Kapan pagi?

Masihkah aku bisa merasakan pagi?
Saat langit kini tiada beda dalam pergantian waktu.

Bukan terik seperti langit di belahan bumi lainnya saat musim panas.
Bukan terik, justru kami merindukan terik
Yang tertutup kabut.

Inikah kabut?
Inikah asap?
Inilah luka.
Luka atas empati yang musnah
Luka atas jerit anak kami yang cuti sekolah
Luka atas tarik ulur nafas yang tersumpal darah

Mata anak kami merah
Para orang tua marah
Sedang kami hanya diminta pasrah

Kamu ke mana pak?
Pergi ke ujung belahan bumi mencari apa pak?
Ah atau itu hanya tipu daya media ya pak?
Aku berharap seperti itu, sebab kabar yang dibuat media bahwa kau pergi ke Amerika sungguh membuat luka pak.
Itu bohong kan pak?
Bapak pastinya sudah berjerih payah mengobati kami yang makin nelangsa.
Bapak pasti sudah berupaya pinjam meminjam harta untuk menciptakan bahagia bagi anak berwajah duka.

Semoga kami sabar, menunggu wujud nyata kerja seorang bapak.
Meski sabar kami mengembangkempis seperti napas senin kamis.
Semoga kami sabar meski bayi-bayi belum tahu sabar itu apa?

Sabar itu indah kan pak?

-Aldiles Delta Asmara-

Sebab peduli tak perlu menunggu merasai


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger