Mengenang dan Menggenang (5 tahun yang lalu)

Jum'at, 13 januari pk 16.00 (5 tahun yang lalu)

Aku bersembunyi dalam diam ketika lelaki itu menjabat tangan walimu untuk mengambil alih amanahnya. Aku mendekat pada kehilangan dan kerinduan yang makin hari ku akrabi keberadaannya.

Hingga akhirnya tangis itu pecah, kehilangan itu terbaca, kerinduan itu masuk dalam bab awal, pada satu dua minggu statusmu sebagai seorang istri.

5 tahun yang lalu.

Aku memiliki kehilangan, meski dulu kau meyakinkan untuk tak pernah pergi dan selalu ada. Sebab kerinduanmu bukan lagi tentangku, harimu bukan lagi ceria karena ku, kau mengikuti arus bahagia bergandeng mesra dengan seorang lelaki yang orang bilang 'suamimu'. Banyak sudah perkataan yang menguatkan hadir dari sahabat, dari yang benar-benar menguatkan hingga yang menampar cukup keras bahwa masa ini akan terjadi.

5 tahun yang lalu.

Waktu berubah bukan hanya menyembuhkan kehilangan, tetapi ia muncul dalam bahagia keseharian. Tentang lucunya anak-anakmu yang telah ku anggap sebagai anakku, yang ku lewati hari-hari kehamilannya. Aku bahagia, tetap mengambil peran dan cerita terbesar dalam hidupmu. Mendampingi, menyertai, merasakan, dan yang pernah luput dalam keseharian yaitu mendoakan.

Hingga tibalah masa satu tahun lalu, sebagai awal dari cerita yang bukan lagi kisah tentang kesedihan. Ia berubah menjadi pendampingan, mendampingi kebahagiaan. Aku dan dia. Sejak saat itu, jarak Jakarta-Samarinda bukan lagi berkisah tentang kamu, tetapi juga tentangku, bukan sekadar warnamu, namun juga warnaku. Bahagia kita lengkap kembali. Kau bisikkan "aku bahagiaaa sekali dengan pernikahanmu". Hari itu memang aku melihat kau dan mama yang paling berbahagia, sebab tau kisah jalanku menuju mitsaqon qolidzho-ku. Aku juga menangis, sama seperti 5 tahun yang lalu, yang berbeda hanya, kini tangisanku dalam genggaman kau dan anak-anakmu.

Aku ingat, dahulu kala dalam waktu jeda sebelum pertemuanku dengan lelaki sholeh itu, ada seorang saudari yang bertanya tentang apa bedanya antara Aldila dan Aldiles?? Aku menjawab dengan riang bahwa aku dan kamu tak ada beda hanya ada jeda dalam bahagia. Semua inginku adalah inginmu, semuanya. Namun jawabanku ternyata celah baginya untuk berkata yang melukai.. "kalau gitu jangan-jangan kamu pengen juga ya sama suaminya Dila".
Aku terluka, tapi aku takut menceritakannya padamu meski pada akhirnya tetap ku ceritakan padamu, dan kau menjawabnya dengan penuh keyakinan yang melegakan dan menyembuhkan luka hingga aku yakin luka yang sembuh berbuah pertemuan dengan lelaki sholeh itu satu tahun yang lalu.


Segala luka sudah sembuh, segala kesedihan telah berganti status.
Aku dan kamu kini telah sama menjadi seorang istri, yang menjalani peran sebagai bidadari.
Aku dan kamu adalah dua hamba Allah yang saling mendampingi.
Aku dalam 5 tahun masa bahagiamu.
Kamu dan anak-anakmu dalam masa penantian dan masa bahagiaku.
Seperti tahun lalu dan berulang tahun ini, mendampingiku menjadi seorang ibu.
Doa terbaik dariku atas balasan segala kehadiranmu, semoga tulisan ini tak terhenti hanya pada angka 5, tapi juga seterusnya-seterusnya. Aku selalu bersedia menuliskan kisah tentangmu, dalam sakinah perjalanan rumah tanggamu.


Semoga Allah abadikan kita bersama keluarga dalam surgaNya.


-Aldiles Delta Asmara dan SUAMI-

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger