merevisi penjagaan :)

Bismillahirrahmanirrahim

Mengawali tulisan ini, saya mau minta maaf terhadap segenap laki-laki atas dzon saya selama ini ke mereka. Sepanjang perjalanan mengajar, saya selalu mengajak siswi-siswi saya agar bisa menjaga diri dari rayuan teman lelaki sebaya mereka, jangan "menjual diri" kepada mereka hanya karena bermodal "i love you". Saya pernah memergoki seorang remaja usia 14 tahun sedang bermesraan, dari yang saya lihat, perempuannya hanya berdiam diri, sedangkan laki-laki yang "bergerilya" pada tubuh dan wajah si perempuan, hingga saya mendekati mereka dan bilang "dek, jangan percaya dengan i love you dia". Spontan mereka kaget, wajah si perempuan terlihat minta tolong, sedangkan wajah lelaki tampak kesal dengan gangguan saya. Dari sini saya bertambah yakin bahwa saya harus menjaga perempuan-perempuan dari "jualan" para lelaki. Semangat menjaga yang luar biasa saya buktikan dengan terus mengajak siswi-siswi saya untuk hati-hati, karena menurut saya, perempuan selalu jadi korban, ditambah saya sering mengamati siswa laki-laki yang pembicaraannya mengarah ke hal porno, dan bercerita tentang "pengalaman" mereka dengan pacarnya masing-masing.

Hingga suatu hari, saya mengambil pelajaran dari kisah siswa saya, seorang laki-laki yang beda dari siswa saya yang lain. Konseling dia kali ini mengenai masa lalunya, diawali dengan tujuan dia berpacaran. Pacaran dan memiliki hubungan dengan lawan jenis bagi dia murni hanya untuk "menjaga" perempuan yang menjadi pacarnya, menjaga dengan tidak menyentuh dan menjaga dari laki-laki lain. Hingga suatu tragedi yang membuat dia memutuskan untuk tidak pacaran lagi *semoga dia istiqomah*.

Saya ingat ekspresi dan redaksi ketika dia bercerita.

Ka, tujuan aku pacaran untuk menjaga pacar aku, tapi ternyata dia yang gak bisa menjaga diri dia dan aku. Saat aku duduk, tiba-tiba dia duduk dipangkuan aku, dan mulai buka bajunya. Kak aku takut. Saat itu, aku gemeteran dan menghempas tubuh dia ke samping dan aku buang muka. Aku langsung ajak dia pulang, selesai anterin dia aku langsung pulang ke rumah. Sampai rumah, aku langsung nangis ketakutan dan besoknya aku ketemu dia untuk minta putus, aku bilang ke dia "kamu ga malu menyerahkan tubuh kamu ke aku, yang padahal belum tentu jadi suami kamu??kamu ga malu, ketika malam pertama nanti, suami kamu baru tau bahwa ternyata kamu udh ga perawan lagi?? Kita putus aja ya". Semenjak peristiwa itu, aku gak mau pacaran lagi kak, karena buat apa? Niat aku untuk menjaga tapi ternyata dia yang gak menjaga.

Mendengar ini, saya takbir dalam hati berkali-kali, tiba-tiba selintas banyangan nabi Yusuf ketika digoda oleh zulaikha (meskipun saya tak mau terlalu menyamakan). Dia diam meminta tanggapan saya, dan refleks saya bertanya "gimana sih pola asuh orang tua kamu dalam mendidik kamu". Bukan tanpa alasan saya bertanya seperti ini, karena seperti yang kita tahu, nabi Yusuf bisa menjaga dirinya dari godaan Zulaikha karena teringat dengan pesan ayahnya, pesan itu begitu melekat hingga mampu mengalahkan godaan. Tapi dari jawaban dia, saya kaget, karena ternyata dia besar dari keluarga yang keras, yang tak pernah membiarkan dia bermain dengan teman-teman sebaya, yang selalu pergi meninggalkan dia yang dititipkan pada neneknya.

Ah Masyaa Allah, kalau Allah yang menjaga, maka siapapun pasti akan terjaga, dengan pola asuh yang baik ataupun yang tak baik.

Ada satu lagi hikmah yang saya ambil dari kisahnya, bahwa laki-laki pun bisa jadi korban. Selama ini saya fokus mengajak siswi saya agar mengabaikan segala rayuan laki-laki, tetapi lupa untuk mengajak mereka menjaga kesucian mereka. Karena ternyata kesucian inilah yang terpenting dari setiap wanita. Dan saya pun terlupa untuk juga mengajak siswa saya agar bisa menjaga dirinya dari fitnah seorang wanita. Peristiwa ini, mengajak saya untuk merevisi pandangan-pandangan buruk saya, bahwa laki-laki maupun perempuan, semuanya harus terjaga, harus menjaga, dan harus dijaga.

Jalan Allah untuk menjaga itu sungguh luar biasa, jalan yang bukan hanya untuk yang mengalami, tapi juga jalan penjagaan untuk saya yang mendengar kisahnya agar semakin menjaga siswa maupun siswi saya, mereka berhak kita jaga :)

Jagalah Allah dihatimu, niscaya Allah akan menjagamu.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger