuk aktif juga di sana. Bingung, mau nolak ajakan dia, tapi dia baik banget, sering nraktir makan di kantin. Duh duh..

Akhirnya, dengan anggukan yang males, saya mengiyakan ajakannya. Dan hari ini saya katakan, tak pernah menyesal telah mengiyakan ajakannya untuk ikut rohis. Setelah Yondy, kemudian saya mengenal Nastia, Kiki, Fina, Tami, Regina, dan Riska. Bersama mereka, adalah pertama kali saya merasakan ukhuwah Islamiah. Bersama mereka, adalah dunia serasa penuh warna, berpelangi, merah, jingga, penuh rupa.

Meski awalnya memang berat, tetapi setelah ke dua, tiga dan seterusnya bahkan saya mulai mencandu dengan aktivitas ini. Aktivitas penuh manfaat, aktivitas penuh harapan, aktivitas penuh cinta. Hari-hari saya kemudian berubah, bukan lagi tentang saya, tetapi kini tentang sekeliling kami, iya kami, tentang dakwah sekolah yang kami perjuangkan dulu. Apa yang harus kami lakukan agar manfaat untuk teman-teman di sekolah. Ah indahnya...

Membayangkan wajah-wajah mereka membuat hari saya penuh cinta, saya merindukan mereka. Saudari-saudari yang "menyeret" saya untuk berada di jalan ini. Hingga kami pun berpisah, berpisah karena Allah takdirkan kami bersekolah di tempat yang berbeda. Namun, satu yang kami yakini dari takdir baik perpisahan ini, agar nantinya dakwah kami meluas di SMA kami masing-masing. Selalu berdoa, semoga Allah menjaga mereka dalam hidayahNya yang indah ini, dalam persaudaraan suci kita. Hingga kini...

Aku mencintai kalian karena Allah duhai para saudari yang mengajakku pada jalan yang penuh dengan cintaNya. Semoga Allah mencintai kalian...

_special lyric_
Di dalam gelap, langkahku terhenti..
Kau buat sinar dan menerangiku..
Kau tarik tanganku tunjukan jalan keluar..
Dan ku jalani, hari demi hari..
Beruntunglah aku..
Beruntunglah aku.....
(So7)

Wajah ketika SMP :)


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger