Ternyata masih pura-pura


Bismillahirrahmanirrohim..


Minggu, 28 Juni, dengan disengajakan dan sudah diatur perjumpaannya oleh ALLAH, saya bertemu dengan seorang ustadz yang begitu tawadhu, begitu berkarisma, begitu sederhana. Hingga terlibatlah obrolan di antara kami. Awalnya hanya percakapan biasa, mengenai pekerjaan, usia, hingga status :D

Kemudian pembicaraan berlanjut dengan pertanyaan dan jawabannya yang sedikit namun menusuk ke naluri terdalam hingga membuat mata saya tiba-tiba berembun.

“kamu ngerjain tahajud gak?” Tanyanya.

“Alhamdulillah ustadz”

“berapa rokaat?” Tanyanya kembali.

“dua ustadz”

“(tepok jidat) innalillahi, cuma duaa???” Ekspresi ustadz dari jawaban saya.

Saya kaget dengan keterkejutan ustadz, hingga saya bertanya ‘apa yang salah dari jawaban saya?’

Seolah tahu apa yang saya pikirkan, kemudian sang ustadz melanjutkan pertanyaan..

“kamu pernah mencintai anak-anak gak? Murid kamu gitu”

“iya ustadz, saya mencintai dunia anak-anak”

“Harusnya pada Allah melebihi itu” jawabnya datar namun mengena.

Ustadznya cuma menasehati dengan satu kalimat tersebut, namun bagiku itu bagai nasehat yang banyak. Dari satu kalimat itu seolah berkata:

“Allah yang kasih kamu kebahagiaan, bukan anak-anak, harusnya bisa lakukan yang terbaik untuk Allah” atau

“masa untuk Allah cuma melakukan seminimal-minimalnya ibadah sih?”

dan juga seolah berkata:

“antara nikmat Allah yang begitu banyak sama kamu, kamu cuma ngerasa cukup dengan 2 rakaat”

Juga “banyak yang kamu minta kan dari Allah? Tapi kok cuma lakukan yang sedikit”.

Bagai paham dengan yang saya renungi, kemudian sang ustadz melanjutkan nasehatnya “bapak yakin kamu punya ilmunya, kamu paham gimana menjalankannya, bisa kan memberi Allah yang lebih???”

***

Ya ALLAH, ternyata selama ini aku masih pura-pura cinta
Belum mampu memberikan semaksimalnya kedekatan dalam cinta
Banyak pinta namun menyedikitkan ruang kesempatan untuk menjalin kata-kata mesra
Nikmat menggunung tinggi tapi syukur mewujud sepi, sedikit, terhitung dengan jari

 
Ya Allah, ternyata selama ini aku masih pura-pura cinta
Lisan yang berkata cinta tapi hati perlahan mendustainya
Masih pura-pura

Hingga dekat denganMu masih tawar menawar
Hingga bermunajat denganMu belum seujung kuku wujudnya

Hingga mencintaiMu tampak betul baru sekadar kata
Bukan nyata, mewujud tiada lelah dalam berdua, berdekat manja padaMu

 
Masih pura-pura
Sedang cintaMu begitu nyata
Sedang kasihMu tiada terhitung juga
Sedang nikmatMu, mampukah aku mendustainya???

 
Mohon ampuni kepura-puraanku duhai Robb yang cintaNya tiada berpura-pura
 

-Aldiles Delta Asmara-

Mari tiada lelah meminta nasehat pada orang sholih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger