Ketika Cinta bertasbih Versi Aldiles :)

Saya berpikir, bahwa hidup adalah tentang perputaran masa ke masa. Jika dulu saat kita kecil, saat menjadi anak, yang kita butuhkan bukan hanya tentang terpenuhinya materi, gadget gonta-ganti, fasilitas lengkap dan segala penilaian materi lain yang menjadi alasan orang tua bekerja, tapi ada hal lebih penting yang kita butuhkan. Kita butuh cinta dan perhatian dari orang tua kita untuk sekedar bertanya "nak, bagaimana kisahmu hari ini" dan sejenisnya, yap kita butuh cinta. Suatu hari, seorang anak yang kaya pernah bercerita sambil menangis bahwa dia tidak butuh mobil, rumah tingkat, dan segala fasilitas yang dia miliki, yang diberikan oleh orang tuanya, dia masih merasa tidak bahagia, karena dia merasa tidak dapat cinta dari kedua orang tuanya. Sekali lagi CINTA.
Dear ayahBunda, cintamu membuat sang anak dapat hidup dengan pribadi yang kuat, yang siap menjaga dan terjaganya kehormatan mereka, karena cinta mu ayah bunda. Maka berikan mereka cinta agar hidup mereka terarah, karena tak ada yang dapat melebihi kekuatan cinta sebagai pegangan hidup mereka. Cinta yang kalian sandarkan berdasarkan Allah J.
Dan kini, saat kita menjadi dewasa, saat masanya Allah berikan ke kita, masa untuk bekerja dan orang tua menikmati hasil, tetap sama. Mereka butuh dari kita bukan hanya tentang "uang bulanan" yang selalu kita sisihkan untuk mereka, tetapi juga tentang perhatian dan cinta dari anak dan cucunya, menikmati hari di masa tua sambil menatap tawa ceria dan bahagia dari anak dan cucu. Menikmati masa tua dengan sekedar bersandar pada anaknya dan sesekali meminta tangan kita memijatnya. Itulah cinta, sekali lagi CINTA.
Dear nanda, semakin bertambahnya usia orang tuamu, jiwa mereka semakin kosong, mereka berharap masih ada cinta yang tersisa untuk mereka, dan harapan mereka berlabuh pada anak-anak yang ia besarkan juga dengan penuh cinta. Maka kembalilah dengan penuh cinta J
Yap, hidup ini butuh cinta, mungkin itulah alasan yang membuat kita bergairah dalam menjalani takdir sebagai manusia. Seperti halnya Siti Hajar yang begitu bergairah berlari melintasi padang terik demi Ismail tercinta. Seperti halnya Rosulullah, disakiti, tersakiti tetapi tetap saja menyuapi sang nenek buta seorang yahudi. Kita belajar dari orang-orang penuh cinta tentang sebuah makna, CINTA.

Sebelum kita tertakdir menjadi orang tua, sebelum kita lupa rasanya menjadi seorang anak, sebelum waktu kita hampir habis, mari berikan cinta, sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya, atas nama CINTA J

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger