meninggalkan dan ditinggalkan

Banyak orang di keliling kita yang selalu bertanya tentang kehidupan kita. Dari sekian yang bertanya, memang ada yang peduli, tapi kebanyakan mereka hanya ingin tahu saja. Tidak untuk membantu. Tak perlu buru-buru dalam menjawab, karena terkadang kita pun tak tahu jawabannya kan? Maka, dengarkan saja segala tanya, tanpa gelisah, tanpa kecewa, dan tanpa putus asa. Yang bertanya pun terkadang tidak membutuhkan jawaban, hanya ingin melihat reaksi awal kita. Benar kan?

Dalam langkah yang terekam dengan jejak, tercipta tanya, mengapa saya? Mengapa dia?
Mengapa bertanya? Bukankah masing masing kita diberi kaki untuk melangkah, tak perlulah sibuk memikirkan langkah orang lain, tapi bukan berarti kita tak boleh peduli jika ada yang langkahnya tertatih, maka bantulah dia benar benar. Benar dengan caraNya, benar dengan perintahNya. Percayalah, bahwa ukuran sepatu kita berbeda, maka jejak langkah kita pun pasti tak sama. Lewati saja, dengan keikhlasan yang membawa langkah kita semakin ringan dalam beriringan.

Jangan berlebihan mengharapkan hadir seseorang. Bukankah kita sudah belajar, bahwa kebanyakan mereka hanya berlalu di hadapan dan meninggalkan kita ketika terjatuh, tidak ada yang menolong. Janganlah kita seperti itu.
Boleh saja kita terluka, asal jangan kita membuat luka. Karena kita tak tahu, luka mana yang membuat hidup kita makin terluka. Maka, berjalanlah dengan kehati-hatian dalam meninggalkan dan terutama ketika ditinggalkan. Bukankah yang selalu lebih sakit adalah yang ditinggalkan? Jika iya, maka sebaiknya pada awal pertemuan tak perlu harapan tentang suatu pertemuan yang selamanya. Karena sebagian orang percaya bahwa pertemuan itu akan berakhir dengan perpisahan. Meski yang sebenarnya terjadi adalah perpisahan akan  berakhir dengan pertemuan. Pertemuan dengan yang lebih baik pastinya.
Jika kau percaya.

By: aku dan teman

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Mendidik Mencintai

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger