Ayah dan Pengasuhan

Bismillahirrohmanirrohim..

Resume pertemuan pekanan SAHAJA, 16 Januari 2016

Harmonisasi Pasutri -dalam pembahasan Islamic Parenting-

Oleh: Ust Bendri Jaisyurrahman

Notulis: Aldiles Delta Asmara

Peran Ayah bagi pengasuhan

('Āli `Imrān):33 - Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).

Allah telah memilih keluarga Ibrahim dan keluarga Imron sebagai contoh dalam mencari pasangan terbaik guna mendidik generasi yang sholeh.

Ada 3 jenjang dalam memulai pengasuhan bagi orang tua:

1. Membereskan masalah pribadi
Takkan bisa orang tua memberi bunga untuk anak jika dalam diri orang tua masih ada sampah.
Salah satu kesalahan yang sering terjadi dalam pengasuhan adalah ketika orang tua memberikan pemakluman tentang kesalahan pengasuhan yang diterimanya dulu hingga ia meneruskan pada anaknya. Maka langkah terbaik agar tidak terjadi kesalahan yang sama adalah dengan mengakui apa yang salah terkait pengasuhan yang diterimanya agar menyadari bahwa hal tersebut tak patut untuk ia ulang pada anaknya. Semoga setelah mengakui, ada upaya untuk memperbaiki.

2. Harmonisasi dan akur dengan pasangan.
Setelah menerima dan mengakui kekurangan pengasuhan yang didapat pada masa lalu, selanjutnya adalah membicarakan pada pasangan. Agar pasangan bersedia membantu untuk memperbaiki dan menyiapkan hati untuk memahami. Kenali juga dengan pengasuhan yang diterima oleh pasangan pada masa lalu. Kemudian berkomitmenlah untuk terus saling memperbaiki.

3. Program untuk anak
Sulit untuk buat program bagi anak kalau jenjang satu dan dua belum dituntaskan. Maka tuntaskan dulu jenjang satu dan dua pada pasangan.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan haruslah dominan. Ia berupa aspek fisik maupun aspek psikis. Ayah harus hadir dalam kedua aspek ini. Jika ayah dihadapkan dengan kondisi yang sulit terlibat pengasuhan secara fisik, maka upayakan ayah harus terlibat dalam pengasuhan secara psikis. Bagai Ibrahim yang berjauhan dengan anaknya tetapi ia selalu hadir dalam jiwa anak-anaknya. Al-qur'an menggunakan kata 'yaa abati' sebagai panggilan untuk ayah, bukan sekadar 'yaa abi' sebab abati adalah sebutan kedekatan untuk ayah yang berada dalam jarak jauh dan atau kata abati bisa bermakna kerinduan pada ayah, meski berbicara dalam jarak dekat. Diucapkan oleh Yusuf kepada ayahnya, Yaqub, menandakan bahwa Yusuf merindukan dan selalu ingin berdekatan dengan ayahnya meski ia dan ayahnya dalam jarak dekat.

Pada pembahasan ini berarti bahwa ayah yang benar-benar menjalankan tugas pengasuhannya adalah ia yang dirindukan oleh anak baik ketika berjarak jauh maupun dekat. Sebab ayah yang hanya dirindukan ketika jauh bisa jadi bukan karena rindu terhadap jiwa ayah, tetapi rindu terhadap isi dompet ayah. Maka jadilah ayah yang selalu dirindukan, baik dalam keadaan dekat maupun jauh. Begitu yang dijelaskan oleh al-qur'an.

(At-Taĥrīm):6 - Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;....

Yang ditegur Allah dalam ayat ini untuk menjaga keluarga dari api neraka adalah laki-laki, inilah makna nasab.

Bahwa di akhirat nanti, semua manusia akan ditanya tentang ayahnya. Dan pertanyaan ini akan mempengaruhi posisi ayah di akhirat. Jika yang diucapkan oleh anak adalah kesuksesan ayahnya dalam mengasuh, maka ayah akan ke surga. Jika yang diucapkan oleh anak adalah keburukan-keburukan ayah, maka ayah akan terseret ke neraka. Maka sejak kini, berhati-hatilah dalam mengasuh. Sebab pengasuhan adalah penentuan bagi masa depan di akhirat.

* Ayah harus memiliki visi pengasuhan bagi anak-anaknya. Telah dicontohkan oleh nabi Ibrahim dalam Q.S Ibrahim: 35-37
Visi-visi Ibrahim adalah sebagai berikut:

1. Aqidah
('Ibrāhīm):35 - Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.

Tugas ayah adalah mengenalkan pada anak siapa Tuhannya, dan menjauhkan serta mengantisipasi virus-virus thogut pada anak. Sebab ayah akan dimintai pertanggungjawaban apa saja yang ia berikan pada anak, apakah pemberiannya membuat anak berakidah lurus, ataukah fasilitas yang diberikan oleh ayah justru membuat aqidah anak berbelok. Maka untuk ayah, berhati-hatilah terhadap pemberian fasilitas bagi anak.

2. Pembiasaan ibadah
('Ibrāhīm):37 - Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,...

Ayahlah yang berkewajiban pertama kali untuk memperkenalkan ibadah pada anak, serta menjadikan anak-anak terbiasa dengan ibadah. Ayah bisa memulai dengan memilih tempat tinggal dekat dengan masjid.

3. Visi ketiga yang dicontohkan oleh Ibrahim adalah yang berkaitan dengan akhlak sang anak, yang akan menjadikan anak disukai oleh masyarakat.
('Ibrāhīm):37 - ...., maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Visi ketiga ini juga disampaikan oleh Lukman kepada anaknya.

4.(Ibrahim): 37"...dan berikanlah rizki dari buah buahan'. Ini menandakan mereka harus belajar mengelola hasil bumi yakni tanam tanaman

Sedangkan visi keluarga Imrom dijelaskan pada ayat berikut:
('Āli `Imrān):35 - (Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

Visi ini disampaikan oleh istri Imron yang dijelaskan dalam al-qur'an , Hana binti Fakhudz, hanya ada satu target, yaitu ingin anaknya menjadi hamba Allah yang taat, hamba yang shalih, berbeda dengan visi yang disampaikan Ibrahim. Hal ini sebagai pertanda bahwa ayah harus lebih terencana dan detail visinya dibandingkan ibu. Ayah dan ibu memiliki peran masing-masing dalam pengasuhan, yaitu:
a. Ayah sebagai penegak aturan
b. Ibu memberikan rasa nyaman

Permasalahan yang sering terjadi pada keluarga masa kini dimulai dari kesalahan dalam menjalankan peran pengasuhan. Ibu yang terlalu banyak memberikan aturan, sedangkan ayah selalu menjadi tempat anak untuk 'lari' dari aturan yang dibuat oleh ibu. Maka kembalikan peran pengasuhan ini agar permasalahan-permasalahan dalam keluarga terselesaikan.

Ayah harus memiliki visi pengasuhan bagi anaknya, jangan sampai ayah berprinsip 'seperti air mengalir' bagi pengasuhan anak-anaknya. Visi yang baik adalah yang diawali oleh  Ittaqullah dan juga diakhiri oleh wattaqullah.
Agar pengasuhan berjalan sempurna, awal dan akhir dilandaskan karena Allah.
(Al-Ĥashr):18 - Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Semoga Allah membimbing para ayah dalam membuat visi pengasuhan.

Bersambung, insyaa Allah..

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger